Wed. Oct 2nd, 2024

Ummu Ja’far dan 2 Pengemis Tunanetra: Kisah Pengharapan Rezeki dari Allah dan Manusia

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Kisah Islami yang bisa dijadikan hikmah bagi para tunanetra.

Kisah ini tentang seorang wanita kaya yang dikenal sebagai Ummu Ja’far. Kebaikan Um Jafar dikenal di masyarakat, meski kedua orang buta itu mengetahuinya.

Setiap hari, dua orang buta menunggu Ummu Ja’far di pinggir jalan yang dilaluinya. Saat mereka bekerja setiap hari, kedua orang buta ini mempunyai harapan, permohonan dan doa yang berbeda.

“Tuhan, berilah aku kehidupan karena rahmat-Mu,” kata orang buta pertama itu, dilansir situs resmi Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) pada Selasa (13/08/2024).

“Ya Allah, berilah aku kehidupan karena kebaikan Ummu Ja’far,” kata orang buta kedua.

Demikian doa keduanya yang dimuat oleh As-Samarkandi dalam buku Nailul Hatsits fi Hikayatil Hadits (Beirut: Darul Qutub al-Alamiiah, 2001, p. 62).

Ketika Ummu Ja’far mengetahuinya, dia memberikan uangnya kepada dua orang pengemis yang berbeda nilainya.

Um Jafar memberikan 2 dinar kepada pengemis pertama yang mengharapkan keselamatan dari Allah. Begitu pula dengan pengemis lainnya yang mengharapkan rezeki dari Ummu Jafar, ia mendapat 2 potong adonan dan seekor ayam panggang dan menyimpan uang 10 dinar di dalamnya.

Karena tidak mendapat uang sepeser pun, pengemis kedua menawari pengemis pertama untuk menukarkan roti dan ayam panggangnya dengan dua uang logam yang diterima Ummu Ja’far.

“Beri aku uang, ambilkan roti ini dan ayam panggang untuk anak-anakmu,” kata pengemis yang lain.

Kedua pengemis ini tidak mengetahui bahwa ada sekantong uang 10 dinar di dalam ayam panggang pemberian Ummu Jafar. Ceritanya panjang, meski pemohon pertama setuju untuk mengubahnya. Ada transaksi antara keduanya, yang mirip dengan 10 hari.

Setelah 10 hari, Ummu Jafar kembali menemui pengemis lain yang berharap bisa hidup dari wanita kaya.

“Apakah kamu menyukai hadiah kami?” Um Jafar bertanya pada pengemis yang lain.

“Apa yang kamu berikan padaku?” kata pengemis itu menjawab pertanyaannya.

“100 dinar,” jawab Umma Jafar.

“Mustahil. Setiap hari kamu memberiku sepotong roti dan ayam panggang, dan aku menjualnya kepada temanku seharga 2 dinar,” jawabnya.

Um Ja’far pun takjub dan sadar akan kebaikan Allah terhadap seorang hamba yang mengharapkan rahmat dari-Nya.

Oleh karena itu, dia (pemohon pertama) mengharapkan rahmat Tuhan. Maka Allah memberinya kehidupan dari segala sesuatu, meskipun dia tidak menyangkanya,” kata Ummu Ja’far.

Ummu Ja’far juga mengatakan, barangsiapa mengadu kemiskinan kepada Allah, niscaya Allah akan memberinya makan dengan cara yang tidak disangka-sangka. Apalagi, ia meyakini ukuran hidup setiap orang tidak berbeda-beda. Jika Tuhan menghendaki maka akan terjadi, jika Tuhan tidak menghendaki maka tidak akan terjadi.

Dapat disimpulkan dari cerita tersebut, mengeluhkan berbagai permasalahan, mengharapkan kehidupan dari saudara sebangsa tidak akan sesuai dengan harapan.

Sebaliknya, keluhkanlah segala keluh kesah hidup kepada Allah dan carikan solusi dengan cara-Nya yang tidak terpikirkan sebelumnya, kata guru Pesantren Al-Mukhtariiiah Al-Karimiiiah Subang, Jawa Barat, Muhammad Aiz Luthfi pada NU daring.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *