Tue. Sep 24th, 2024

Legenda Bulu Tangkis Liem Swie King Blak-blakan Komentari Performa Tunggal Putra Indonesia di Olimpiade Paris 2024

Liputan.com, Jakarta – Legenda bulutangkis Indonesia Lim Swee King yang terkenal dengan lompatannya terang-terangan mengaku kaget dengan penampilan tunggal putra Indonesia di Olimpiade Paris 2024 beberapa waktu lalu.

Duo juara Merah Putih Jonathan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting tersingkir dari kompetisi di babak awal. Pada laga terakhir Grup L, Jojo terhenti di babak penyisihan setelah kalah dua game langsung dari juara India Lakshmi Sen 18-21 dan 12-21.

Sementara itu, langkah Jinting tak jauh berbeda dengan rekan-rekannya pada laga terakhir grup H atlet kelahiran 1996 itu, wakil tuan rumah Toma Jr. terpaksa mengakui keunggulan Popov, artinya ia berpeluang melanjutkan kesuksesan meraih perunggu di Olimpiade Tokyo 2020.

Mantan legenda bulutangkis Indonesia Libby Swee King yang juga jebolan PB Jaram pun mengaku tak paham dengan penampilan mengecewakan pasangan tunggal putra di Olimpiade. Setelah memenangkan gelar All England hanya beberapa bulan sebelum Paris 2024, Jonathan Christie menjadi fokus khusus.

“Ya sudahlah, saya juga kaget. Kalaupun Jojo menang, yang jadi pertanyaan bagaimana dia kalah di awal (Olimpiade),” kata Lim Swee King saat diwawancarai awak media di Gor Jaram, Jati, dikatakan. Kamis di Kudus (12/9/2024).

“Kalau dia kalah di semifinal atau final, kami paham, itu sudah persaingan yang ketat. (Tapi) saya juga bertanya-tanya, saya belum tahu jawaban pastinya. Orang Maret masih juara, All England.”

“Seluruh Inggris sudah berkelas dunia, dia harusnya berbicara setelah berbulan-bulan. Setidaknya dia harus berada di semifinal dan final,” lanjut mantan pebulu tangkis berusia 68 tahun itu.

Meski belum bisa menemukan jawaban pasti mengapa tunggal putra Indonesia bisa tampil bagus di Olimpiade Paris 2024, Lim menekankan pentingnya menjaga posisi ayunan sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan atlet dalam bertanding.

Menurutnya, para pebulutangkis kelas dunia hendaknya menjaga performa dan menjaga momentum saat berangkat ke turnamen besar agar bisa tampil maksimal selama bertanding.

Ya, ada jeda 4-5 bulan (sebelum olimpiade), jadi kita harus pertahankan posisi selama itu. Ada saatnya kita bisa meraih posisi itu, apalagi Legenda tunggal putra Indonesia itu kemudian bosan berlatih mencari (motivasi).

“Kalau dibilang tidak sekelas, Jojo juaranya. Kalau tidak sekelas, itu bukan alasan. Nah, dia pelatih atau pemain, mereka harus bisa mengimbanginya. Anda tahu tujuannya adalah Olimpiade, jadi kamu baik-baik saja.” Persiapan harus dilakukan,” tambah Liam Swee King.

Lebih lanjut, mantan juara tunggal putra peraih gelar All England sebanyak tiga kali itu juga memberi masukan tentang pentingnya mengatur keadaan pikiran. Terlepas dari situasinya, suasana hati seorang pemain harus dikesampingkan saat memainkan pertandingan besar

“Kalaupun orang tua kita sakit, kita bisa kesampingkan lho, kalau itu pertandingan besar,” kata Lim Swee King.

“(Kalau faktor mentalnya) saya kurang begitu tahu. Bagi saya, kalau pertandingan besar, itu segalanya,” ucapnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *