Sat. Sep 21st, 2024

Trauma Bisa Sebabkan Anak Tantrum Berlebihan, Kenali Gejalanya

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Tantrum sering terjadi pada anak kecil, suatu perilaku yang mencerminkan respon tidak terorganisir terhadap rasa frustrasi anak.

Kemarahan seorang anak biasanya bergantung pada usianya, namun kemarahan bisa menjadi tidak normal jika berlanjut hingga dewasa dan remaja.

Anak-anak yang pernah mengalami trauma seringkali meningkatkan tingkat amarahnya hingga menjadi tidak normal. Kemarahan yang berlebihan, terus-menerus, dan sulit dikendalikan mungkin merupakan gejala dari masalah yang lebih dalam.

Dr. I Gusti Ayu Trisna Vindiani, SPA (K), Ketua Departemen Tumbuh Kembang-Sosial Pediatri, Departemen/KSM Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP. Dr. I.G.N.G. Ngoerah menjelaskan, salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam kemarahan yang tidak normal adalah gangguan stres pasca trauma (PTSD).

“Satu hal yang perlu dipikirkan terkait kemarahan yang tidak normal adalah gangguan stres pascatrauma (PTSD),” kata Trisna. “Anak-anak yang mengalami stres adalah mereka yang tiba-tiba kehilangan orang yang dicintai atau peristiwa lain yang menyebabkan mereka mengalami stres yang luar biasa.” Rapat Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dilaksanakan secara online pada Selasa, 23 April 2024.

Dampak peristiwa traumatik yang dialami anak hingga berujung PTSD bisa bermacam-macam, ada yang bersifat internal, artinya merasa sedih dan tertekan sepanjang waktu, ada pula yang bersifat eksternal.

“Ekspresi tersebut bisa bersifat internal, kelam, depresi, atau eksternal, misalnya jika seorang anak terkena kekerasan, bisa jadi dia menjadi pelaku kekerasan,” kata Trisna.

Trisna menjelaskan, anak-anak yang mengalami trauma akibat pengalaman kekerasan memiliki kecenderungan untuk bereaksi berlebihan, merusak atau menghancurkan barang, “semuanya harus seperti saya.”

Orang tua dan pengasuh harus memantau perilaku marah anak yang tidak biasa dan mempertimbangkan kemungkinan potensi cedera. Penting bagi anak untuk mendapatkan bantuan dan dukungan yang tepat agar bisa pulih.

Trisna mengatakan trauma dan kemarahan pada anak sangat berkaitan, dan peran dokter penting dalam mengetahui dampak trauma pada anak dalam situasi tersebut.

Trisna menjelaskan, “Jadi, trauma dan kemarahan sangat berkaitan sehingga bagi anak yang baru saja kehilangan orang tua atau mengalami bencana, dokter perlu melakukan intervensi dan mengatasi dampak gangguan psikologis pada anak.

Penyedia layanan kesehatan mental (seperti terapis, psikolog, psikiater, dan konselor kesehatan mental) memiliki pengalaman menangani pasien trauma, terutama PTSD.

Dikutip dari Halaman Kesehatan Anak Selasa 23 April 2024 Pengobatan PTSD melibatkan terapi dan/atau pengobatan untuk membantu anak mengatasi masalah kecemasan atau suasana hati.

Perawatan anak yang mengalami PTSD disebut terapi perilaku kognitif yang berfokus pada trauma (TF-CBT). Jenis terapi ini menggunakan percakapan dan kegiatan belajar di bawah bimbingan seorang profesional kesehatan mental.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *