Sun. Sep 29th, 2024

Teater Koma Segera Pentaskan Naskah Terakhir Almarhum Nano Riantiarno, Warisan Penting Sang Maestro

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Teater Koma kembali tampil di panggung dengan penampilan “Matahari Papua: Masa Merdeka dari Naga”. 7-9 Juni 2024 Ceramah Taman Ismail Marzooki di Graha Bhakti Budaya merupakan naskah terbaru karya almarhum Nobertus Rienriarno. 

Ratna Rianriano, produser acara tersebut, mengatakan teater tahun ini akan berkesan karena ceritanya tentang ‘kebebasan manusia’.

“Padahal yang ingin kita bicarakan adalah kebebasan yang bersifat universal dan individual. Pastinya bebas sebagai bangsa dan berbangsa, tapi bebas sebagai pribadi?” kata Ratna dalam jumpa pers di Indonesia Kaya Gallery, Jakarta, Rabu, 29 Mei 2024.

Ia menjelaskan bahwa kolonisasi naga terhadap manusia adalah metafora untuk segalanya. Melalui pidatonya tersebut, ia berharap semua orang dapat berjuang untuk terbebas dari setan (hal-hal yang menjajah).

Ratna mengatakan, meskipun nama teater ini adalah “Papua”, namun hanya latar belakang peristiwanya, suku-suku yang ada dalam cerita, lagu-lagunya, dll. Hal ini sesuai dengan gambaran sutradara teater Ranga Rianriano.

“Naga itu sepertinya sedang mengkritik orang-orang: ‘Tidakkah orang-orang berani melawanku?’ Seharusnya mereka bersatu melawan saya. Sekarang Papua diperintah oleh seekor naga, tapi dia berbicara tentang negara lain, atau kita tidak bisa memahami apa yang terjadi di media sosial atau berani melawannya,” kata Ranga.

Ranga memulai debutnya di teater Matahari Papua pada tahun 2014 sebagai naskah pendek berjudul Kahaya Dari Papua di Galeri Kaya, Indonesia. Belakangan, Chahaya Dari yang diberi nama Nano sebagai Putra Papua, mulai mengerjakan naskah Papua.

Naskah diserahkan secara anonim untuk diikutsertakan dalam Rawayan Award 2022, kompetisi penulisan skenario Dewan Kesenian Jakarta. Rupanya naskah ini terpilih menjadi salah satu pemenang.

Nano juga akan mengarahkan naskah baru ini ke produksi teater yang dijadwalkan pada November 2023. Namun nasib berkata lain dan Nano meninggal pada awal Januari 2023.

Terakhir, tahun ini pameran akan diselenggarakan bekerja sama dengan Yayasan Jaroom Bhakti Budaya. Ranga bercerita, selama mempersiapkan teater ini, ia berusaha mencari ide ayahnya dengan membuat dan menyiapkan naskah teater. Nano mempunyai waktu untuk berinteraksi dengan art Director, makeup artist dan lain-lain.

Pementasan Teater Matahari Papua merupakan salah satu pementasan Teater Koma yang paling berkesan karena digelar berdekatan dengan hari ulang tahun Nano Rienarno pada 6 Juni mendatang. Pertunjukan ini akan menjadi pertunjukan pertama Teater Koma di Graha Bhakti Budaya setelah beberapa tahun terakhir harus berpindah tempat akibat renovasi dan wabah penyakit.

“Kembalinya penampilan kita di Graha Bhakti Budaya sungguh istimewa karena tempat ini punya sejarah dan pernah menjadi saksi berbagai pertunjukan di Teater Koma. Kini kita kembali tanpa Mas Nano. Tapi guru, sosok ayah, Kakak, sahabat kita akan selalu ada di hati kita, nasehat dan ajarannya akan selalu menyertai kita masing-masing karena kita tidak selalu berhenti bergerak, kita tidak pernah berhenti, kita selalu koma,” ujarnya.

Pertunjukan tersebut akan berlangsung selama 2 jam 15 menit tanpa jeda dan akan menampilkan total 22 lagu. Music Director Matahari Papua, Fero A. mengatakan, enam lagu yang dibawakan sudah dibawakan di Teater Kahaya Dari Papua. kata Stefanus.

“Enam lagu yang ada digarap semaksimal mungkin ala Papua, namun setelah dikembangkan naskahnya ada tambahan lagu sehingga menjadi 22 lagu,” kata Ferro. “Yang pasti basicnya dari Papua, khususnya Komoro. Namun dengan sedikit sentuhan musik Barat, sudah diadaptasi dari musik Indonesia, musik yang sudah ada,” ujarnya.

Pertunjukan teater Matahari Papua bercerita tentang seorang pemuda bernama Biwar yang tumbuh di bawah perlindungan ibunya Omakomina dan di bawah asuhan seorang dukun Korea. Saat memancing, Biwar menyelamatkan seorang wanita dari kota Papua di wilayah Kamoro dari serangan tiga ekor rusa di bawah kendali seekor naga yang meneror tanah Papua.

Bivar memberitahu ibunya setelah kejadian itu. Namun, sang ibu sebenarnya berbagi sedikit kenangan. Ayah Bivar dan tiga pamannya dibunuh oleh naga. Mama yang saat itu sedang hamil melarikan diri dan lahirlah Bivar. Bivar mengetahui hal ini dan memutuskan untuk membalas dendam karena telah membunuh naga itu.

Pertunjukan tersebut menampilkan aktor-aktor ternama seperti Tutti Hartati, Lutfi Ardiansya, Goshulan Bayuwinanda, Neta Kusuma Devi, Daisy Lantang, Bayu Dharmawan Saleh, Sir Ilham Jambak dan Sri Khadariatin. Ada Zulfi Ramdoni, Angga Yasti, Rita Matumona, Dana Hassan, Adri Prasetyo, Andhini Puteri, Dodi Gustaman, Indri Djati, Pandu Raka Pangestu, Hapsari Andira, Radhen Darwin, Edo Paha dan lain-lain.

Modus keluaran

Pementasan ini pada hari Jumat tanggal 7 Juni 2024 pukul 19.30 WIB, 8 Juni 2024 pukul 13.00 dan 19.30 WIB serta Minggu tanggal 9 Juni 2024 pukul 13.00 WIB Graha Taman Ismail Marzooqi akan dilaksanakan di Bhakti Budaya. 

Informasi tiket

Terdapat beberapa kategori kelas mulai dari Rp 175.000 hingga Rp 975.000. Untuk informasi lebih lanjut mengenai tiket, kunjungi www.teaterkoma.org atau hubungi 0217359540/082122777709.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *