Sat. Sep 28th, 2024

Memasukkan Sendok Saat Anak Kejang adalah Mitos, Ini Langkah Pertama yang Harus Dilakukan untuk Selamatkan Nyawa

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Dokter Spesialis Anak Subspesialis Neurologi RS Pondok Indah, dr. Ari Sulistyowati M.Si., Sp. A, subsp. Neuros mengatakan bahwa memasukkan tangan, sendok, atau benda lain ke dalam mulut anak saat kejang adalah mitos belaka.

“Kesalahpahaman yang paling banyak terjadi adalah kesalahan yang dilakukan saat menangani anak yang mengalami kejang, seperti memasukkan tangan dan sendok karena lidahnya tergigit,” kata Ari dalam wawancara media secara virtual, Jumat, 26 Juli 2024. Mereka khawatir. Apa hal pertama yang harus dilakukan jika anak Anda mengalami kejang?

Saat anak mengalami kejang, Ari menyarankan langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengesampingkan anak.

“Sebenarnya kalau bayi pusing, letakkan di tempat yang nyaman dan aman. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membalikkan bayi ke satu sisi, baik ke kanan atau ke kiri,” kata Erie.

Jika bayi berbusa atau mengeluarkan air liur, posisi menyamping akan menjamin keamanan tanpa memasukkan jari, sendok, atau benda lain ke dalam mulut bayi. Risiko tergigitnya lidah jauh lebih kecil dibandingkan risiko tersedak atau melukai tangan jika masuk ke dalam mulut.

Jadi, apa pun penyebab kejang pada anak, tindakan pertama yang harus dilakukan adalah menjaga lingkungan tetap aman, miringkan anak, dan berikan obat anti kejang yang dimasukkan melalui pinggul, kata Erie. Apa yang tidak boleh dilakukan saat anak Anda pusing?

Selain dituang dengan sendok atau tangan, Erie mengatakan pemberian kopi pada anak untuk mencegah kejang juga merupakan mitos yang membuat pengobatan kejang pada anak tidak tepat.

“Jadi sebenarnya ada mitos-mitos lain yang salah dalam penanganan anak kejang. Termasuk sebagian orang yang mengatakan bahwa memberikan kopi pada anak bisa mencegah kejang, itu tidak benar,” kata Erie.

 

Arie menekankan untuk tidak memasukkan apapun ke dalam mulut bayi selama kunjungan, karena dapat berbahaya dan membahayakan.

“Kalau kopi dikasih seperti itu, bahaya banget. Jadi intinya jangan masukkan apa pun ke mulut anak kalau pusing, berbahaya,” ujarnya.

Risikonya, bayi berisiko mengalami aspirasi yang dapat mengganggu pernapasan dan berujung pada komplikasi lebih lanjut.

“Jika melakukan aspirasi, ada risiko kesulitan bernapas dan aspirasi akan membuat bayi membiru dan menimbulkan komplikasi lebih lanjut,” kata Erie.

Makanya diberikan obat oral, meski ada yang sirup dan pil, tapi oralnya tidak kita berikan, ujarnya.

Arie menjelaskan, tidak pantas memasukkan apapun ke dalam mulut anak saat kejang.

“Saat anak mengalami kejang, kontraksi otot terjadi secara tidak teratur, termasuk otot yang terlibat dalam menelan dan pergerakan lidah dan tenggorokan. Jika kita mencoba memasukkan obat atau benda lain ke dalam mulut dengan harapan dapat menghentikan kejang, hal tersebut akan terjadi. hanya berfungsi jika obatnya tertelan,” ujarnya.

Namun jika terjadi kejang, anak mungkin tidak bisa menelan dengan baik karena gerakannya tidak konsisten.

Bahayanya adalah aspirasi, dimana cairan, kopi atau apapun yang dimasukkan ke dalam mulut malah masuk ke saluran pernapasan, bukan saluran cerna, sehingga dapat menyebabkan aspirasi, kata Erie.

“Jika pemakaiannya keras, mungkin ada risiko cedera pada gigi atau gusi anak,” imbuhnya.

Erie mengatakan, penyebab kejang pada anak ada banyak, dan penyebab paling umum adalah demam.

“Kejang demam memang paling sering terjadi, namun kejang juga bisa disebabkan oleh epilepsi atau infeksi sistem saraf pusat atau gangguan sistem saraf pusat lainnya,” kata Erie.

Risiko terjadinya kejang demam berbeda-beda sesuai sensitivitas suhu tubuh anak. Namun, kata Ari, biasanya terjadi pada suhu di atas 39 derajat Celcius.

Perbedaan ini terjadi karena secara fisiologis kejang disebabkan oleh aktivitas listrik otak yang berlebihan, dan setiap anak memiliki ambang batas aktivitas listrik yang berbeda-beda.

“Beberapa anak mungkin mengalami kejang pada suhu 39°C karena aktivitas listriknya di atas ambang batas, sedangkan anak lain mungkin tidak mengalami kejang pada suhu 40°C meskipun aktivitas listriknya melebihi ambang batas. Jadi, respons suhu dan aktivitas listrik ini benar-benar berubah. antara laki-laki dan perempuan,” kata Erie.

Ari mengingatkan para orang tua, jika anak demam, penting untuk mengukur suhu tubuh anak, karena dokter anak memerlukan informasi suhu yang akurat.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *