Wed. Oct 2nd, 2024

Dampak Lain BPA, Pakar Ungkap Bisa Ganggu Kesuburan Pria

By admin Oct1,2024 #copywriter

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Hingga saat ini, penggunaan galon daur ulang pada industri air minum dalam kemasan (AMDK) masih terus berlanjut. Galon-galon ini sering didistribusikan menggunakan truk terbuka. Seringkali, hal ini membuat galon yang dapat digunakan kembali langsung terkena suhu ekstrem, terutama terik matahari.

Faktanya, paparan tersebut dapat menyebabkan senyawa bisphenol A (BPA) terlepas dari dinding kemasan galon ke dalam air di dalamnya. Selain itu, proses pembilasan galon yang terlalu sering juga meningkatkan risiko tersebut. Hal ini telah dikonfirmasi oleh Dr Lee sendiri. Demikian disampaikan Oka Negara dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana saat menghadiri seminar “Bebas BPA” bertema “Perilaku Sehat, Reproduksi Sehat dan Keluarga Sejahtera” di Hotel Amarosa Cosmo Jakarta (5/9).

“Kami menemukan bahwa galon-galon ini perlu diisi terlebih dahulu agar mulai kosong, yang menjadi masalah saat mengangkut atau mendistribusikannya, atau diisi dan dikirim ke distributor. Beberapa data menunjukkan bahwa galon-galon tersebut panas. mereka “merasa kepanasan karena berada di truk terbuka.

Dr Oka Negara menambahkan, “BPA dilepaskan saat terkena panas atau sinar ultraviolet (UV). “Saran saya, kalau bisa, truk yang mengangkutnya ada yang atapnya, jadi menggelinding agar BPA-nya tidak aktif.”

Juga, Dr. Mengenai kandungan senyawa BPA, beberapa penelitian skala besar menunjukkan bahwa BPA menimbulkan risiko kesehatan kumulatif, tambah Oka Negara.

Dokter yang diakui keahliannya di bidang kesehatan seksual dan reproduksi dan saat ini bekerja di Lembaga Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Bali ini secara khusus menekankan bahwa bisphenol A (BPA) janin dapat terpapar senyawa. Bahkan di dalam kandungan, dapat menyebabkan kelainan pada sistem reproduksi pria, termasuk mikropenis, yaitu kondisi di mana penis berukuran lebih kecil dari biasanya.

Menelan (BPA) secara terus menerus dapat menyebabkan gangguan estrogen dan pada pria mengalami masalah pada penis yang lebih kecil dan berpotensi infertilitas, tambahnya.

Selain itu, kontaminasi BPA pada galon polikarbonat AMDK telah dibuktikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui studi lapangan, dan air kemasan berbahan galon polikarbonat dari enam wilayah di Indonesia menunjukkan tingkat kontaminasi BPA yang mengkhawatirkan. Penelitian menunjukkan kadar BPA dalam air minum kemasan telah melampaui standar keamanan sehingga mendorong revisi peraturan BPOM. 

Oleh karena itu, dalam forum yang sama, Yeni Restiani dari Departemen Standardisasi Pangan Olahan BPOM kembali menekankan pentingnya regulasi pelabelan dan pengemasan bahan plastik yang harus diwaspadai oleh keluarga dan masyarakat Indonesia. “Mulai tanggal 5 April 2024, seluruh AMDK yang beredar di Indonesia harus memenuhi ketentuan Peraturan BPOM Nomor 4. Tahun 2024 bertambah menjadi 6,” kata Yeni.

Yeni telah mematuhi Peraturan BPOM sebelumnya Nomor 2018 tentang Pelabelan Pangan Olahan. Amandemen kedua UUD 31 menyebutkan dua hal penting. Peraturan tersebut kini telah menambahkan pasal 61A yang dengan jelas menyatakan: “AMDK menggunakan kemasan plastik polikarbonat, pada labelnya terdapat tulisan sebagai berikut.” : ‘Dalam kondisi tertentu, kemasan polikarbonat dapat melepaskan BPA ke dalam air kemasan.’

Menurutnya, pengolahan atau migrasi BPA dari kemasan ke makanan bisa terjadi karena beberapa alasan. Menurut Yeni, penyebabnya antara lain, “prosedur pencucian yang tidak tepat, penggunaan air yang lebih panas dari 75 derajat, sisa deterjen, pencucian yang menyebabkan goresan, penyimpanan yang tidak tepat, paparan sinar matahari langsung atau paparan sinar matahari yang terlalu lama.”

Aturan pelabelan untuk kemasan polikarbonat AMDK kini ditegakkan secara hukum, dan produsen memiliki waktu empat tahun untuk melakukan perbaikan. BPOM mendasarkan urgensi pelabelan ini pada penelitian lapangan yang menemukan kandungan BPA pada air minum dalam botol galon polikarbonat di enam wilayah di Indonesia.

BPOM menemukan kadar BPA di atas ambang batas (0,9 ppm per liter) pada galon air kemasan selama tahun 2021-2022. Hal ini berlaku meskipun ambang batas yang ditentukan adalah 0,6 bagian per juta (ppm) per liter. Enam wilayah yang diduga AMDK kemasan botol terkontaminasi paparan BPA adalah Medan, Bandung, Jakarta, Manado, Banda Aceh, dan Aceh Tenggara.

Temuan BPOM menemukan kadar BPA mencapai 3,4% di fasilitas distribusi dan distribusi. Sementara itu, hasil uji kepatuhan BPA yang mengkhawatirkan menunjukkan bahwa 0,05 hingga 0,6 ppm terdeteksi di 46,97% fasilitas distribusi dan 30,19% fasilitas produksi. Sedangkan pengujian kadar BPA AMDK ditemukan lebih dari 0,01 ppm, yaitu 5% pada fasilitas produksi dan 8,6% pada fasilitas distribusi.

BPOM menunjukkan bahwa sebagian besar kontaminasi BPA pada air minum kemasan terjadi pada proses pasca produksi. Prosedur pengangkutan dan penyimpanan AMDK galon melalui berbagai media dan lokasi dari pabrik hingga ke konsumen diduga tidak diikuti. Misalnya bantingan galon terhenti saat terkena panas matahari atau saat diturunkan sehingga kandungan BPA pada kemasan galon diyakini berpindah ke dalam air.

“Sekarang kita lihat apakah (semua bukti itu) benar atau tidak? “Atau kita ingin memastikan generasi penerus benar-benar generasi yang sehat,” kata Dr. negara oke

(*)

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *