Thu. Oct 3rd, 2024

Naskah Kuno di Museum Prabu Siliwangi Sukabumi, Tempat Belajar Sejarah Padjajaran

matthewgenovesesongstudies.com, Sukabumi – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meneliti lebih dari 40 benda koleksi Museum Prabu Siliwangi Kota Sukabumi selama dua hari, 6-7 Mei 2024.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, BRIN menjelaskan bahwa Museum Prabu Siliwangi merupakan tempat yang cocok untuk mempelajari sejarah zaman kerajaan Padjajaran.

“Menurut saya museum ini sangat representatif untuk mempelajari sejarah Padjajaran pada masa Kerajaan Sudan,” kata Irfan Mahmud, Kepala Pusat Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN M, Sabtu (25 Mei 2024).

Irfan menjelaskan, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai jumlah benda yang dikumpulkan di Museum Prabu Siliwangi untuk melengkapi narasinya. Apalagi koleksi benda-benda di museum berjumlah ratusan bahkan ribuan.

“Kolaborasi diperlukan untuk memperkuat narasi koleksi-koleksi ke depan. Pak Kiai telah membuka banyak peluang bagi kita untuk berkolaborasi dalam hal ini,” ujarnya.

Oleh karena itu, teman-teman harus mencoba melihat koleksi ini dalam konteks sejarah, tradisi, konteks arkeologi, terutama untuk narasi yang dapat memberikan gambaran perjalanan sejarah Sunda Pajajaran dari zaman prasejarah hingga zaman kolonial, lanjutnya.

Dijelaskannya, permasalahan yang ditemui selama penelitian adalah kurangnya informasi mengenai lokasi sumber pada saat pertama kali objek penelitian ditemukan.

“Beberapa. Tidak semuanya menghadapi kesulitan. Hanya karena beberapa informasi tentang lokasi asal usulnya tidak diketahui, padahal lanskap budaya penting untuk diketahui untuk menciptakan narasi sejarah suatu budaya,” jelasnya.

Meski demikian, pihaknya menilai museum layak dijadikan wahana pendidikan sejarah. Misalnya prasasti dan kitab-kitab kuno yang dapat dijadikan alat peraga untuk memberikan pertunjukan kepada penonton. 

“Koleksi ini dapat digunakan sebagai sumber pembanding untuk mempelajari peralihan kebudayaan dari masa prasejarah ke masa Islam,” ujarnya.

 Tonton video unggulan ini:

Selain itu, menurut BRIN, Museum Prabu Siliwangi merupakan tempat yang representatif untuk melaksanakan program studi mandiri. Sebab, selain terintegrasi dengan Pondok Pesantren Zikir al-Fat, banyak juga ilmu lokal yang diajarkan di sana, seperti pencak silat dan pengobatan tradisional.

“Banyak dari kita yang cenderung belajar peradaban modern dari luar, ketika kita melihat kearifan lokal, etnomedis (pengobatan tradisional), misalnya di sini. Pengelolaan pertanian dan sebagainya, pupuk, siklus ekosistem,” ujarnya.

Menurutnya, sebagian besar sekolah tidak memberikan perhatian khusus terhadap kebutuhan pengetahuan sejarah budaya. Apalagi pengetahuan tentang sejarah kerajaan berkaitan dengan ilmu Islam. 

Di sana, pendiri museum Prabu Siliwangi KH Fajar Laksana menambahkan, penelitian Brin dapat membantu timnya mengklasifikasikan benda-benda koleksi di salah satu museum Sukabumi.

“Kami dapat memberi tahu siswa dan pengunjung bahwa kami mewakili empat era di museum kami. Jadi nanti kita kelompokkan batu-batu ini dari masa prasejarah, batu-batu ini dari masa peralihan sejarah dari masa prasejarah, batu-batu ini dari masa sejarah terkini, ini batu-batu dari masa modern,” kata KH Fajr.

Setelah diteliti BRIN, kini mereka mengetahui bahwa Museum Prabu Siliwangi terbagi menjadi empat periode, yaitu Masa Prasejarah, Masa Peralihan Prasejarah ke Sejarah, Masa Sejarah, dan Zaman Modern.

“Museum ini memiliki batu-batu megalitik berjenis Hindu-Budha yang telah dinyatakan sah sebagai monumen. Namun ada juga patung-patung yang masuk dalam sejarah dari zaman prasejarah, ada juga patung-patung yang sudah ada pada zaman sejarah, dan memang ada juga patung-patung baru. “, jelasnya.

Hasil survei ini akan dikomunikasikan kepada pemerintah jika ada sesuatu yang menjadi situs cagar budaya. Selain itu, para arkeolog BRIN juga meneliti koleksi lain dari era kolonial dan manuskrip kuno dalam bahasa Ibrani, Kibati, dan bahasa lainnya.

“Ada tiga orang ahli naskah kuno dan benda-benda peninggalan masa kolonial. Karena di museum itu banyak sekali benda-benda peninggalan zaman Belanda dan naskah-naskah kuno yang akan segera kita pelajari,” ujarnya.

“Naskah kuno sangat luas, antara lain naskah Islam seperti Kibati (Mesir Kuno), Injil Barnabas, kemudian aksara Mesir kuno, aksara Siria, Ibrani, sehingga tidak terdapat di Indonesia.”

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *