Fri. Oct 4th, 2024

Dampak Gig Economy Makin Nyata, MenkopUKM Usulkan Hal Ini

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM), Teten Masduki pun menyoroti kekhawatiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap semakin berkembangnya fenomena gig economy atau casual economy. Sebab fenomena ini menyebabkan pertumbuhan pekerja informal lebih tinggi dibandingkan sektor formal.

Teten berpendapat, untuk mencegah tumbuhnya gig economy, pemerintah harus bisa mendorong hilirisasi produk usaha kecil dan menengah (UMKM). Karena masih banyak bidang usaha di bidang UKM yang mempunyai peluang pengembangan yang sangat tinggi.

“Baik itu produk perkebunan, produk pertanian, sektor kelautan, produk setengah jadi, maupun produk jadi yang bisa menyuplai industri dalam atau luar negeri. Syukurlah, hilirisasinya bisa kita lakukan. Jadi, hilirisasi ini harusnya ditangani oleh perusahaan-perusahaan kecil dan besar. medium to perform,” kata Teten, di Jakarta, Dushanbe (30/9/2024).

Namun, kata Teten, UMKM kerap terabaikan dan dianggap hanya mampu memproduksi keripik, akik, batik, atau kosmetik. Padahal, cakupan sektor bisnis UMKM di Indonesia sangatlah luas.

Di sisi lain, untuk meningkatkan hilirisasi produksi, pemerintah harus siap menyediakan teknologi yang diperlukan bagi usaha kecil dan menengah. Anggaran tersebut bisa bersumber dari dana yang dialokasikan Kementerian Keuangan kepada beberapa kementerian, seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) atau Kementerian Pertanian.

“Murah, katakanlah Rp 10-20 miliar (teknologi) bagus. Kita bisa dapat. Cuma kalau kita cuma 200 (miliar), per tahun. Cuma anggaran Kementerian Koperasi kecil. Kementerian lain punya. In. KKP bisa membuat ikan hidrolisis di pertanian, misalnya kita hanya bisa membuat KPO di hilir,” kata Teten.

 

 

 

Teten juga menekankan soal UU Cipta Kerja. Menurutnya, keberadaan undang-undang ini sangat disayangkan karena pemerintah masih mengutamakan pencarian modal asing untuk membangun industri manufaktur. Menanggapi hal tersebut, Menteri Koperasi dan UKM merasa prihatin dengan semakin banyaknya tenaga manusia yang tergantikan, karena saat ini penerapan pabrik cerdas semakin banyak digunakan.

Oleh karena itu, pemilihan KKM jangan lagi dilihat sebagai power economy atau plant economy. Perekonomian ini hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tapi KKM harus dilihat lagi sebagai pusat pembangunan ekonomi, bagian dari industrialisasi. apakah metodemu? Ya, itu saja” Menurut saya, seperti yang dikatakan Mackenzie, pendekatannya harus dengan teknologi modern.

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mendorong UMKM produsen roti meningkatkan teknologi di sektor produksi agar bisa bersaing dengan produsen besar seperti Aoka Bread. 

Aoka merupakan produk roti produksi PT Indonesia Bakery Family (IBF) yang mendapat dukungan penanaman modal asing (PMA) dari Tiongkok. Roti aoka menjadi viral karena dituding mengandung zat berbahaya seperti bahan pengawet. 

Bukannya membenarkan tudingan tersebut, Menteri Koperasi Teten malah meminta UMKM pembuat roti harus upgrade teknologi agar bisa bersaing dengan AOCA. 

“Karena teknologinya bagus, produknya unggul, toko roti dalam negeri tentu kalah bersaing. Oleh karena itu, teknologi produksinya sangat perlu kita tingkatkan,” ujarnya usai pertemuan dengan Kadin Indonesia di gedung Smesco. Jakarta, Rabu (24/7/2024).

Namun, Teten mengakui UKM belum mempunyai modal untuk bersaing. Oleh karena itu, ia juga ingin pemerintah lebih selektif dalam memilih produk luar negeri untuk diperdagangkan di dalam negeri agar tidak mematikan usaha kecil. 

“Bisa dipastikan kalau teknologi produksi kita masih lemah, kita pasti kalah bersaing. Namun peningkatan teknologi kita bukan perkara mudah bagi usaha kecil dan menengah. Mereka hanya perlu mencari pembiayaan modal kerja, modal kerja. itu sulit.” katanya.

“Saya ingat betul pesan presiden tentang pentingnya menjaga perekonomian dalam negeri, termasuk kebijakan investasi. Harus benar-benar selektif. Kita sudah punya perdagangan bebas, terbuka. Tapi sama saja, banyak negara juga selektif, selektif. Saya Oleh karena itu “mungkin perlu dievaluasi”, tegasnya.

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki menyetujui usulan pemindahan pelabuhan yang menjadi pintu masuk barang impor. Fokus utama pada 7 barang seperti tekstil dan produk tekstil (TPT) hingga garmen jadi. 

“Saya dukung Mendag. Saya setuju. Mendag sudah dukung harus ada tempat baru untuk impor barang,” kata Teten di gedung Smesco, Jakarta, Rabu (24/7/2024).

Usulan di atas disampaikan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasamita. Guna mengurangi kemacetan di Pulau Jawa khususnya di pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak seiring kedatangan barang impor. 

Rencananya, sudah ada sejumlah pelabuhan di kawasan timur Indonesia, seperti Bitung (Sulawesi Utara) dan Sarang (Papua Barat), yang bisa menjadi alternatif tujuan kapal pengangkut barang impor. 

Teten menyetujui rencana tersebut, dengan syarat kebijakan tersebut ditujukan untuk barang konsumsi, bukan bahan baku. Pasalnya, banyak usaha kecil menengah di sektor tekstil dan sektor lainnya yang masih membutuhkan bahan baku impor. 

“Belum untuk bahan baku. Ini barang konsumsi. Boleh saja ada biaya tambahan (tambahan logistik yang membuat harga pokok barang menjadi mahal). Sementara itu, kalau ada biaya tambahan, bisa dengan produknya. untuk bersaing.” diri. 

Apalagi, Teten tidak mempermasalahkan pendekatan pemerintah yang membentuk satuan tugas khusus impor ilegal untuk menindak sekelompok barang asing. Padahal Indonesia terikat dengan perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dengan sejumlah negara asing. 

“Menurut saya, semua negara mengenakan tarif dan tarif. Kalau kita punya perdagangan bebas, ya tarif. Salah satunya tempat masuknya barang impor. Taruh di luar Indonesia,” pungkas Teten. 

 

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengusulkan pemindahan pelabuhan yang menjadi pintu masuk barang impor. Kegunaan pengalihan pelabuhan ini salah satunya adalah untuk mengurangi kemacetan di pelabuhan-pelabuhan di Pulau Jawa.

Dia menyoroti kesibukan Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Tanjung Perak sebagai masuknya barang impor. Keduanya diketahui mengalami penumpukan kontainer hingga puluhan ribu.

“Di Jawa pelabuhannya sudah kelebihan kapasitas, sudah padat, misalnya Priok padat, lalu Surabaya juga padat, sehingga bisa dilakukan pemeriksaan secara detail,” kata Zulkifli Hassan di kantor Kementerian Perdagangan. . , Jakarta, Jumat (19/7/2024).

Pemindahan titik impor barang impor terutama difokuskan pada 7 barang. Diantaranya adalah tekstil dan produk tekstil (TPT), pakaian jadi, keramik, elektronik, kecantikan atau kosmetik, produk tekstil, dan alas kaki jadi.

Saat ini, terdapat sejumlah pelabuhan seperti Bitung dan Sorong yang bisa menjadi alternatif tujuan kapal pengangkut barang impor.

Nah, kalau di Pulau Jawa kapasitasnya terlalu banyak, mending impor ketujuh barang itu lewat pelabuhan di luar Pulau Jawa, ujarnya.

“Banyak sekali, selain Jawa, Makassar, Bitung, Sorong, kita punya banyak titik pendapatan, tidak hanya Jawa, Sumatera dan lain-lain,” lanjut Mendag Zulkifli.

Namun, hal ini tetap ditawarkan untuk potensi diversifikasi. “Kalau kargonya bisa ditawarkan, maka saya dan produsen akan menyarankan apakah perlu mempertimbangkan impor melalui tempat lain,” ujarnya.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *