Sun. Sep 29th, 2024

[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: 51 Tahun Dokter Paru Indonesia

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Hari ini, 8 September merupakan hari jadi Persatuan Pulmonologi Indonesia (PDPI) yang ke-51. Penutupan pada bulan September 2024 ini memiliki arti tersendiri karena pada bulan depan, Oktober 2024, kita akan mengambil kepemimpinan presiden baru. Oleh karena itu, dihadirkan empat permasalahan kesehatan paru yang diharapkan dapat mendapat perhatian lebih dari pemerintah mendatang.

Pertama dari berbagai jenis infeksi, yang sering dibicarakan dan patut diprioritaskan adalah tuberkulosis (TB), infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan pneumonia. Untuk TBC, Indonesia merupakan negara penyumbang kasus terbesar kedua di dunia, sehingga jelas diperlukan upaya yang luar biasa dan hal ini akan menjadi salah satu prioritas ke depan.

ISPA juga penting karena jumlah kasusnya tinggi, sedangkan pneumonia berat jelas memerlukan pelayanan kesehatan yang sangat baik untuk pemulihannya.

Isu kedua adalah penyakit paru-paru tidak menular. Setidaknya, penyakit paru obstruktif (seperti asma bronkial dan penyakit paru obstruktif kronik) dan kanker paru menjadi prioritas. Kambuhnya asma bronkial dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) jelas akan mengganggu performa kerja pasien dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari.

Bahkan, jika memburuk dan tidak dikendalikan, bisa menyebabkan kematian. Kanker paru-paru adalah salah satu kanker paling umum pada pria. Meskipun terdapat kemajuan besar dalam pengobatan kanker paru-paru, kasus kanker paru-paru yang sudah lanjut, terutama jika kanker telah menyebar ke organ lain di tubuh, dapat berakibat fatal. 

Aspek ketiga dari penyakit paru-paru yang diperkirakan mendapat prioritas utama adalah potensinya menjadi pandemi. Kita tahu pandemi akan terjadi lagi di masa depan, hanya saja kita tidak tahu kapan itu akan terjadi.

Pada saat yang sama, besar kemungkinan penyakit yang menyebabkan pandemi berikutnya juga adalah penyakit paru-paru, seperti pandemi influenza dan COVID-19 sebelumnya.

Oleh karena itu, mulai saat ini langkah-langkah kesiapsiagaan, pencegahan, dan tanggap harus diutamakan terhadap berbagai kemungkinan penyakit paru-paru yang berpotensi menjadi pandemi di kemudian hari.

 

Selain itu, isu umum keempat adalah kebijakan terkait kebiasaan merokok dan polusi udara. Kita mempunyai jumlah perokok yang sangat besar dan Indonesia adalah salah satu dari sedikit negara yang belum menandatangani “Framework Convention on Tobacco Control (FCTC)” internasional.

Memang ada angin segar dalam UU Kesehatan no. 17 Tahun 2023 dan kita berharap dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar masyarakat kita dapat terhindar dari dampak buruk rokok. Terkait polusi udara, polusi udara di kota-kota besar seperti Jakarta sudah beberapa kali kita alami, bahkan beberapa kali menduduki peringkat tinggi dibandingkan kota-kota besar lainnya di dunia.

Kebiasaan merokok dan polusi udara berdampak besar terhadap kesehatan paru-paru dan berhubungan dengan timbulnya berbagai penyakit paru-paru dan pernafasan.

Semoga kesehatan paru-paru bangsa kita tetap terjaga dengan baik, salah satunya berkat kerja keras Persatuan Pulmonologi Indonesia (PDPI).

Profesor Tjandra Yoga Aditama

Ketua Dewan Kehormatan Persatuan Pulmonologi Indonesia (PDPI)

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *