Mon. Oct 7th, 2024

Marak Rokok Elektrik, Bagaimana Strategi Gudang Garam?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – PT Gudang Garam Tbk (GGRM) angkat bicara soal fenomena rokok elektrik yang sedang berkembang. Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Gudang Garam Heru Budiman menjelaskan, saat ini perseroan belum berencana melakukan ekspansi ke bisnis rokok elektrik.

Heru menjelaskan, alasan utama perseroan belum menjajaki rokok elektrik adalah karena harga jualnya yang relatif lebih tinggi dibandingkan rokok biasa. Di sisi lain, daya beli masyarakat saat ini masih lemah.

 

“Sampai saat ini kami belum berencana meluncurkan produk tersebut, mengingat produk rokok elektrik sebenarnya lebih mahal dibandingkan rokok. Sementara itu, segmen yang bisa merokok sedang tumbuh, namun relatif kecil,” jelas Herou. Paparan langsung kepada publik, tercatat pada Jumat (30/8/2024).

“Karena berada pada level tertinggi, mengingat rokok elektrik harus ada modal perlengkapannya dan batang rokok yang dimasukkan juga kena cukai,” imbuhnya. 

Melanjutkan, Direktur Gudang Garam Istata Taswin Siddhartha menjelaskan, produk domestik bruto atau TKDN produk rokok elektrik sangat minim. Jadi ini menjadi pertimbangan lain mengapa perusahaan tidak ingin memperluas produk ini.

“Pada rokok alternatif, total komponen internal rokok ini relatif jauh lebih rendah dibandingkan rokok konvensional. Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang membuat kami berpikir berulang kali untuk memasuki segmen ini,” tambah Istata.

PT Gudang Garam Tbk (GGRM) buka-bukaan atas keputusan perseroan tidak membagikan dividen tahun buku 2023, sebaliknya PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan kenaikan laba sebesar 91,55% mencapai Rp 5,32 triliun. 2000 Rp 78 triliun pada tahun 2022.

Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Gudang Garam Heru Budiman menjelaskan, langkah perseroan menghindari pembagian dividen tidak lepas dari situasi perekonomian saat ini.

Kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS atau The Fed, yang belum dapat dikonfirmasi, akan menyebabkan kenaikan suku bunga pinjaman bisnis dari akhir tahun 2023 hingga awal tahun 2024.

“Kita juga mengetahui bahwa kondisi keuangan di masa depan, termasuk yang sangat dipengaruhi oleh kondisi di AS, terus berfluktuasi dan tidak menunjukkan arah yang jelas.” Suku bunga diperkirakan akan turun, namun kenyataannya tidak. Mereka tidak tumbuh, sehingga kita harus berhati-hati untuk tidak membagikan dividen, sehingga pinjaman kita tidak tumbuh, yang menjadi penghambat jika suku bunga naik,” jelas Heru dalam Public Expose Live, Kamis (29/8/2024). .

Di sisi lain, jika suku bunga benar-benar turun selama sisa tahun 2024, potensi pembayaran dividen yang lebih tinggi akan lebih besar kemungkinannya. Dibandingkan dengan kondisi dimana suku bunga masih tinggi dan perusahaan bertekad untuk membagikan dividen. “Kalau dividennya naik, utangnya naik, bunganya naik. Itu kartu mati,” Herou menyimpulkan.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *