Wed. Sep 25th, 2024

Mengenal Debu Bulan yang Sangat Beracun untuk Astronaut

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Ada zat indah bernama debu bulan atau regolith yang menutupi permukaan Bulan. Debu bulan terbentuk miliaran tahun yang lalu akibat tumbukan mikrometeorit, angin matahari, dan proses vulkanik.

Komposisi dan sifat debu bulan tergolong unik dibandingkan debu di Bumi. Debu bulan ditemukan pertama kali oleh astronot Apollo dengan meluncurkan Space Page pada Kamis (11/07/2024).

Dia menceritakan bahwa debu bulan yang ditemukan di pendarat berbau seperti bubuk mesiu yang terbakar. Meskipun tidak ada kesamaan kimia antara debu bulan dan bubuk mesiu, bau tersebut mungkin berasal dari debu yang bereaksi dengan oksigen atau air di dalam pendarat.

Bau debu Bulan juga mungkin disebabkan oleh lepasnya partikel bermuatan Matahari yang terperangkap di dalam debu. Anehnya, sampel debu bulan yang dibawa kembali ke Bumi dari Bulan tidak berbau.

Para ahli menyimpulkan bahwa bau debu bulan apa pun yang dilaporkan oleh astronot Apollo pasti bersifat sementara. Debu bulan juga sangat korosif karena mengandung silikat, oksida besi, dan aluminium. Mineral-mineral ini terurai menjadi partikel-partikel kecil dengan diameter rata-rata sekitar 100 mikrometer.

Debu bulan juga mengandung sejumlah kecil kaca, logam, dan senyawa organik. Benda-benda tersebut biasanya terdapat pada benda langit yang memiliki aktivitas gunung berapi.

Di Bulan, debunya sangat korosif sehingga merusak lapisan sepatu astronot dan menghancurkan segel vakum wadah sampel Apollo. Partikel debu bulan memiliki tekstur halus seperti bubuk, namun tajam seperti kaca.

Gravitasi yang lebih rendah di Bulan memungkinkan partikel yang lebih kecil bertahan lebih lama dan menembus lebih dalam ke paru-paru astronot.

 

Debu di permukaan bulan tidak hanya berbahaya bagi paru-paru para astronot. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa debu bulan juga mengandung mineral tertentu yang bereaksi cepat dengan sel manusia dan menghasilkan radikal hidroksil beracun.

Dikutip dari Live Science, Kamis (7/11/2024) Radikal hidroksil ini telah dikaitkan dengan kanker paru-paru. Dalam studi tersebut, para ilmuwan memaparkan sel-sel hidup tikus dan manusia dengan analogi debu bulan.

Sel-sel tersebut tidak dapat bertahan dengan baik, dan sekitar 90 persen sel otak tikus dan sel paru-paru manusia mati setelah terpapar simulasi debu bulan. Masalah ini cukup serius bagi para astronot yang ingin melakukan perjalanan ke Bulan di masa depan.

Untuk mencapai permukaan Bulan mereka harus melengkapi diri mereka dengan pakaian luar angkasa tertutup yang kuat. Mereka juga harus memastikan tidak ada manusia yang terkena debu bulan setelah kapal kembali ke pangkalan.

Ke depan, akan banyak misi ke Bulan untuk meneliti satelit alami Bumi. Sebelumnya, Badan Antariksa Amerika (NASA) pernah membawa debu bulan beberapa dekade lalu.

Para astronot yang berangkat ke sana segera menyadari betapa tidak bersahabatnya permukaan Bulan. Debu di permukaan Bulan sangat padat dan dapat merusak pakaian luar angkasa yang digunakan astronot dan kendaraan seperti penjelajah bulan.

Namun pada saat itu, mereka tidak mengantisipasi bahwa debu dapat merusak DNA manusia secara aktif.

(Tiffany)

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *