Wed. Sep 25th, 2024

Menko Airlangga Ungkap Alasan Perundingan I-EU CEPA yang Masih Mangkrak

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko) Airlangga Hartarto buka suara terkait kabar terkini terkait perkembangan Perjanjian Perdagangan Indonesia-Eropa atau Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA I-EU). ), yang keberlanjutannya saat ini tidak pasti.

Airlangga mengatakan, memang I-EU CEPA sudah memasuki tahap finalisasi. Namun, masih ada kendala untuk mencapai kesepakatan karena adanya pergantian manajemen.

“Perundingan I-EU CEPA juga sudah selesai, meski tidak mudah karena kabinet sudah berganti menjadi I-EU CEPA. Jadi negosiator kita sebelumnya sudah tidak bekerja lagi,” kata Airlangga dalam Rakernas Percepatan. dan Pengembangan Digitalisasi Daerah (P2DD), Jakarta, Senin (23/09/2024).

CEPA I-EU merupakan perjanjian perdagangan bilateral terlengkap yang telah ditandatangani Indonesia dengan negara-negara mitra. Negosiasi ini telah berlangsung selama 9 tahun.

Selain itu, kata Airlangga, pasca pergantian kepemimpinan, semakin banyak permintaan baru dari Uni Eropa sehingga pemerintah Indonesia harus melakukan penyesuaian lagi. Ada tiga permasalahan utama yang membuat perundingan CEPA antara I dan UE tidak selesai.

Pertama, Uni Eropa ingin permasalahan impor dari Indonesia segera teratasi. Kedua, Uni Eropa masih memaksakan tarif ekspor. Ketiga, Uni Eropa masih memaksakan perpajakan digital.

“Kami minta WTO (Organisasi Perdagangan Dunia) menunggu, mereka tidak mau. Jadi ketiga isu ini adalah isu yang masih dalam perundingan I-EU CEPA,” ujarnya.

 

 

Untuk itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melihat kondisi tersebut meminta Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia segera mulai bergabung dengan OECD dengan bergabung dalam Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP).

“Jadi kemarin kami juga menyerahkan CPTPP kepada Presiden terpilih Pak Prabowo dan memintanya untuk tidak menunggu,” ujarnya.

Sejalan dengan itu, kata Airlangga, negara-negara ASEAN yang tergabung dalam CPTPP adalah Singapura, Vietnam, Brunei, dan Malaysia.

Menurutnya, jika Indonesia berhasil bergabung dalam CPTPP, maka akan semakin terbuka peluang pasar di Eropa, seperti pasar Inggris, Kanada, Meksiko, Chile, dan Peru.

“Berdasarkan pengalaman perundingan I-EU CEPA, masing-masing negosiator punya sesuatu yang baru, tapi diharapkan CPTPP atau OECD mau main kartunya, sudah ada panduan standarnya, jadi lebih sederhana,” tutupnya.

 

Sebelumnya, Indonesia dan Peru membuka perundingan pertama Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Peru (IP-CEPA) pada Senin (27/05/2024) di Lima, Peru. Negosiasi direncanakan pada tahun 2024. 27-30 Mei

Indonesia dan Peru menargetkan penyelesaian perundingan IP-CEPA pada tahun 2024 pada bulan November. Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Pariwisata Peru, Elizabeth Galdo, dan Duta Besar Indonesia untuk Republik Peru, Ricky Suhendar membuka resmi perundingan tersebut.

Dalam perundingan tersebut, delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Perundingan Bilateral, Johni Martha, selaku Ketua Kelompok Perundingan Indonesia, dan delegasi Peru dipimpin oleh Direktur Asia, Oseania, dan Afrika Kementerian Perdagangan Luar Negeri Peru. . dan Pariwisata. Gerardo Meza, Presiden Tim Perunding Peru.

Menteri Galdo dalam pidatonya menyampaikan bahwa IP-CEPA harus membawa manfaat perdagangan bagi Indonesia dan Peru. “Perjanjian IP-CEPA tidak hanya tentang perdagangan, tetapi juga akan memperluas kehadiran Peru di Asia Tenggara dan Indonesia di Amerika Latin. “IP-CEPA diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kedua negara,” kata Menteri Galdo.

 

 

Dan Johni mengatakan hal yang sama. Menurutnya, potensi komersial kedua negara masih cukup tinggi. Hal ini mengingat Peru memiliki jumlah penduduk sebanyak 34 juta jiwa dengan produk domestik bruto (PDB) sebesar 239,3 miliar. Rp. Selain itu, IP-CEPA dapat membuka peluang perdagangan kedua negara yang lebih luas.

“Peru merupakan mitra dagang non-tradisional Indonesia yang memiliki potensi cukup besar. Peru bisa menjadi hub produk Indonesia di Amerika Tengah dan Selatan. “Oleh karena itu, perundingan IP-CEPA berperan penting dalam membuka jalan dan peluang perdagangan yang lebih besar antara pelaku usaha Indonesia dan Peru,” tambah Johni.

Pada putaran pertama ini, kedua negara terlebih dahulu memulai perundingan di bidang barang. Sektor barang mencakup akses pasar untuk perdagangan barang, ketentuan asal barang, bea cukai dan fasilitas perdagangan, kerja sama ekonomi, hambatan teknis dalam perdagangan, keamanan perdagangan; perlindungan kesehatan manusia, hewan atau tumbuhan; penyelesaian sengketa; serta kerangka hukum dan kelembagaan.

 

Pada tahun 2024 Pada bulan Januari-Maret, total perdagangan Indonesia dan Peru mencapai 97,4 juta. Rp. Pada periode tersebut, ekspor Indonesia ke Peru sebanyak 63,9 juta. USD dan impor Indonesia dari Peru – 33,5 juta. USD, jadi Indonesia punya 30,43 juta. Surplus perdagangan USD.

Sedangkan pada tahun 2023 total perdagangan kedua negara mencapai 444,4 juta. USD, nilai ekspor Indonesia ke Peru mencapai 367,4 juta. USD dan impor Indonesia dari Peru – 77 juta. Rp. Jadi Indonesia punya 290,4 juta. Surplus perdagangan USD dengan Peru.

Total nilai perdagangan Indonesia dan Peru dalam lima tahun terakhir (2019-2023) positif sebesar 19,9 persen. Peru merupakan negara tujuan ekspor nonmigas Indonesia terbesar ke-45 dan sumber impor Indonesia terbesar ke-62.

Pada tahun 2023 ekspor utama Indonesia ke Peru adalah kendaraan bermotor dan mesin ($144 juta), biodiesel ($31,8 juta), alas kaki ($44,9 juta), dan kertas ($13,2 juta). Sementara itu, impor utama Indonesia dari Peru adalah biji kakao ($33,1 juta), anggur segar/kering ($19,7 juta), mineral fosfat atau pupuk kimia ($8,5 juta), seng yang belum diolah (USD 5,3 juta) dan terak logam. ($2,5 juta).

 

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *