Fri. Sep 27th, 2024

Bandara Seattle Dilanda Serangan Siber dan Picu Akses Internet Terputus

matthewgenovesesongstudies.com, Seattle – Bandara Internasional Seattle-Tacoma di Amerika Serikat (AS) dilanda serangan cyber. Hal ini menyebabkan kerusakan pada internet, telepon seluler, email, dan banyak sistem lainnya. 

Serangan tersebut merupakan hari ketiga pada Senin (26/8).

Berita VOA Indonesia pada Selasa (22/8/2024) menyebutkan bahwa Otoritas Pelabuhan Seattle merupakan lembaga pemerintah yang membidangi pelabuhan dan Bandara Internasional Seattle sedang menyelidiki penyebab internet tersebut. memotong dan mencoba mengembalikan fungsi tersebut agar dapat digunakan kembali.

“Kami bekerja sepanjang waktu untuk memulihkan layanan penting dan meminimalkan dampaknya terhadap penumpang kami,” kata manajer bandara Lance Lyttle pada konferensi pers.

Lyttle mengatakan pihak bandara sedang melakukan penyelidikan dengan bantuan para ahli dari luar yang bekerja sama dengan lembaga-lembaga federal, termasuk Administrasi Keamanan Transportasi AS (TSA) dan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan.

Sejauh ini pemerintah belum merilis rincian kejadian tersebut, namun Lyttle mengatakan kejadian tersebut tidak mempengaruhi kemampuan agen TSA untuk memeriksa penumpang.

Beberapa maskapai penerbangan, seperti Delta dan Alaska, tidak melaporkan gangguan layanan akibat insiden tersebut. Kedua maskapai penerbangan menggunakan Bandara Seattle-Tacoma sebagai hub mereka. Namun kejadian ini terkait dengan penanganan bagasi, karena maskapai penerbangan memperingatkan penumpang untuk tidak menyimpan barang bawaannya di dalam kulit agar tidak membuang waktu.

Selain itu, pihak bandara menyarankan penumpang untuk menggunakan tiket pesawat untuk mendapatkan tiket penerbangan dan memastikan gerbang pesawat.

Awalnya, ribuan penerbangan Amerika Serikat (AS) dihentikan pada Jumat, 19 Juli 2024 karena kegagalan teknologi informasi (TI) akibat pembaruan perangkat lunak CrowdStrike.

Bukan hanya maskapai penerbangan, namun bencana telah berdampak pada kantor-kantor pemerintah dan dunia usaha di seluruh dunia, berdampak pada para pelancong, membatalkan perawatan medis, dan mengganggu layanan 911.

Badan keamanan internet mengatakan insiden itu bukan pelanggaran keamanan atau serangan siber. Namun, krisis ini telah berdampak pada maskapai penerbangan, bank, lembaga pemerintah, dan layanan darurat di seluruh dunia. Demikian dilansir CNN, Sabtu (20/7/2024).

Hingga Jumat malam, lebih dari 3.000 penerbangan yang tiba di Amerika Serikat telah dibatalkan dan lebih dari 11.000 penerbangan ditunda, menurut FlightAware.com.

Bandara Internasional Charlotte Douglas di North Carolina menyarankan para pelancong untuk tidak datang ke bandara sampai mereka mengkonfirmasi perjalanan. Penumpang yang kebingungan di bandara tersibuk di dunia di Atlanta, terdampar saat mencoba menuju layanan darurat.

Federal Aviation Administration (FAA) sedang menyelidiki masalah TI yang mempengaruhi penerbangan AS. “Banyak maskapai penerbangan yang meminta bantuan FAA dalam mengelola penundaan penerbangan hingga masalah ini terselesaikan.”

Perusahaan keamanan siber CrowdStrike yang kliennya adalah Microsoft secara aktif menangani klien yang memiliki kerentanan dalam pembaruan konten untuk host Windows. “Ini bukan peretasan atau serangan siber,” kata CEO CrowdStrike di media sosial X yang dulu bernama Twitter.

Kurtz menjanjikan pelanggan “transparansi penuh” tentang bagaimana keluarnya perusahaan tersebut. Dia mengatakan CrowdStrike akan mengambil tindakan “untuk mencegah insiden seperti ini terjadi lagi,” menurut pernyataan di situs CrowdStrike.

“Kami telah mengerahkan seluruh CrowdStrike untuk membantu Anda dan tim Anda pulih dari bencana,” kata CEO tersebut kepada klien.

Namun, hal ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan: Memulai kembali proses secara manual memerlukan waktu dan keterampilan yang tidak dimiliki sebagian pelanggan, sehingga pemulihan perusahaan dari kegagalan TI menjadi lambat.

Mantan CEO McAfee, Dave DeWalt, mengatakan kepada CNN bahwa sekelompok lembaga swasta dan pemerintah bekerja semalaman untuk “mengidentifikasi ancaman” dan menemukan solusi terhadap masalah TI. Dia mengatakan dia menerima panggilan tersebut, termasuk Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur serta lembaga swasta dan pemerintah lainnya.

Microsoft merilis pernyataan sore ini untuk menjelaskan situasinya.

“Kemarin, CrowdStrike mengumumkan pembaruan yang mulai mempengaruhi sistem TI di seluruh dunia,” tulis CEO Microsoft Satya Nadella di X.

“Kami menyadari masalah ini dan bekerja sama dengan CrowdStrike dan semua perusahaan untuk memberikan panduan teknis dan dukungan kepada pelanggan agar dapat memulihkan sistem mereka dengan aman.” 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *