Sun. Sep 29th, 2024

Tanggapan Menparekraf Soal Pengerukan Tebing untuk Bangun Vila dan Penebangan Pohon Berusia 100 Tahun untuk Beach Club di Bali

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Beberapa waktu lalu, beredar video di media sosial yang memperlihatkan pembongkaran batu di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali untuk membangun hotel. Sementara itu, pekerjaan pembangunan dihentikan sementara.

“Pembangunan dihentikan sementara sampai kita pastikan tidak ada kerusakan lingkungan,” jelas Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno dalam jumpa pers mingguan bersama Sandi Uno yang digelar secara hybrid, Senin, 20 .

Penghentian sementara pekerjaan pembangunan dilakukan untuk memastikan izin proyek sesuai dengan situasi saat ini. “Kita yakin dengan hal-hal seperti itu, kita tidak boleh membangun pusat wisata yang merugikan lingkungan. Saya koreksi juga, tempat ini bukan di Uluwatu, tapi di Pecatu, khususnya di Desa Pecatu, di Badung,” kata Sandiaga Uno. . .

Kabar pembangunan hotel atau hotel di perbukitan kapur di Desa Pecatu, Bali, tengah heboh belakangan ini. Kisah ini menyusul terbitnya video Tebing Kapur yang sebagian hancur akibat pembangunan situs tersebut. 

Hal serupa disampaikan Politisi Bali Ni Luh Djelantik lewat akun Instagram miliknya, @niluhdjelantik. Di sana Anda bisa melihat tebing-tebing kapur yang mula-mula berdiri diam dan lama kelamaan mulai runtuh. Alat berat juga terlihat di atas batu tersebut.

Di masa lalu, pohon-pohon yang berumur lebih dari 100 tahun terkena dampak pembangunan yang mendukung pariwisata. Pohonnya ditebang, dan negara lama akan dibangun dengan perkemahan pantai. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengeluhkan pemotongan harga demi kepentingan bisnis.

 

“Ah, miris sekali jika pohon-pohon ditebang selama ratusan tahun, apalagi untuk tujuan komersial. Oleh karena itu kami selalu mengingatkan untuk mengikuti prinsip CHSE dalam pembangunan dan pengelolaan tempat wisata,” kata pria yang akrab disapa Sandi itu. .

Sandi meyakinkan kliennya akan mengkaji secara cermat perizinan proyek beach club tersebut, terutama dari segi keberlanjutan. Dalam video yang salah satunya diunggah akun Instagram @therahayuproject, terlihat proses penebangan pohon besar yang konon berusia 100 tahun.

“Berapa banyak pohon yang akan ditebang untuk mendapatkan keuntungan?” Masukkan deskripsi untuk diunggah. 

Video tersebut menarik banyak perhatian masyarakat yang mengecam tindakan tersebut. Mereka mengeluhkan perusakan lingkungan demi keuntungan komersial. Banyak yang berharap pembangunan pusat wisata di kawasan yang masih belum diketahui lokasinya itu bisa dipertimbangkan oleh pemerintah setempat. 

Selain Bali, pengunjung Banyuwangi di Jawa Timur, khususnya di tepian Pulau Merah, juga terganggu dengan aktivitas pertambangan di sekitar kawasan tersebut.

Sebelumnya, ledakan tambang emas terjadi pada Rabu 15 Mei 2024 akibat gempa di lokasi penambangan emas.

Letusan tersebut juga diperkirakan akan mengganggu kehidupan laut dan perikanan serta pariwisata di Pulau Merah. Saat ini, bagi masyarakat sekitar dan pelaku usaha di kawasan wisata Pulau Merah sudah terbiasa dan tidak kaget lagi dengan suara ledakan.

“Tentu saja hal seperti itu tidak boleh terjadi di kawasan wisata, karena bisa mempengaruhi kenyamanan perjalanan. Ya, hal-hal CHSE harus selalu diperhatikan di berbagai kawasan. Tempat wisata harus aman dan nyaman, dan harus diperhatikan keberlanjutannya. itu, kata Sandi.

Aktivitas pertambangan yang meresahkan masyarakat tidak hanya terjadi di Bali dan Banyuwangi. Dulu, seperti dilansir laman matthewgenovesesongstudies.com Daerah, terdapat 2.408 pulau kecil yang masuk dalam wilayah Kepri, yang kerap dimanfaatkan untuk meningkatkan anggaran dan pendapatan daerah.

“Jika pengembangan lahan diperlukan untuk mendorong pariwisata dan industri, kita harus mendukungnya dengan uang,” kata Gubernur Kepri Ansar Ahmad kepada matthewgenovesesongstudies.com di Batam, Selasa, 4 Juli 2023.

Menurut Ansar, lebih baik memanfaatkan pengembangan pulau-pulau kecil di Kepulauan Riau dibandingkan tidak memanfaatkannya. Sementara itu, pengumuman lapangan yang diselenggarakan oleh Komite Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji menyoroti sejumlah kearifan maritim di Kepulauan Riau seperti pengelolaan pulau-pulau pesisir yang berkelanjutan.

Penentangan terhadap meluasnya pemanfaatan pulau-pulau kecil di Kepri tidak hanya datang dari aktivis dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LMS), tetapi juga dari kalangan mahasiswa. Mereka mengetahui bahwa pulau-pulau kecil tersebut mempengaruhi kehidupan banyak masyarakat di Kepulauan Riau. Jika tidak dikelola dengan baik, dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada perikanan.

Presiden BEM Universitas Maritim Raja Ali Haji Alfi Rivan Syafutra mengatakan, pihaknya mulai menunjukkan kebijakan pemerintah yang tidak memberikan rencana komprehensif pengelolaan pulau-pulau kecil di Kepulauan Riau.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *