Mon. Oct 7th, 2024

Tuberkulosis Masih Jadi Ancaman Serius, Kenali Lebih Jauh Mulai dari Sejarah hingga Pencegahannya

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Tuberkulosis atau TBC masih menjadi ancaman serius meski sudah ada kemajuan dalam upaya pengendaliannya.

TBC masih dianggap sebagai ancaman serius, terutama dengan munculnya strain yang resistan terhadap obat (TB-MDR).

Menurut ahli epidemiologi dan pakar kesehatan global Dicky Budiman, di Indonesia, TBC merupakan salah satu prioritas kesehatan yang paling penting, mengingat tingginya jumlah kasus yang terus berlanjut setiap tahunnya.

Pada semester I tahun 2024, Dinas Kesehatan DJI Jakarta mencatat 30.000 kasus baru TBC di Jakarta pada enam bulan pertama. Angka tersebut menunjukkan besarnya beban yang dihadapi Indonesia dalam pengendalian penyakit ini. Bagaimana sejarah penyakit TBC di Indonesia?

Dickey menjelaskan, TBC pertama kali tercatat di Indonesia pada masa penjajahan. Saat itu TBC dikenal sebagai penyakit yang sangat mahal. Terutama di daerah miskin dan padat penduduk.

Pada masa kemerdekaan, pemerintah Indonesia mulai serius dalam upaya pengendalian TBC dengan dibentuknya Program Nasional Pengendalian TBC (NTP). Tujuan dari program ini adalah untuk mendorong deteksi dini, pengobatan yang tepat dan pencegahan penularan melalui pendidikan kesehatan masyarakat. Bagaimana sebaran TBC di dunia, ASEAN dan Indonesia?

Di seluruh dunia, TBC merupakan salah satu penyakit menular yang paling berbahaya. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2021, TBC menginfeksi sekitar 10,6 juta orang dan menyebabkan sekitar 1,6 juta kematian.

Mulai tahun 2022, negara dengan kasus infeksi TBC tertinggi di dunia adalah India dan Indonesia. Di ASEAN, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus TBC terbanyak.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mencatat lebih dari satu juta kasus TBC setiap tahunnya. Prevalensi TBC mencakup semua kelompok umur, namun sebagian besar kasus terjadi pada orang dewasa.

Selain itu, angka resistensi obat (MDR-TB) juga semakin meningkat sehingga menambah kompleksitas pengendalian penyakit ini, kata Dickey dalam keterangan tertulisnya kepada Health matthewgenovesesongstudies.com, Kamis (12/9/2024) dalam keterangannya. diterima oleh .

Dickey menambahkan, TBC menular melalui udara ketika seseorang menghirup tetesan kecil yang mengandung bakteri Mycobacterium tuberkulosis.

Droplet ini dapat dikeluarkan saat penderita batuk, bersin, atau berbicara. Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti HIV/AIDS, diabetes, atau malnutrisi, memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi.

TBC juga dapat menular di tempat umum yang ventilasinya buruk. Seperti rumah sakit, puskesmas, dan fasilitas angkutan umum yang ramai. Hal ini memperkuat pentingnya pengendalian infeksi di situasi ini.

Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan kasus TBC di Indonesia adalah: Kepadatan penduduk: Kota-kota besar seperti Jakarta memiliki populasi yang padat sehingga meningkatkan risiko penularan. Stigma sosial: Banyak pasien TBC enggan mencari diagnosis atau pengobatan karena takut dikucilkan. Pandemi COVID-19: Pandemi ini telah mengganggu layanan kesehatan, termasuk program deteksi dan pengobatan TBC. Meningkatnya resistensi obat: Kasus MDR-TB di Indonesia merupakan tantangan besar dalam pengobatan dan memerlukan penanganan khusus. Kemiskinan menjadi salah satu faktor yang membuat TBC sulit dikendalikan.

Pengobatan TBC meliputi kombinasi antibiotik yang harus diminum secara teratur selama 6 sampai 9 bulan.

Perawatan ini harus diselesaikan secara tuntas untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Kasus TBC yang tidak diobati atau diobati dengan buruk dapat menimbulkan komplikasi serius, termasuk TBC MDR, yang memerlukan pengobatan lebih lama dan kompleks.

Pencegahan TBC meliputi: Vaksinasi Bacillus Calmette-Guerin (BCG) untuk anak-anak untuk mencegah TBC parah. Pendidikan kesehatan masyarakat tentang pentingnya etika batuk dan kebersihan pernafasan. Skrining rutin terhadap kelompok berisiko tinggi, seperti petugas kesehatan dan orang yang tinggal serumah dengan pasien TBC.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *