Sun. Oct 6th, 2024

Anak Buah Airlangga: Total Transaksi Bursa Karbon Semester I-2024 Tembus Rp 5,9 miliar

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Joint Center for Trade mencatat total transaksi pertukaran karbon pada semester I-2024 mencapai Rp 5,9 miliar dengan volume transaksi setara 114,5 ribu ton CO2.

Pemerintah juga meluncurkan IDX Karbon Carbon Exchange pada September 2023, dimana nilai perdagangan karbon di carbon exchange Januari 2024 hingga 30 Juni 2024 tercatat sebesar Rp5,9 miliar dengan nilai perdagangan 114,5 ribu setara ton CO2, kata pemerintah. Deputi III Departemen Pengembangan Usaha dan Riset dan Inovasi BUMN Pusat Koordinasi Pengembangan Usaha Elen Setiadi dalam webinar Bisnis Karbon dan Pertukaran Indonesia, Selasa (23/7/2024).

Sejak diluncurkannya pertukaran karbon pada September 2023-Juni 2024, nilai transaksinya mencapai Rp36,7 miliar dengan volume setara CO2 hingga 608 ribu ton.

“Perdagangan karbon diharapkan menjadi alat penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencapai tujuan dekarbonisasi,” ujarnya.

Melalui rencana perdagangan karbon, pemerintah juga mencanangkan Program Perdagangan Emisi sektor pembangkit listrik pada 22 Februari 2023, yang mencapai transaksi perdagangan karbon sebesar 2,4 juta ton setara CO2 atau Rp 24 miliar pada Desember 2023.

Dunia perdagangan karbon sejalan dengan komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi karbon melalui 31,89% upaya sendiri dan 43,20% dukungan internasional.

“Upaya ini khususnya memerlukan dukungan finansial yang kecil. Oleh karena itu, pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan, termasuk Perpres 98 tahun 2021 tentang nilai ekonomi karbon,” ujarnya. Ia mengatakan penerapan nilai ekonomi karbon atau NEK dilakukan melalui sistem perdagangan karbon, pembiayaan berbasis kinerja, dan pajak karbon.

Sebelumnya, CEO Bursa Bisnis Indonesia (BEI), Iman Rachman mengungkapkan, carbon exchange tersebut menjual lebih dari 600 ribu ton unit karbon setara CO2 dengan total nilai transaksi lebih dari Rp 36 miliar.

“Saat ini pengguna layanan juga telah berkembang dari 16 pengguna layanan pada hari pertama bisnis menjadi hampir 70 pengguna layanan pertukaran karbon,” kata Iman dalam sambutannya saat hadir di acara Diskusi & Pers SAFE 2024. Konferensi, Senin (22/7/2024).

Iman menambahkan, di Bursa Efek Indonesia (BEI), setidaknya 90 persen emiten telah melaporkan laporan stabil untuk tahun 2022.

Sementara itu, Iman menambahkan, untuk mendorong emiten menjadi model di pasar modal Indonesia, BEI menyediakan indikator pasar terkait lingkungan hidup, masyarakat dan tata kelola (ESG) yang memberikan insentif berupa penurunan harga jual obligasi lingkungan hidup yang baik. .

“Kemudian kami berkolaborasi dengan perusahaan asesmen ESG internasional untuk menyediakan layanan ESG bagi perusahaan tercatat di BEI serta layanan asesmen ESG untuk Bursa Efek Indonesia,” jelas Iman.

Selain itu, Iman mengatakan regulator terus mendorong perusahaan untuk menerapkan strategi keberlanjutan dalam dunia usaha sesuai dengan penerapan Peraturan Pelayanan Usaha 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Perusahaan, Pelaku Usaha, dan Masyarakat Perusahaan.

 

Sebelumnya, Anggota Badan Hubungan Legislatif Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN Indonesia), Dede Indra Permana Soediro, menyampaikan potensi perdagangan kredit karbon dalam pertukaran karbon global. 

Sistem perdagangan kredit karbon diterapkan di negara-negara maju, dengan insentif berbasis pasar bagi mereka yang mencapai upaya pengurangan karbon. Pada tahun 2023, pertukaran karbon global akan mencatat nilai perdagangan sebesar USD 480 miliar atau setara Rp 8.000 triliun.

Dede menjelaskan, Indonesia memiliki hutan tropis terluas ketiga di dunia dengan luas 125,9 juta hektar yang mampu menyerap 25 miliar ton emisi karbon. 

“Jika Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bisa memanfaatkan bisnis kredit karbon, bisa dibayangkan berapa besar pendapatan negara melalui pajak dan PNBP,” kata Dede dalam keterangan resminya. Minggu (21/7/2024).

 

Dede Indra Permana yang juga anggota Komisi III DPR RI menambahkan, potensi pasar internasional untuk perdagangan kredit karbon sangat besar, sayangnya peraturan kita tidak memperbolehkan perdagangan kredit karbon secara internasional. 

“Kami berharap dapat terjadi diskusi mengenai regulasi perdagangan kredit karbon untuk pasar internasional agar kita tidak ketinggalan dengan negara-negara maju yang sudah memasuki perdagangan kredit karbon,” jelasnya.

Tak hanya itu, Dede menegaskan, berjalannya proses ini tentunya akan memberikan nilai tambah bagi Pemerintah karena menangani permasalahan yang muncul.

“Potensi kredit karbon kita terlalu besar untuk hanya dijual di bursa karbon lokal. Akan lebih baik jika kita memiliki payung hukum yang kuat untuk perdagangan kredit karbon di pasar global.” itu berakhir.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *