Sun. Oct 6th, 2024

Peserta Lomba Marathon Pertanyakan Polusi di Jakarta, KLHK: Kualitas Udara Jakarta Dinamis dan Masih Termasuk Sedang

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Jakarta kerap mencatatkan kualitas udara (AQI) yang buruk, termasuk dalam beberapa hari terakhir. Kejadian tersebut membuat banyak pelari asing peserta BTN Jakarta International Marathon 2024 mempertanyakan kondisi udara di Jakarta.

Bagaimana Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyikapi situasi ini? Menurut Direktur Jenderal Kejahatan dan Bencana (PPKL) KLHK, Sigit Reliantoro, kualitas udara di Jakarta akhir-akhir ini buruk, namun masih moderat hingga hari ini, Kamis (20/6/2024).

Yaitu tentang monitoring atau pemantauan kualitas udara di Jabodetabek dengan menggunakan Indeks Kualitas Udara (ISPU). Sebagian besar wilayah Jakarta kini berwarna biru, yang setara dengan kelas menengah.

Artinya kualitas udara tidak mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan, namun mempengaruhi tanaman yang sensitif dan berharga. Wilayah Cimanggis dan Bekasi kini dipenuhi warna kuning yang artinya buruk. Pada kelompok ini, tingkat kualitas udara berbahaya bagi manusia atau kelompok hewan yang sensitif atau dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman atau nilai estetika.

Kualitas udara di Jabodetabek kuat, apalagi di Jakarta. Kalau hujan bisa membersihkan udara, jadi udaranya bagus. Sama seperti di Jakarta yang masih masuk kategori sedang, kata Sigit saat ditemui. di kantor KLHK pada Kamis (20 Juni 2024).

“Jadi (menunjuk wilayah Jakpus tempat berlangsungnya BTN Jakarta International Marathon 2024), di sini masih masuk kategori biru, itu untuk hari ini. Situasi masih bisa berubah, tapi sejauh ini cukup terkendali,” dia menambahkan.  

Sebaliknya, kualitas udara di Jakarta berada pada urutan ketiga terburuk di dunia pada Rabu pagi, 19 Juni 2024. Penilaian tersebut berdasarkan data biro cuaca Nice IQAir.

Hingga pukul 05.00 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta sebesar 177 dengan tingkat partikulat (PM) sebesar 2,5, artinya masuk dalam kategori “buruk”. Namun menurut Sigit Reliantoro, iklim saat ini belum sebaik tahun 2023.

“Sebenarnya kita sudah tidak seperti tahun 2023 lagi, karena sekarang beberapa minggu lagi akan turun hujan. Karena ada hujan, bisa membersihkan udara di udara sehingga cuacanya bagus dibandingkan kemarin setelah hujan,” Sepertinya cuaca mulai pulih,” jelas Sigit.

Sigit menambahkan, pola cuaca buruk pada bulan Juni, Juli, dan Agustus sudah menjadi pola setiap tahun sejak tahun 1998. Namun seiring berjalannya waktu, keadaan tersebut berubah akibat dampak perubahan iklim dan faktor lain seperti perdagangan dan transportasi.

Menurut Direktur Jenderal (Dirjen) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rasio Ridho Sani, banyak faktor penyebab pencemaran udara di wilayah Jabodetabek. Salah satu poin utamanya adalah emisi dari kendaraan yang melaju di kawasan tersebut.

“Sumber pencemaran banyak dari kendaraan bermotor, kendaraan bermotor, baik kendaraan pribadi maupun niaga, baik sepeda motor maupun kendaraan roda empat. Ini baru pertama kali,” ujarnya.  

Selain itu, perusahaan industri juga menjadi salah satu sumber pencemaran di wilayah Jabodetabek. Kegiatan usaha terkait meliputi pengoperasian pembangkit listrik tenaga batubara (PLTU), pabrik semen, peleburan logam dan kegiatan lain yang menggunakan tenaga batubara.

Selain itu, pencemaran udara juga disebabkan oleh kebakaran hutan terbuka di masyarakat, ujarnya. Faktanya, kegiatan konstruksi juga menimbulkan polusi.

“Pembangunannya akan memperluas lahan. Debu yang tidak dikelola dan dikendalikan akan terlepas dan tercemar,” kata Rasio mengingatkan semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan keadaan lingkungannya, mulai dari pencegahan kecelakaan bangunan, pengendalian debu pada saat konstruksi, dan lain-lain.

Saat ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terus melakukan pemantauan kualitas udara di wilayah Jabodetabek menggunakan divisi Air Quality Monitoring System-AQMS di 15 titik. Hasil pemantauan kualitas udara menjadi alat pengambilan keputusan, termasuk mendukung penegakan hukum.

Pihaknya juga memantau perusahaan-perusahaan yang dapat menimbulkan polusi. Berdasarkan data KLHK, terdapat 987 perusahaan menengah dan besar yang mempunyai dana untuk pelaporan sesuai Penilaian Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup (Proper) Perusahaan. Di sini, 573 perusahaan tersebut didukung dan diawasi dengan prosedur yang tepat.

 

Sedangkan BTN Jakarta International Marathon (JAKIM) 2024 yang pertama akan digelar akhir pekan ini, Minggu 23 Juni 2024. Lagi-lagi yang terbaik, Satrio Guardian, Direktur BTN Jakarta International Marathon, mengatakan ini menjadi tanggung jawab bersama.

“Pertanyaan ini (soal AQI) muncul tahun lalu,” katanya dalam konferensi pers mingguan Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif (Kemenparekraft) yang digelar secara hybrid, Rabu, 19 Juni 2024. “Tahun ini pertanyaannya (soal Jakarta) Polusi udara) sudah mulai berkurang.”

Pihaknya dipastikan juga tengah memantau AQI di Jakarta. Minggu ini sangat bagus karena sudah cukup lama turun hujan, kata Satrio seraya menambahkan ancaman cuaca buruk tidak mempengaruhi minat para pelari, baik di dalam maupun luar negeri.

Ia mengatakan, dari 15.000 peserta JAKIM 2024 terdapat 200 tenaga kerja asing yang berasal dari 32 negara. Satrio menjelaskan, ada tiga kategori pada cabang olahraga tersebut yaitu 10km, half marathon, dan full marathon. “(Jalurnya dimulai dari) barat laut sebelum Monas lalu berbelok ke Gunung Sahari. Pelari melewati Masjid Istiqlal dan Lapangan Banteng lalu menuju Veteran dan Vetean III. “

Satrio menambahkan, para pelari akan berjalan melewati Istana Negara hingga Bundaran HI. Lanjutkan ke Rasuna Said dan Mampang Prapatan hingga selesai di Gelora Bung Karno (GBK), ujarnya.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *