Sat. Oct 5th, 2024

TB pada Anak Kerap Ditandai 6 Gejala Ini, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Anak-anak, terutama usia di bawah lima tahun (anak kecil), merupakan kelompok rentan terkena penyakit tuberkulosis (TB).

Kementerian Kesehatan Indonesia memperkirakan terdapat 100.726 anak yang akan menderita TBC pada tahun 2022. Mereka adalah anak-anak berusia 0 hingga 14 tahun. Rinciannya, terdapat 57.024 anak usia 0 hingga 4 tahun yang mengidap penyakit TBC.

Menurut dokter spesialis anak spesialis pernapasan dan pulmonologi (respirologi) anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Muhammad Fahrul Udin, pneumonia merupakan penyakit serius yang dapat menular melalui udara. Selain menyerang paru-paru, virus ini diketahui juga menyerang kulit, mata, dan organ lainnya.

“Anak-anak sangat rentan karena daya tahan tubuhnya belum berkembang sempurna, penting bagi orang tua untuk mengetahui lebih jauh gejala dan cara pencegahan terkait flu,” kata Fahrul kepada pengurus rangkaian besar orang tua (keluarga). 9 Tahun 2024 bertema Deteksi dan Pencegahan Penyakit Tuberkulosis (TB) pada Anak Secara Hibrid (26/09/2024). Apa saja gejala TBC pada anak?

Fahrul menambahkan, virus ini bisa menular melalui udara, terutama saat penderita batuk atau bersin. Setiap orang yang bersin mengeluarkan 1000 kuman.

Anak-anak lebih rentan terkena kanker jika ada riwayat keluarga yang mengidap kanker. Kualitas udara yang buruk di rumah meningkatkan risiko penularan karena kuman masuk ke dalam rumah.

“Yang terbaik adalah membuka rumah di bawah sinar matahari karena kuman bisa mati di bawah sinar matahari.”

Gejala TBC pada anak yang perlu diwaspadai orang tua: Penyakit kronis, yaitu penyakit yang tidak kunjung sembuh, tidak kunjung sembuh, selama dua minggu; lebih panas dari dua minggu; penurunan berat badan; anak batuk pada malam hari jika ruangan dingin dan tidak ada aktivitas fisik; ada pembengkakan kelenjar getah bening; Anak itu pucat dan lemah.

Jika orang tua mengetahui anaknya mengalami gejala flu, sebaiknya segera membawanya ke pusat kesehatan (faskes).

“Segera periksakan diri ke puskesmas terdekat seperti puskesmas, dokter anak, dokter spesialis paru anak, lakukan pemeriksaan laboratorium dan ikuti petunjuk dokter,” kata Fahrul.

Lalu apa yang dilakukan jika anak terkena flu?

“Yang dilakukan jika anak sakit adalah isolasi dan pencegahan penularan. Berikan nutrisi yang tepat dan pantau perawatan dan tumbuh kembang anak, periksa ke keluarga lain yang tinggal serumah dan jaga kebersihan dan sirkulasi udara,” jelas Fahrul. .

Fahrul juga menyoroti pentingnya vaksin BCG pada bayi baru lahir dalam mencegah TBC. Pada dasarnya mencegah lebih baik daripada mengobati.

“Setelah terkena flu, sebaiknya anak segera diobati agar tidak terkena tumor otak dan meningitis karena keduanya sangat berbeda, menyebabkan kejang dan tidak bercacat.”

Selain obat-obatan, pencegahan juga bisa dilakukan dengan hidup sehat, penuh energi, mampu melawan kuman penyakit, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Jangan lupa minum obat anti tuberkulosis (TPT).

“Ini bukan pengobatan tapi pencegahan, diberikan kepada anak di bawah lima tahun yang berisiko tinggi terkena flu karena serumah dengan orang yang sakit.”

Pengendalian diare penting dilakukan untuk menurunkan angka kejadian diare di Indonesia. Fahrul mencontohkan, jika seorang ibu yang mengidap influenza tidak terlindungi, maka anaknya bisa tertular penyakit tersebut. Ketika seorang anak sakit, ia dapat menularkan penyakit tersebut kepada teman-teman sekelasnya.

“Itu sangat menakutkan,” kata Fahrul.

Sementara itu, Deputi Bidang Kesejahteraan Keluarga dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Badan Nasional Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), Nopian Andusti, memberikan keterangan lebih lanjut. Menurutnya, penyakit kanker menyerang anak-anak yang berisiko mengalami stunting.

Risiko terjadinya diare dapat meningkat akibat menurunnya imunitas akibat masalah gizi, sedangkan diare yang tidak segera ditangani dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak dan dapat menyebabkan stunting. “Penurunan asupan makanan pada anak penderita diabetes dapat mengakibatkan kurangnya gizi bagi tumbuh kembang anak,” kata Nopian. 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *