Fri. Oct 4th, 2024

Drone Serang Warga Rohingya Myanmar Hendak Mengungsi, Puluhan Orang Tewas Termasuk Ibu Hamil dan Anak 2 Tahun

matthewgenovesesongstudies.com, Rakhine – Kelompok Rohingya di Myanmar kembali dikabarkan menjadi sasaran penyerangan. Dilaporkan puluhan orang tewas dalam kejadian ini.

Laporan Voice of America Indonesia yang diperbarui pada Minggu (8/11/2024) menyebutkan serangan drone terhadap warga Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar, termasuk pembunuhan keluarga dengan anak-anak. Beberapa saksi mengatakan bahwa para penyintas terpaksa mengarungi gundukan mayat untuk mencari dan mengidentifikasi kerabat mereka yang tewas atau terluka.

Empat saksi, seorang aktivis dan seorang diplomat mengatakan serangan pesawat tak berawak pada Senin menargetkan keluarga-keluarga yang menunggu untuk melintasi perbatasan ke negara tetangga Bangladesh.

 

Seorang wanita hamil tua dan putrinya yang berusia 2 tahun termasuk di antara korban serangan mematikan terbaru di negara bagian Rakhine.

Itu adalah serangan paling mematikan terhadap warga sipil di wilayah tersebut dalam beberapa pekan terakhir, di tengah bentrokan antara pasukan junta militer dan pemberontak.

Tiga saksi mengatakan kepada Reuters pada hari Jumat bahwa Tentara Arakan bertanggung jawab, meskipun kelompok tersebut membantah tuduhan tersebut.

Milisi dan tentara Myanmar dikabarkan saling menyalahkan atas kejadian tersebut. Reuters sejauh ini belum dapat memverifikasi jumlah korban tewas atau secara independen menentukan siapa yang bertanggung jawab.

Video yang diunggah di media sosial menunjukkan tumpukan jenazah berserakan di tanah berlumpur, dengan koper dan ransel berserakan. Tiga orang yang selamat melaporkan bahwa lebih dari 200 orang tewas, dan seorang saksi mengatakan dia melihat sedikitnya 70 mayat.

Reuters dapat mengonfirmasi bahwa lokasi video tersebut berada di luar kota pesisir Maungdaw, Myanmar. Namun Reuters belum bisa memastikan tanggal pengambilan video tersebut.

 

 

 

Saksi kejadian tersebut, Muhammad Elayas, 35 tahun, mengungkapkan bahwa istrinya yang sedang hamil dan putrinya yang berusia 2 tahun terluka dalam penyerangan tersebut dan kemudian meninggal. Eleyas, yang berdiri bersama mereka di pantai ketika drone mulai menyerang massa, mengatakan kepada Reuters dari kamp pengungsi di Bangladesh.

“Saya mendengar suara tembakan sangat keras beberapa kali,” katanya. Eleyas menyatakan bahwa dia berbaring di tanah untuk melindungi dirinya sendiri dan ketika dia bangun dia melihat istri dan putrinya terluka parah dan banyak kerabatnya meninggal.

Saksi kedua, Syamsedin (28 tahun), melaporkan dirinya aman bersama istri dan putranya yang baru lahir. Berbicara dari kamp pengungsi di Bangladesh, ia mengatakan banyak orang tewas setelah serangan itu dan “beberapa orang menangis karena luka-luka mereka.”

 

Pada hari yang sama, Senin (5/8), dilaporkan satu kapal pengungsi Rohingya yang merupakan anggota minoritas Muslim di Myanmar tenggelam di Sungai Naf yang memisahkan kedua negara.

Menurut 2 orang saksi dan media Bangladesh, puluhan orang lainnya tewas dalam kejadian tersebut.

Médecins Sans Frontières (Dokter Tanpa Batas) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah merawat 39 orang yang melintasi perbatasan Myanmar ke Bangladesh sejak Sabtu karena cedera terkait kekerasan, termasuk luka akibat mortir dan tembakan.

Dalam keterangannya juga disebutkan bahwa pasien mengaku melihat dirinya dibom saat mencoba menyeberangi perahu untuk menyeberangi sungai.

 

 

Di Myanmar, negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha, masyarakat Rohingya telah lama menjadi korban penganiayaan. Pada tahun 2017, lebih dari 730.000 orang Rohingya terpaksa meninggalkan Myanmar setelah operasi militer Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertujuan untuk melakukan genosida.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis pada tahun 2021, dengan protes massal yang kemudian berubah menjadi konflik bersenjata skala penuh.

Warga Rohingya telah meninggalkan Rakhine selama berminggu-minggu ketika Tentara Arakan, salah satu kelompok bersenjata yang terlibat dalam konflik tersebut, telah mencapai kemajuan signifikan di wilayah utara, yang memiliki populasi Muslim yang besar.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *