Mon. Sep 30th, 2024

Gubernur BI Perry Warjiyo Optimistis Inflasi Indonesia Terkendali hingga 2025, Ini Faktornya

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) target inflasi Indonesia akan terus rendah hingga akhir tahun 2024 dan 2025.  

“Kami memperkirakan inflasi akan tetap terkendali pada level rendah dalam kisaran sasaran 2,5% plus minus 1% untuk sisa tahun 2024 dan 2025,” kata Perry, Jumat (14/6) dalam Rapat Koordinasi Inflasi Nasional/2024. 2024). 

Perry menjelaskan, tren inflasi Indonesia selama 10 tahun terakhir menunjukkan inflasi yang rendah terkendali dan saat ini termasuk yang terendah di dunia. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Mei 2024 tercatat sebesar 2,84% atau berada dalam kisaran sasaran 2,5% plus minus 1%.  

Perry Warjiyo mengatakan terkendalinya inflasi di pusat dan daerah didukung oleh sinergi antara Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Termasuk Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). 

Di tengah ketidakpastian global, Perry mengimbau pemerintah untuk terus bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah untuk memitigasi risiko kenaikan harga pangan dan energi akibat konflik geopolitik yang sedang berlangsung. Selain itu, ketidakpastian pasar keuangan global dan permasalahan struktural seperti produktivitas. 

“Mengingat kondisi global yang masih belum mendukung, berbagai tantangan harus kita hadapi dengan upaya dan sinergi yang berkelanjutan,” kata Perry. 

Perry mengatakan Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakannya untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

 

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo sebelumnya memperkirakan inflasi ke depan akan tetap stabil hingga tahun 2024. Keyakinan tersebut didukung oleh harga pangan yang menurutnya sudah mulai menurun, termasuk harga beras. 

Sekilas, Perry mengatakan inflasi pada April 2024 juga akan terus turun dan tetap berada dalam target 2,5 persen plus minus 1 persen. Dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) juga lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia.

“CPI sebesar 3 persen, lebih rendah dari ekspektasi kami sebesar 3,3 persen.” Inflasi inti sangat rendah yaitu 1,82 persen. Itu menunjukkan inflasi inti masih ada,” kata Perry, Rabu (8/5/2024).

Salah satu keberhasilannya, kata dia, adalah koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah bersama Bank Indonesia melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk mengatasi inflasi harga pangan yang berfluktuasi atau pangan yang tidak stabil.  

“Masih tinggi, namun pada April terjadi deflasi sebesar 0,31 persen. Baik inflasi bulanan maupun tahunan turun dari 10,33 persen menjadi 9,63 persen,” tambah Perry. 

 

 

Perry kemudian meyakini inflasi harga pangan yang berfluktuasi akan lebih terkendali di masa depan. Apalagi saat memasuki musim panen raya. Harga sejumlah bahan pokok, termasuk beras, tidak lagi naik seperti dulu.

Perkembangan terakhir juga menunjukkan harga bahan pokok termasuk beras juga terus turun. Dan kita lihat sudah mulai datang meski musim panen belum mencapai puncaknya, ujarnya.

“Oleh karena itu, inflasi pangan yang tidak berkelanjutan akan berkurang secara signifikan di masa depan. Mudah-mudahan bisa kembali ke kisaran 6-7 persen untuk menahan inflasi,” ujarnya. 

Oleh karena itu, Bank Indonesia meyakini inflasi IHK akan tetap berada pada target yang diusulkan hingga akhir tahun. 

“Oleh karena itu, secara keseluruhan menunjukkan inflasi kita tahun ini dan tahun depan tetap pada level sasaran 2,5 plus minus 1 persen. Kami memperkirakan CPI juga akan turun maksimal 3,2 persen pada akhir tahun. inflasi inti akan menjadi 2,6 persen tahun ini,” tutup Perry.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung sebelumnya mengatakan inflasi perlu tetap terkendali karena biasanya dipicu oleh kenaikan harga bahan pangan yang bergejolak (volatile food), khususnya beras komersil.

“Kita senang dengan inflasi inti, tapi kita harus bersama-sama mewaspadai produk-produk yang bergejolak, terutama beras,” kata Judah Agung dalam acara Economic Outlook 2024, Kamis (29/02/2024).

Selain nasi, makanan musiman seperti cabai dan bawang merah, bawang merah, dan bawang putih juga menjadi perhatian.

“Dan cabai dan bawang bombay selalu bersifat musiman, apalagi beras karena berdampak besar terhadap daya beli masyarakat,” ujarnya.

Diketahui, belakangan ini topik beras langka dan mahal sedang ramai diperbincangkan. Sebab, harga beras sudah melampaui harga eceran tertinggi (HET).

Berdasarkan data Pusat Informasi Strategis Nasional Harga Pangan (PIHPS), rata-rata harga beras nasional per 29 Februari 2024 berkisar Rp15.900 per kg untuk beras medium dan Rp17.250 per kg untuk beras premium.

 

Berdasarkan laman Bank Indonesia, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari 2024 tercatat sebesar 2,57 persen (y/y), dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,61 persen (y/p), dan tetap berada pada kisaran 2,5±1 persen. .

Penurunan inflasi yang terjadi pada inflasi inti jelas merupakan dampak dari konsistensi kebijakan moneter Bank Indonesia yang berorientasi pada stabilitas dan kedekatan kebijakan Bank Indonesia dengan pemerintah pusat dan daerah.

Inflasi inti melambat dari 1,80 persen (y/y) pada bulan Desember 2023 menjadi 1,68 persen (y/y) pada bulan Januari 2024, didorong oleh rendahnya inflasi impor sejalan dengan nilai tukar rupee yang stabil, ekspektasi inflasi yang sesuai target, dan potensi ekonomi yang terjaga. masih besar dan dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Pada saat yang sama, inflasi harga administratif relatif stabil sebesar 1,74 persen (y/y). Sementara itu, inflasi volafile food naik menjadi 7,22 persen (y/y), terutama pada beras dan bawang karena dampak El Niño, faktor musiman, dan perubahan musim panen.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *