Fri. Sep 20th, 2024

2 Pelaut Indonesia Hilang Akibat Kapal Penangkap Ikan Korea Selatan Terbalik di Lepas Pantai Mokpo

matthewgenovesesongstudies.com, Mokpo – Sebuah kapal nelayan dengan sembilan orang di dalamnya terbalik di perairan Korea Selatan pada Kamis pagi (13/06/2024), menewaskan kapten Korea, menyebabkan dua pelaut Indonesia hilang.

Kapal tuna seberat 33 ton itu terbalik pada pukul 03:18 di perairan sekitar 18 kilometer utara Pulau Gageo di lepas pantai Mokpo, sebuah kota pelabuhan di Provinsi Jeolla Selatan, menurut penjaga pantai, seperti dilansir Korea Times.

Enam awak kapal diselamatkan oleh perahu nelayan terdekat. Tapi kaptennya sudah mati saat itu.

Tim penjaga pantai Korea Selatan sedang mencari para pelaut yang hilang bekerja sama dengan angkatan laut dan nelayan. Banyak kapal, pesawat dan perahu nelayan terlibat dalam operasi penyelamatan.

Berdasarkan keterangan para penyintas, Penjaga Pantai menduga tabrakan dengan kapal nelayan lain menjadi penyebab karamnya kapal tersebut.

Anggota kru lain yang diduga terlibat dalam kecelakaan itu telah diinterogasi saat Badan Lingkungan Hidup menyelidiki masalah tersebut.

 

Peristiwa sebelumnya terkait tenggelamnya kapal di Korea Selatan (Korsel) terjadi pada Maret tahun lalu. Anak buah kapal (ABK) lainnya merupakan warga negara India (WNI).

“Pada Sabtu (3 September), KBRI Seoul mendapat informasi dari pemerintah Korea bahwa kapal penangkap ikan 2 Haesinho tenggelam di perairan Korea akibat kecelakaan. 2 awak kapal berkewarganegaraan Korea dan 7 warga Indonesia di dalamnya,” kata Judha, Dirjen PWNI dan BHI Kementerian Luar Negeri India, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (10/3/2024).

Pada pukul 13.00 WIB, lanjut Yehuda, 3 pelaut, 2 pelaut India, dan 1 pelaut Korea Selatan, telah ditemukan. Tiga awak kapal ditemukan tidak sadarkan diri.

“Setelah mendapat perawatan intensif di RS SAR Tongyeong, ketiganya meninggal dunia,” jelas Judah.

Sementara itu, kata Judah, KBRI Seoul masih bekerja sama dengan Badan Perlindungan Lingkungan Korea untuk mencari lebih banyak awak kapal.

“Pada saat yang sama, Kementerian Luar Negeri sedang mendalami keterangan keluarga awak kapal WNI untuk mengetahui cara menindaklanjuti dan menegakkan hak awak kapal tersebut,” kata Jura.

Sebelumnya, ada kecelakaan kapal beranak buah kapal Indonesia yang terjadi di Jepang. Seluruh awak kapal WNI selamat dari kecelakaan penangkapan ikan tuna pada Minggu (3/3/2024). Hal ini dibenarkan oleh KBRI Tokyo.

KBRI Tokyo mendapat informasi dari Japan Coast Guard (JCG) di Shimoda, Shizuoka, tentang kecelakaan yang terjadi di kapal penangkap ikan tuna Fukuei-maru nomor 8, di Kepulauan Izu, Tokyo, Jepang pada November lalu. 3 Mei 2024,” kata KBRI Tokyo dalam keterangannya, Minggu (3 Mei).

Kapal naas tersebut berlayar dari pelabuhan Kagoshima di Prefektur Kagoshima dengan total awak 25 orang, satu kapten, dua perwira, dan 22 orang awak kapal, 20 orang merupakan warga negara Indonesia.

 

Kecelakaan kapal di Korea Selatan (Korsel) yang dulunya merupakan kapal penangkap ikan “32 Myongminho” terbalik di laut di Pulau Jeju pada Selasa malam, 29 Desember 2020, sekitar pukul 19.45 waktu setempat.

Peristiwa ini terjadi dalam cuaca yang sangat buruk disertai angin kencang, gelombang tinggi, dan suhu rendah.

Malam harinya, KBRI Seoul mendapat informasi dari Korea Coast Guard (KCG) bahwa 3 dari 7 awak kapal adalah warga negara Indonesia berinisial IHP, S dan DIS.

“KBRI Seoul telah memastikan identitas ketiga WNI tersebut dan menghubungi keluarganya di kampung halaman. Pada Rabu pagi tanggal 30 Desember 2020, tim KBRI Seoul di Pulau Jeju berkoordinasi langsung dengan Operasi SAR Korea Selatan,” jelas KBRI Seoul dalam keterangan yang diterima, Kamis (31/12). ).

Perdana Menteri Korea Selatan memerintahkan kerja sama 964 orang dari KCG, kepolisian, pemadam kebakaran dan Angkatan Laut Korea Selatan, serta penggunaan helikopter dan 8 kapal penyelamat.

Dalam kondisi lapangan yang paling sulit dan cuaca buruk, “32 Myongminho” dapat diapungkan kembali dan dibawa ke tanah. Tim pencarian dan penyelamatan berusaha menyelamatkan awak kapal, yang diyakini masih berada di kapal pada saat itu. Namun pada malam tanggal 30 Desember 2020, pekerjaan tersebut dihentikan sementara karena cuaca buruk.

Cuaca buruk tersebut berlanjut hingga Kamis, 31 Desember 2020, kapal tersebut menghilang, tenggelam, dan tidak pernah terlihat lagi di permukaan laut.

Malam harinya, Komandan KCG Pulau Jeju menginformasikan kepada KBRI Seoul bahwa 7 awak kapal saat ini hilang di laut.

Kemudian tim SAR menyatakan menemukan jenazah awak kapal asal Korea Selatan tersebut. Selain itu, beberapa barang terdampar di darat, termasuk barang milik salah satu pelaut Indonesia. 

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri (Kemlu RI) membenarkan adanya kejadian yang menewaskan banyak warga negara India di Malaysia.

Direktur Perlindungan Sipil Indonesia Judha Nugraha mengatakan dalam jumpa pers, Kamis (20/1/2022), ada dua kejadian terpisah.

“Ada dua kapal karam di Johor Bahru yang diyakini ada orang India di dalamnya. Kejadian tersebut terjadi pada tanggal 18 Januari 2022 dan berdasarkan informasi terakhir yang kami terima, kejadian yang sama juga terjadi,” kata Judah Nugraha.

Menteri Perkotaan mengatakan pada 18 Januari bahwa kejadian tersebut terjadi pada pukul 10.00 waktu setempat di lokasi 0,3 mil laut tenggara Pantian Besar, Johor, di pantai barat semenanjung.

Kapal itu menabrak batu besar di dekat Pulau Pisang, Malaysia. Tiga belas penumpang diduga warga negara Indonesia di pesawat tersebut.

“Tujuh orang selamat, lima perempuan, dua laki-laki, dan enam orang meninggal, semuanya perempuan,” kata Judah.

“Ada proses untuk mengetahui asal muasal orang India tersebut. Ada yang dari Jawa Barat, Lampung, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Riau. Diduga kapal ini meninggalkan Pulau Taehong.’

  

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *