Sat. Oct 5th, 2024

10 Tahun Jokowi, Program Bansos hingga Investasi Belum Efektif

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Institute for Economic Development and Finance (Indef) menyoroti kiprah pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama 10 tahun terakhir. Serangkaian program subsidi pemerintah (bansos) dan investasi investasi di Indonesia yang dilakukannya’ . belum berhasil.

CEO Indef Esther Sri Astuti menilai kebijakan pemerintahan Jokowi tidak efektif, misalnya terkait kemiskinan dan ketenagakerjaan. Ia mencatat, selama 10 tahun terakhir, angka kemiskinan hanya turun 2%.

Esther dalam wawancara Indef bertajuk Tinjauan 10 Tahun Jokowi di Sektor Perekonomian, Selasa (27 Agustus 2024), mengatakan, “Jika kita melihat ke belakang, kita tahu bahwa angka kemiskinan hanya turun 2% dalam 10 tahun”.

Terkait kemiskinan, ia mengatakan kebijakan bantuan sosial yang dilakukan belum berhasil mengentaskan kemiskinan di Indonesia. 

Artinya, rencana pengentasan kemiskinan belum berhasil, dan pemberian bantuan kepada ratusan juta orang untuk membantu masyarakat juga tidak benar-benar menjadi solusi, tegasnya.

Esther kemudian mengatakan, alih-alih bantuan masyarakat, pemerintah seharusnya fokus pada peningkatan kualitas pendidikan. Menurutnya, ini merupakan upaya sukses negara-negara maju.

“Tingkat pendidikan meningkat karena melalui penelitian dan berbasis kinerja, negara-negara maju bisa maju karena suatu saat mereka melakukan apa yang disebut dengan pengembangan penelitian manusia atau pengembangan sumber daya manusia yang sangat terkonsentrasi di sana.”

 

Di sisi lain, Esther menekankan adanya lowongan di sektor ketenagakerjaan. Akibatnya, menurut dia, investasi di Indonesia tidak bisa menarik tenaga kerja.

“Di sisi lain, karena situasi ketenagakerjaan saat ini terdapat kesenjangan keterampilan, maka investasi tidak ramah terhadap penciptaan lapangan kerja, yang berarti investasi dalam negeri tidak dapat menarik pekerja karena kesenjangan keterampilan,” ujarnya.

Esther kemudian enggan menyoroti defisit fiskal dan keuangan selama 10 tahun kepemimpinan Jokowi. Di bidang keuangan, ia melihat peningkatan signifikan dalam rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Sementara dari segi finansial, suku bunganya tinggi. Tak lupa, Esther juga menyoroti penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

“Secara finansial, peningkatan utang PDB mencapai tiga kali lipat. Dan tidak diimbangi dengan pajak, retribusi, dan retribusi nasional. Alokasi anggarannya bias pada penggunaan uang rakyat dan bukan pada belanja modal,” ujarnya. berbicara.

“Padahal dari sisi finansial, suku bunga masih tinggi dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah yang artinya kehilangan nilai. Artinya baik secara finansial maupun finansial sama-sama terus menyusut,” lanjut Sri Astuti. .

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *