Fri. Sep 20th, 2024

Penerapan AI Makin Masif, Indonesia Perlu Strategi Jitu Kejar Ketertinggalan

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Cellular Business Forum (SBF) kembali menggelar diskusi mengenai kecerdasan buatan atau AI. Kali ini topik yang diangkat adalah ‘AI: Sekadar tren atau sudah menjadi kebutuhan?’.

Istilah-istilah tersebut dipilih karena penerapan kecerdasan buatan atau AI sudah tidak asing lagi di dunia bisnis saat ini. Banyak perusahaan menggunakan AI untuk mendorong produktivitas dan efisiensi.

Dengan perkembangan yang masif, AI yang produktif diyakini akan mendorong perubahan di banyak industri di seluruh dunia. Salah satu pembicara dalam diskusi ini, EVP Digital Technology and Platform Business Telkom Indonesia, Ari Kurniawan, pun menyinggung hal tersebut.

Pasar global untuk pengembangan AI dikatakan menarik investasi yang signifikan di semua segmen, mulai dari USD 44 pada tahun 2020 hingga USD 16,300 pada tahun 2023. Situasi ini membuat AI menjadi kebutuhan bagi banyak bisnis, termasuk di Indonesia.

Namun, kata dia, penggunaan AI di Indonesia masih tertinggal, bahkan dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara. Secara keseluruhan, Indonesia berada di peringkat keempat dengan skor 61,03.

Posisi tersebut menempatkan Indonesia di bawah Singapura (81,97), Malaysia (68,71), dan Thailand (63,03). Oleh karena itu, kata Ari, perlu ada strategi nasional pemanfaatan AI di Indonesia agar bisa mengejar ketinggalan.

“Tentu saja strategi ini harus memiliki tujuan seperti berinvestasi pada penelitian dan menciptakan keterampilan; mengembangkan ekosistem untuk kecerdasan buatan, dan menetapkan lingkungan kebijakan yang mengarah pada kecerdasan,” ujarnya seperti dikutip dalam siaran pers, Selasa (10/9/ 2024).

Selain itu, strategi lain yang perlu dipertimbangkan adalah peningkatan kapasitas masyarakat dan kesiapan pasar, perubahan, dan kolaborasi di seluruh dunia untuk mempercayai AI.

Nantinya, tujuan utama di berbagai bidang juga dapat menjadi strategi nasional, seperti pelayanan kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan dan penelitian, ketahanan pangan, serta mobilitas dan kota pintar.

 

Meski demikian, Ari juga menyebut adanya undang-undang atau peraturan yang mengatur penggunaan AI di Indonesia, bukan bertujuan selektif.

Oleh karena itu, perlu ada kebijakan mengenai investasi, persaingan, dan keberlanjutan industri AI. Kebijakan tersebut juga harus memperhitungkan dampak positif dan menghindari dampak negatif penggunaan AI, ujarnya.

Hal senada juga dikatakan Staf Ahli Bidang Sosial, Bisnis, dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Wijaya Kusumawardha. Katanya, AI menjadi alat bagi Indonesia untuk bisa mengejar ketertinggalan dari negara lain.

“Apalagi negara kita punya generasi muda baru, 105 juta generasi muda,” ujarnya. Dari sisi bisnis, katanya, kontribusi AI terhadap PDP (Global Income) pada tahun 2030 di seluruh dunia mencapai USD 13 triliun dan di ASEAN mencapai USD 1 triliun.

Sedangkan di Indonesia sendiri, biayanya diperkirakan mencapai $366 miliar. Untuk itu, para pengusaha harus memanfaatkan hal ini, tidak hanya di industri teknologi tetapi juga di industri lainnya.

Kementerian Komunikasi dan Informatika sendiri kini telah menerbitkan Laporan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 9 Tahun 2023 tentang Etika Kecerdasan Buatan sebagai Pedoman Pengembangan AI yang merupakan hasil dari Kebijakan AGA dan Kebijakan CDP.

 

Pada saat yang sama, CEO Glair William Lim juga mengatakan bahwa aplikasi AI kini banyak digunakan di banyak bidang, seperti dukungan pelanggan, rekrutmen, pelatihan, dan penagihan utang.

“Yang paling diminati tentu saja customer support karena 90 persennya menggunakan AI. Bahkan saat ini pemberi pinjaman juga bisa diubah oleh AI karena bisa langsung menghubungi pengguna atau konsumen,” ujarnya.

Di sisi lain, IT Digital Platform Director & E-Channel Development Division M. Surandra Pohan juga mengatakan AI memberikan banyak manfaat dalam dunia bisnis. Beberapa di antaranya termasuk penentuan skor kredit bagi pelanggan atau calon pelanggan dan investigasi terhadap penipuan atau kejahatan dunia maya.

“Strategi Bank DKI sendiri dalam AI adalah Perencanaan Bisnis, kemudian pelatihan sumber daya manusia, proses implementasi dan terakhir implementasi teknologi,” jelasnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *