Thu. Oct 3rd, 2024

Terbongkar, Biang Kerok Masyarakat Kelas Menengah Indonesia Menyusut

matthewgenovesesongstudies.com Jakarta Peneliti Cover Indonesia M. Andri Perdana memberikan salah satu alasan menurunnya jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia.

Menurut Andrey, tren tersebut terjadi karena banyaknya pekerja yang beralih ke sektor jasa yang kurang memiliki nilai tambah.

“Semakin banyak tenaga kerja kita yang beralih ke sektor jasa yang bernilai tambah rendah karena mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan di sektor sekunder. Oleh karena itu, tingkat pendapatan akan semakin turun dalam jangka panjang,” kata Andre dalam diskusi 10 kata. Ulasan publik mengenai sektor industri era Jokowi yang tayang pada Selasa (10/1/2024).

Andre juga mengatakan, agar suatu negara menjadi maju, sektor sekunder secara umum yang meliputi sektor konstruksi, sektor manufaktur, sektor listrik, gas, dan air bersih menjadi katalis munculnya kelas menengah baru

“Karena dalam pembangunan di negara berkembang mana pun, biasanya sektor industrilah yang mendukung lahirnya kelas menengah baru yang sebelumnya berada di sektor primer, namun karena tren ini justru mencerminkan deindustrialisasi, maka masyarakat akan menjauh. dari pertanian langsung ke jasa,” jelasnya sambil menambahkan bahwa nilai tambah di sektor jasa tidak cukup.

Dijelaskannya, tingginya kebutuhan nilai tambah sektor jasa harus didukung oleh sektor sekunder yang kompeten dan tidak terbatas.

Lanjutnya: “Karena akan banyak turunan jasa (sektor) dari produsen tersebut yang pada akhirnya akan membuat sebagian besar masyarakat kita berkembang di sektor tersebut.”

“Tingkat penyerapan tenaga kerja hanya sedikit, karena tentu saja semakin banyak otomasi, maka semakin banyak pula efisiensi di bidang manufaktur. Andre menambahkan, sektor jasa berpendapatan tinggi merupakan salah satu yang tumbuh selama satu dekade terakhir.

 

Pemerintahan Prabowo Gibran akan mendorong aliran nikel berkelanjutan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%. Pasalnya, Indonesia merupakan produsen dan pemilik cadangan nikel terbesar di dunia.

Wakil Ketua Tim TKN Prabowo-Gibran yang juga Wakil Ketua Komisi Energi DRC, Eddy Superno mengungkapkan, 55 juta ton atau 42 persen dari total cadangan nikel global sebanyak 130 juta ton tersimpan di Indonesia. Secara hitung-hitungan keekonomian, pada tahun 2023 Indonesia mendapat penerimaan ekspor nikel sebesar Rp 106,59 triliun.

Edi Suparno dalam keterangan tertulisnya, Senin, mengatakan “berlanjutnya aliran nikel menjadi fokus utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%”. (30/9/2024).

 

Dengan adanya larangan ekspor nikel mentah mulai 1 Januari 2020, bermunculan industri pengolahan hasil pertambangan atau smelter nikel di Indonesia. Tim Prabowo-Jibran juga mengklaim peningkatan kapasitas smelter akan berdampak signifikan terhadap peningkatan produksi nikel Indonesia dan pasokannya ke pasar global. 

Pada tahun 2023, pasokan nikel Indonesia akan mencakup 55 persen pasokan global, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 64 persen pada tahun 2024. Berdasarkan riset Catadata Insight, dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, pasokan nikel dari Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut. Peningkatan dan kontrol tinggi badan. Menurut

Menurut Eddy, penggantian logam, khususnya nikel, tidak hanya menjadi strategi penambahan nilai, tapi juga menjadi penggerak transfer energi melalui ekosistem kendaraan listrik. 

“Indonesia mempunyai potensi besar untuk memimpin pasar nikel global, termasuk baterai kendaraan listrik,” kata Eddy. 

Namun, Indonesia menghadapi tantangan dalam memastikan bahwa proses konversi nikel dan transisi energi tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi tetapi juga pada prinsip-prinsip ESG (lingkungan, sosial, dan tata kelola). Terutama terkait penggunaan energi ramah lingkungan, seperti mengurangi ketergantungan terhadap pembangkit listrik tenaga batu bara.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *