Mon. Sep 30th, 2024

Bos MIND ID Penuhi Janji ke Jokowi, Mulai Produksi di Smelter Bauksit Mempawah

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Holding BUMN, PT Mineral Industri Indonesia atau MIND ID resmi memulai pengoperasian Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Tahap 1 di Mempawah, Kalimantan Barat. Hal ini disebut-sebut sebagai pemenuhan janji MIND ID kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hal tersebut diumumkan oleh Hendri Prio Santoso, CEO MIND ID. Menurutnya, hal tersebut merupakan kelanjutan dari proyek yang dikaji langsung oleh Jokowi pada Maret 2024.

“Kita bisa berkumpul di Purbakala Mempawah untuk menghadiri peresmian injeksi bauksit pertama proyek SGAR dan memenuhi janji yang diberikan kepada Presiden pada bulan Maret lalu dan beliau juga melakukan peninjauan langsung kepada kami saat itu,” ujarnya. Hendi SGAR di Mempawah, Kalimantan Barat pada Selasa (23/09/2024).

Ia mengatakan, beroperasinya proyek SGAR Fase 1 merupakan pencapaian penting dalam sejarah industri logam mineral Indonesia. Termasuk membuka integrasi.

“Kami dapat menyelesaikan integrasi MIND ID Group dari bauksit menjadi alumina dan aluminium dengan pembukaan hari ini, kami siap menyumbangkan produk tersebut untuk pembangunan perekonomian bangsa,” ujarnya.

Pada SGAR tahap 1, kapasitas produksinya mencapai 1 juta ton per tahun. Ini adalah salah satu dari beberapa upaya pengurangan bauksit yang digalakkan oleh Jokowi, termasuk menyelamatkan mata uang Indonesia.

“Kami ingin menambah kapasitas aluminium menjadi 900.000 ton sehingga perlu tambahan bahan baku, jadi kami siap satu juta ton lagi,” ujarnya.

Untuk mengolah sekitar 1 juta ton alumina pada fase SGAR, dibutuhkan 3,3 juta ton bahan baku bauksit setiap tahunnya, kata Hendi. Proyek ini membutuhkan biaya investasi sebesar Rp 16 miliar.

“Yang kami resmikan sekarang berkapasitas satu juta ton dan membutuhkan bahan baku 3,3 juta ton setiap tahunnya,” ujarnya.

Hendi mengatakan SGAR memberikan dampak positif terhadap perekonomian dan lingkungan sosial di wilayah operasi. Dorongan berkembangnya pabrik dan infrastruktur operasional dapat merekrut tenaga kerja dan meningkatkan perekonomian sektor terkait. 

Operasi pertambangan dan industri juga dilakukan berdasarkan prinsip berkelanjutan untuk memitigasi dan mengurangi dampak sosial dan lingkungan.

Hal ini dapat menghentikan impor 672.000 ton aluminium per tahun

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan Indonesia mungkin akan mengakhiri impor aluminium. Menurut laporan, sekitar 56 persen dari 1,2 juta ton kebutuhan aluminium negara tersebut diimpor.

Ia mengatakan Indonesia memiliki bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi aluminium, namun sebagian besar aluminium masih diimpor.

“Kita tahu kebutuhan aluminium di dalam negeri saja 1,2 juta ton. Kita impor 56 persen. Kita punya bahan baku, kita punya bahan baku, tapi aluminiumnya kita impor 56 persen,” kata Jokowi saat meresmikan Aluminium. Pengecoran. Kilang Alumina (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat pada Selasa 24 September 2024.

 

Ia mengatakan, injeksi bauksit pertama SGAR milik PT Borneo Alumina Indonesia bisa menjadi titik produksi aluminium baru untuk memenuhi kebutuhan nasional. Pada akhirnya, impor aluminium mungkin terhenti sama sekali.

Jika dihitung, 56 persen dari total kebutuhan aluminium nasional sebesar 672.000 ton per tahun.

Oleh karena itu, setelah produksi berakhir, kita bisa menghentikan impor yang 56 persen, kita tidak akan mengimpor lagi, kita akan memproduksinya sendiri, katanya.

Belum usai, Indonesia juga diyakini belum akan kehilangan mata uang negaranya. Ia mencatat, Indonesia mengalami kerugian devisa sebesar Rp 50 miliar akibat impor aluminium.

“Kita tidak akan kehilangan devisa karena mulai saat ini kita harus mengeluarkan mata uang asing sekitar USD 3,5 miliar setiap tahunnya. Jumlah yang besar. Rp 50 miliar lebih akan hilang karena kita mengimpor aluminium,” ujarnya. Belajar dari nikel

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi membahas manfaat penghentian penambangan bahan baku di Indonesia secara bertahap. Salah satunya nikel yang berhasil meningkatkan nilai ekspornya.

“Hentikan ekspor bahan mentah, olah sendiri, karena masyarakat dan negara akan mendapat nilai tambah, dan lompatan selanjutnya terlihat jelas jumlahnya,” ujarnya.

Dia mencontohkan, produk nikel yang nilai ekspornya mencapai USD 1,4-2 miliar sebelum tahun 2020 atau sekitar Rp 20 miliar per tahun. Jumlah ini meningkat drastis setelah pemerintah menghentikan ekspor nikel mentah ke luar negeri.

“Saat kita berhenti, tahun lalu kita punya 34,8 miliar dolar, nilai tambah hampir Rp 600 miliar,” tegas Presiden.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *