Mon. Sep 30th, 2024

15 Maret Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia, Begini Sejarah Terbentuknya

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mendeklarasikan Hari Internasional Melawan Islamofobia atau International Day Against Islamophobia melalui resolusi yang disahkan dengan suara terbanyak pada tahun 2022 dan menetapkan tanggal 15 Maret sebagai hari perayaannya.

Organisasi Kerja Sama Islam diwakili oleh Pakistan dalam menyampaikan resolusi tersebut.

Resolusi tersebut memperingati hari naas pada tahun 2019 di Christchurch, Selandia Baru, ketika seorang pria bersenjata melepaskan tembakan ke dua masjid, menewaskan 51 orang dan melukai 40 orang.

Resolusi tersebut secara resmi diperkenalkan oleh perwakilan Pakistan di PBB, Munir Akram. Dia mengatakan resolusi tersebut mengakui meningkatnya intoleransi, prasangka dan kekerasan terhadap penganut agama dan komunitas lain, terlepas dari siapa yang melakukannya, mengutip nationaltoday.com. 

Islamofobia adalah rasa tidak suka, teror, atau prasangka buruk terhadap Islam atau umat Islam secara umum, terutama ketika mereka dianggap sebagai kekuatan geopolitik atau sumber terorisme.

Definisi pasti dan ruang lingkup istilah “Islamofobia” masih diperdebatkan. Beberapa ahli menganggap ini sebagai bentuk xenofobia atau rasisme.

Ada juga yang berpendapat bahwa Islamofobia dan rasisme berkaitan erat atau kebetulan, dan ada pula yang masih menyangkal adanya kaitan keduanya karena agama bukan ras.

Islamofobia menjadi perhatian khusus saat ini karena Islamofobia telah muncul sebagai bentuk rasisme baru yang memanifestasikan dirinya dalam xenofobia, profiling negatif, dan stereotip terhadap umat Islam.

Selain itu, Munir Akram menilai aspek gender dalam Islamofobia semakin terlihat. Perempuan dan anak perempuan menjadi sasaran karena pakaian yang mereka kenakan.

Menurut duta besar Guyana untuk Majelis Umum PBB, penetapan hari ini merupakan langkah penting dalam memerangi Islamofobia dan dampak buruknya, termasuk terbatasnya akses terhadap pekerjaan, perumahan dan pendidikan.

Aksi global ini akan membantu melawan meningkatnya tindakan kekerasan terhadap umat Islam dan komunitas Muslim di seluruh dunia.

Resolusi PBB menyatakan bahwa terorisme tidak boleh dikaitkan dengan agama, kebangsaan, kelompok etnis, atau peradaban apa pun.

Laporan ini menyerukan upaya global yang lebih besar untuk mendorong dialog guna memperkuat budaya toleransi dan perdamaian di seluruh dunia pada semua tingkatan.

Resolusi tersebut menyerukan kepada semua negara, badan-badan PBB, masyarakat sipil, sektor swasta dan organisasi keagamaan, serta organisasi internasional dan regional, untuk mengatur dan mendukung kegiatan peningkatan kesadaran di semua tingkatan untuk mengurangi Islamofobia.

1923: Penggunaan pertama “Islamofobia” dalam bahasa Inggris

Istilah “Islamofobia” pertama kali muncul dalam Journal of Theological Studies.

1989: Menghasut umat Islam

Ayatollah Khomeini menghasut umat Islam untuk mencoba membunuh Salman Rushdie, penulis The Setan Verses.

2005: Lahirnya konstitusi baru

Ziauddin Sardar, seorang ulama Islam, menulis bahwa Islamofobia tersebar luas di Eropa, di mana terdapat banyak politisi anti-Muslim.

2019: Akar radikalisasi

Gideon Rahman menulis bahwa radikalisasi anti-Islam di luar negara-negara Muslim disebabkan oleh bangkitnya Islamisme intoleransi di beberapa negara Muslim.

Umat ​​Islam sering menghadapi diskriminasi karena agamanya. Hari Internasional Melawan Islamofobia mengingatkan dunia akan pentingnya melindungi hak asasi manusia.

Resolusi PBB didedikasikan untuk umat Islam. Namun, juga mendukung perlindungan semua agama dan kepercayaan.

Hari Internasional Melawan Islamofobia juga memberikan penghormatan kepada mereka yang kehilangan nyawa dalam serangan di Selandia Baru.

1. Uni Eropa sedang memerangi Islamofobia

Sebagai bagian dari perjuangan melawan kebangkitan Islamofobia di Uni Eropa, Parlemen Eropa di Brussels pada tanggal 26 September 2018 menciptakan seperangkat alat untuk melawan Islamofobia.

2. Perancis membela Islam

Pada tahun 2015, setelah serangan Charlie Hebdo, Perdana Menteri Prancis Manuel Valls menyatakan bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan kelompok teroris ISIS.

3. Pemantauan Islamofobia terbesar

Pusat Pemantauan Rasisme dan Xenofobia Eropa telah melaksanakan proyek terbesar untuk memantau Islamofobia sejak serangan 9/11.

4. Donald Trump menentang umat Islam

Trump, yang memenangkan pemilihan presiden tahun 2016 melalui kampanye Islamofobia, telah mengusulkan pelarangan semua Muslim memasuki Amerika Serikat.

5. Kelompok Islamofobia mendapat banyak dana

Antara tahun 2008 dan 2013, kelompok yang mempromosikan Islamofobia di AS memiliki akses terhadap $206 juta, atau sekitar 3 triliun rupiah.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *