Wed. Sep 25th, 2024

COVID di Singapura Melejit, Kemenkes Monitor Kasus di Indonesia

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Jumlah kasus COVID di Singapura meningkat dua kali lipat Pada tanggal 5 hingga 11 Mei 2024, terdapat 25.900 kasus COVID-19 yang dilaporkan di Singapura. Padahal minggu lalu ada 13 ribu

Kementerian Kesehatan Indonesia mengatakan tidak memiliki rencana untuk membatasi masuknya orang yang bepergian ke Indonesia dari Singapura, dengan alasan meningkatnya kasus COVID-19 di negara-negara tetangga. Meski begitu, Kementerian Kesehatan terus memantau penyebaran kasus Covid-19.

“Tidak (red: tidak melarang orang Singapura masuk ke Indonesia). Kami hanya mengontrol. Hanya memantau saja,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Sita Nadia Tarmiji dalam keterangan tertulisnya kepada Health. -matthewgenovesesongstudies.com pada Senin Mei 2024

Saat ini tidak ada peningkatan yang terlihat dalam jumlah kasus COVID-19 di negara tersebut.  Ahli epidemiologi mengatakan: Situasi di Indonesia lebih menguntungkan dibandingkan di Singapura

Ahli epidemiologi Dickie Budiman mengatakan situasi Indonesia dalam melawan COVID-19 saat ini lebih menguntungkan dibandingkan Singapura.

Indonesia kini memiliki jumlah penduduk berusia jauh lebih muda dibandingkan Singapura yang didominasi oleh penduduk lanjut usia. Seperti diketahui, orang lanjut usia, terutama yang memiliki penyakit penyerta, lebih besar kemungkinannya tertular COVID-19. 

Selain itu, perlindungan masyarakat terhadap infeksi SARS-CoV-2 dinilai tinggi karena tingginya cakupan vaksinasi COVID-19 di Indonesia.

“Cakupan vaksinasi kita relatif tinggi, meski pemerintah juga perlu meresponsnya dengan meningkatkan cakupan pada lansia, serta kelompok sakit dan rentan seperti pejabat masuk pemerintah,” saran Dickey dalam pesan suara yang diperoleh libutan.com.

 

Melihat peningkatan kasus COVID di Singapura, Dickie mengatakan masyarakat tidak perlu panik.

“Masyarakat tidak perlu panik. Namun tentunya kita harus tetap menerapkan pola hidup bersih dan sehat, memakai masker, mencuci tangan dan menjauhi kerumunan,” ujarnya.

 

Jika melihat karakteristik subvarian KP.1 dan KP.2 yang mendominasi dua pertiga kasus infeksi di Singapura, maka tidak perlu panik. “Kedua subvarian ini tidak memiliki tingkat infeksi dan kematian yang lebih tinggi,” kata Dickey.

“KP.1 dan KP.2 tidak menular seperti era delta dan tidak menimbulkan angka kematian yang tinggi,” ujarnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *