Fri. Sep 27th, 2024

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – ZConverter dan Sinergi Wahana Gemilang (SWG) menjalin kemitraan untuk memperluas jangkauan solusi transformasi digital bagi bisnis di Indonesia. Kolaborasi ini bertujuan untuk menyederhanakan proses migrasi cloud, pemulihan bencana, dan perlindungan data.

Era digital terus berkembang seiring berjalannya waktu, meningkatkan kebutuhan akan transformasi digital. Namun tantangan keamanan data, keadaan darurat, dan migrasi cloud seringkali menjadi kendala.

ZConverter, sebuah perusahaan teknologi yang berspesialisasi dalam solusi konversi digital hadir untuk mengatasi masalah ini.

Untuk memperluas jangkauan layanannya, perusahaan yang berbasis di San Jose, California, USA ini telah menjalin kerjasama dengan salah satu distributor terbesar di Indonesia yaitu. Sinergi Wahana Gemilang (SWG).

Dengan penandatanganan perjanjian baru-baru ini, Presiden SWG Chandra Marita Sari menyambut baik kerjasama ini. “Penandatanganan ini merupakan kerjasama pertama antara SWG dan ZConverter,” kata Chandra dalam pengumumannya, Jumat (20/9/2024).

Ia menambahkan, “kami berharap perjalanan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi mitra dan pelanggan kami.”

Direktur dan CEO ZConverter, Dong Joon Min, juga menjelaskan bahwa ZConverter merupakan layanan penyimpanan cloud yang berfokus pada perlindungan data, penyimpanan cloud, dan migrasi.

“Banyak yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, terutama Broadcom yang membeli VMware, banyak perusahaan yang khawatir dengan perubahan harga dan kenaikan harga,” ujarnya.

Dia berkata, “hari ini, saya akan menunjukkan cara melakukan VMWare Exit dengan mudah dan cepat di OpenStack, Nutanix, dan OLVM.”

Kolaborasi ZConverter dan SWG diharapkan dapat membawa manfaat bagi kedua belah pihak, serta masyarakat luas.

Dengan jaringan distribusi SWG yang luas, produk dan layanan ZConverter dapat menjangkau banyak perusahaan di Indonesia, membantu mereka mengatasi tantangan transformasi digital dan sukses di era digital.

Cellular Business Forum (SBF) kembali membahas kecerdasan buatan atau AI. Kali ini topik yang diangkat adalah ‘AI: Sekadar Tren atau Sudah Menjadi Kegilaan?’.

Topik ini dipilih karena penggunaan kecerdasan buatan atau AI merupakan hal yang lumrah di industri. Banyak perusahaan menggunakan AI untuk mendorong produktivitas dan efisiensi.

Dengan banyaknya perkembangan, industri AI diyakini akan membawa perubahan di berbagai industri di seluruh dunia. Salah satu pembicara dalam diskusi ini, Deputy EVP Digital Technology and Platform Business Telkom Indonesia, Ari Kurniawan, pun menjelaskan hal tersebut.

Menurutnya, pasar AI Generatif global telah menarik investasi dalam jumlah besar di semua sektor, dari $44 miliar pada tahun 2020 menjadi $16,300 miliar pada tahun 2023. Tren ini membuat AI kini menjadi kebutuhan bagi banyak industri, termasuk Indonesia.

Namun, kata dia, penggunaan AI di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara Asia Tenggara. Secara keseluruhan, Indonesia menempati peringkat keempat dengan 61,03 poin.

Peringkat tersebut menempatkan Indonesia di bawah Singapura (81,97), Malaysia (68,71), dan Thailand (63,03). Oleh karena itu, kata Ari, harus ada rencana nasional penerapan AI di Indonesia agar bisa ditangkap.

Padahal, strategi ini harus memiliki tujuan seperti berinvestasi pada penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan; menciptakan komunitas komputer untuk kecerdasan buatan, dan menciptakan lingkungan yang dapat menggunakan kecerdasan, ujarnya seperti dikutip dalam siaran pers, Selasa ( 10). ). /9/2024).

Selain itu, beberapa strategi yang patut dipertimbangkan adalah membangun kapasitas pekerja dan mempersiapkan diri menghadapi pasar tenaga kerja, perubahan, dan kerja sama internasional untuk AI yang aman.

Dan, kebijakan-kebijakan utama di berbagai bidang dapat menjadi pedoman nasional, seperti layanan kesehatan, reformasi perkantoran, pendidikan dan penelitian, produksi pangan, serta transportasi dan kota pintar.

Namun Ari juga menegaskan, ada peraturan perundang-undangan yang mengatur penggunaan AI di Indonesia, tidak hanya untuk tujuan tertentu.

Oleh karena itu harus ada undang-undang tentang investasi, persaingan, dan pengembangan bisnis AI. Undang-undang ini juga mengukur dampak positif dan menghindari penyalahgunaan AI, ujarnya.

Senada, pegawai khusus bidang sosial, ekonomi, dan budaya Kementerian Komunikasi dan Media (Kominfo) Wijaya Kusumawardha menjelaskan hal serupa. Ia mengatakan AI merupakan alat bagi Indonesia untuk mengejar ketertinggalan dari negara lain.

“Apalagi negara kita punya generasi muda yang istimewa, sebanyak 105 juta generasi muda,” ujarnya. Dari sisi ekonomi, kata dia, kontribusi AI terhadap PDP (Pendapatan Domestik Bruto) pada tahun 2030 di dunia mencapai 13 juta dolar dan di ASEAN mencapai 1 juta dolar.

Saat ini di Indonesia sendiri jumlahnya mencapai 366 miliar dolar. Oleh karena itu, peluang tersebut harus dimanfaatkan oleh para pebisnis, tidak hanya di bidang teknologi, tetapi juga di industri lainnya.

Kini Kementerian Komunikasi dan Informatika sendiri telah mengeluarkan Permenkominfo Nomor 9 Tahun 2023 tentang Prinsip Kecerdasan Buatan sebagai Pedoman Pengembangan AI yang berproses dari UU ITE dan UU PDP.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *