Sun. Oct 6th, 2024

Beda dari Indonesia, Thailand Teken Paket Kebijakan Keringanan Pajak demi Tingkatkan Pergerakan Wisatawan Domestik

matthewgenovesesongstudies.com, JAKARTA – Pemerintah Thailand pada Selasa menyetujui paket kebijakan insentif pajak yang bertujuan untuk meningkatkan pariwisata domestik selama musim sepi pengunjung pada 4 Juni, kata Wakil Menteri Keuangan Paupom Rujanasakol. Seperti dikutip Channel News Asia pada Rabu 2024, ia mengatakan bahwa pada 5 Juni, kebijakan tersebut akan berlaku mulai Mei hingga November, termasuk pemotongan pajak bagi perusahaan yang menyelenggarakan konferensi dan seminar.

Langkah-langkah tambahan juga ditujukan untuk meningkatkan perjalanan domestik ke kota-kota yang berkembang pesat, termasuk potongan pajak penghasilan untuk biaya menginap di rumah dan akomodasi non-hotel. Perdana Menteri Thailand Serta Thawisin mengatakan langkah tersebut sebenarnya akan merugikan pemerintah sebesar 1,5 miliar baht (sekitar 600 miliar rupiah), namun manfaatnya akan jauh lebih besar.

Menurut Malaya.com pada hari Rabu, 2024 Menteri Keuangan Thailand Pichai Chunhwajira mengatakan pekan lalu bahwa mulai 5 Juni, perekonomian Thailand diperkirakan tumbuh sebesar 2,5 persen tahun ini dan harus tumbuh setidaknya 3,5 persen per tahun. Pichai juga mengatakan dalam pidatonya pada konferensi pers usai pertemuan para menteri ekonomi yang dipimpin oleh Perdana Menteri: Pertumbuhan ekonomi membutuhkan stimulus.

Selain itu, diperlukan dukungan untuk meningkatkan akses kredit bagi usaha kecil. Thailand memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2024 lebih awal, meskipun memperkirakan pertumbuhan yang lebih baik untuk kuartal Januari-Maret, mengatakan bahwa risiko eksternal menyebabkan ekspor tumbuh lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.

Negara dengan perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara ini tumbuh 1,5 persen pada kuartal pertama dibandingkan tahun sebelumnya, menurut data dari Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional (NESDC). Hal ini berarti mengalahkan ekspektasi para analis yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,8 persen dalam jajak pendapat Reuters.

Pada kuartal terakhir tahun 2023, produk domestik bruto (PDB) akan meningkat sebesar 1,7% setiap tahunnya. PDB triwulanan tumbuh sebesar 1,1% dengan penyesuaian musiman, menyusul revisi penurunan sebesar 0,4% pada kuartal terakhir tahun 2023. Kuartal ini dihindari karena resesi teknis. Ekonom memperkirakan 0,6 persen. Pertumbuhan dibandingkan tiga bulan sebelumnya

Badan perencanaan negara NESDC mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pertumbuhan didorong oleh ekspor dan konsumsi swasta serta investasi, namun investasi publik dan belanja pemerintah menurun.

“Perekonomian Thailand pulih pada kuartal pertama, dan kami memperkirakan pertumbuhan stabil tahun ini, meskipun melambat, didorong oleh pertumbuhan pariwisata yang berkelanjutan dan belanja pemerintah yang kuat,” kata Capital Economics dalam sebuah laporan.

NESDC kini memperkirakan pertumbuhan PDB pada tahun 2024 berada di antara 2,0% dan 3,0%, sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,2% hingga 3,2%. 

Selain untuk pertumbuhan ekonomi, pajak ini dikenakan pemerintah Thailand untuk mencegah kunjungan wisatawan berlebihan (overtourism). Rabu, 5 Juni 2024 Menurut saluran global matthewgenovesesongstudies.com, operator pariwisata Thailand telah meminta pemerintah untuk serius memperhatikan masalah ini, termasuk kemungkinan mengenakan biaya sebesar 300 baht atau sekitar 131.000 baht.

Ketika Perdana Menteri Thailand Serta Thawisin berjanji menjadikan tahun 2025 sebagai tahun penting bagi pariwisata, Sekretaris Jenderal Federasi Asosiasi Pariwisata Thailand (Fetta) mengatakan rencana yang akan ia sampaikan kepada pemerintah mencakup solusi untuk mencegah terlalu banyak pariwisata. Itu terjadi sebelum pandemi di Thailand.

“Dengan perkiraan jumlah wisatawan 40 juta orang, tempat-tempat seperti Phuket, Samui, dan Pattaya berada di ambang puncak pariwisata,” kata Adit, Selasa, 2024. The Bangkok Post melaporkan pada 23 April. Adit mengatakan, selama musim liburan, Phuket menghadapi kemacetan lalu lintas yang padat dan kekurangan air, bahkan bandara internasional pun kekurangan tempat pendaratan.

 

Mengenai penggunaan pajak pariwisata yang dikumpulkan, wakil presiden Dewan Pariwisata Thailand (TCT) Surwat Akaravoramat mengatakan pemerintah harus mempertimbangkan kembali pengumpulan pajak pariwisata sebesar 300 baht (sekitar Rp 131.000) untuk membantu membiayai pengembangan pariwisata sesuai rencana.

Surat mengatakan anggaran penting ini akan berguna untuk pembangunan infrastruktur di provinsi lapis kedua. Hal ini untuk menarik wisatawan dari daerah padat penduduk dan memperbaiki tempat wisata yang rusak akibat overtourism.

Biaya 300 baht akan membantu otoritas pariwisata mendapatkan lebih banyak dana. Kementerian Pariwisata, yang bertanggung jawab atas pengembangan pasokan, hanya menerima dana sebesar 700 juta baht (sekitar rupee 310.000) setiap tahunnya, yang tidak cukup untuk mendukung proyek-proyek yang diperlukan.

Menurutnya, membayar hanya 300 baht tidak menyurutkan semangat wisatawan asing untuk berkunjung ke Thailand. Angka tersebut tidak semahal negara lain seperti Bhutan yang sebesar 100 atau 1,6 juta dolar. Pajak turis Rp per malam.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *