Tue. Oct 8th, 2024

Kemenkeu Terapkan Spending Better dalam Belanja Negara, Ini Hasilnya

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Berdasarkan laporan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), rata-rata peningkatan belanja pemerintah dalam satu dekade 2014-2025 mencapai 6,83%. Belanja pemerintah meningkat dari Rp1.777,2 triliun pada tahun 2014 menjadi Rp3.621,3 triliun pada tahun 2025.

Wahyu Utomo, Kepala Pusat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, menjelaskan alasan di balik stabilnya pertumbuhan belanja sektor publik.

“Belanja yang lebih baik bukan hanya soal jumlah belanja, tapi juga restrukturisasi di dalamnya agar belanja lebih tepat sasaran. “Ini akan membawa manfaat nyata bagi masyarakat, namun juga memberikan multiplier effect yang kuat terhadap perekonomian,” kata Wahyu Utomo dalam Media Gathering di Anyer, Banten, Rabu (25/09/2024).

Peningkatan belanja yang signifikan tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi perekonomian dan seluruh penduduk Indonesia dari Sabang hingga Merauken. Wahyu melanjutkan, besarnya subsidi belanja pemerintah juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan menahan inflasi.

Antara tahun 2014 dan 2023, perekonomian Indonesia tumbuh relatif stabil pada kisaran 5%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi global. Menurut Wahyu, hal ini menjadi landasan yang kuat bagi stabilitas perekonomian. Bahkan, di masa pandemi, Indonesia mampu pulih lebih cepat dibandingkan negara lain di dunia.

“Setelah mengalami penurunan minus 2,1% pada tahun 2020, perekonomian Indonesia berhasil pulih hingga 3,7% pada tahun 2021 dan semakin menguat hingga mencapai 5,3% pada tahun 2022,” jelasnya. 

Tingkat inflasi juga dijaga pada tingkat moderat yaitu 2,5% plus minus 1% sehingga optimal untuk meningkatkan daya beli masyarakat.

Lebih lanjut Wahyu menjelaskan, APBN telah mendorong pertumbuhan kesejahteraan dan daya saing. Pada tahun 2015 hingga 2023, pendidikan sumber daya manusia unggul mencapai Rp 4006,1 triliun yang antara lain berdampak pada peningkatan jumlah sekolah, rasio biaya kuliah bruto perguruan tinggi.

Pada periode 2014-2023, jumlah SD bertambah dari 147.513 menjadi 148.758; tingkat menengah atas dari 36.518 menjadi 42.548; dan pada tingkat sekolah menengah dari 24.934 sekolah menjadi 28.697 sekolah. Angka partisipasi kasar perguruan tinggi juga meningkat dari 25,76 pada tahun 2014 menjadi 31,45 pada tahun 2023.

Selain itu, anggaran kesehatan sebesar Rp1.335,5 triliun dialokasikan untuk produktivitas pada periode 2015-2023. Anggaran ini berkurang secara signifikan dari 37,2 pada tahun 2013 menjadi 21,5 pada tahun 2023.

Dengan belanja kesehatan ini, jumlah rumah sakit umum juga meningkat dari hanya 1.855 pada tahun 2014 menjadi 2.636 pada tahun 2023. Selain itu, jumlah puskesmas meningkat dari 9.731 pada tahun 2014 menjadi 10.416 pada tahun 2023.

Sementara itu, pemerintah mengeluarkan anggaran perlindungan sosial sebesar Rp3.127,6 triliun pada tahun 2015 hingga 2023 untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Anggaran ini menurunkan angka kemiskinan menjadi satu digit dari 11,25 persen pada tahun 2014 menjadi 9,03 persen pada tahun 2024.

Penurunan ini dibarengi dengan penurunan ketimpangan atau rasio Gini dari 0,406 pada tahun 2014 menjadi 0,379 pada tahun 2024. Tingkat pengangguran juga turun dari 5,9 persen pada tahun 2014 menjadi 4,82 persen pada tahun 2024.

Upaya Indonesia dalam meningkatkan produktivitas manusia dibarengi dengan perluasan konektivitas dan fasilitas umum untuk meningkatkan daya saing melalui pembangunan infrastruktur, dengan alokasi sebesar Rp3.167,4 triliun untuk periode 2015-2023. Anggaran tersebut salah satunya disebabkan oleh peningkatan pembangunan jalan tol dari 879 km pada tahun 2015 menjadi 2.817 km pada tahun 2023.

 

Selain pemenuhan belanja sektor pemerintah yang memadai, hasil Transfer Daerah (TKD) juga tidak kalah memadai. Dana TKD tumbuh signifikan dari Rp33,10 triliun pada tahun 2000 menjadi Rp857,60 triliun pada tahun 2024. Berbagi TKD terbukti efektif mengurangi kesenjangan wilayah dan meningkatkan kemandirian desa.

Indeks ketimpangan antardaerah turun dari 0,378 pada tahun 2014 menjadi 0,195 pada tahun 2023. Selain itu, dengan adanya penyaluran dana desa, jumlah desa mandiri meningkat dari 310 desa pada tahun 2018 menjadi 17.203 desa pada tahun 2024. jumlahnya menurun dari 27.860 desa pada tahun 2018 menjadi 6.100 desa pada tahun 2024.

Dampak belanja terhadap pelaksanaan anggaran juga tidak kalah cemerlang. Kinerja APBN menunjukkan tren membaik, pendapatan negara pun meningkat.

Tingkat pengembalian pascapandemi meningkat dari 10,67 persen terhadap PDB (2020) menjadi 13,32 persen pada tahun 2023. Selain itu, rasio utang pascapandemi juga mengalami penurunan dari 39,37 persen terhadap PDB pada tahun 2020 menjadi 39,21 persen terhadap PDB pada tahun 2023.

Neraca primer juga menunjukkan kinerja yang sangat baik pada tahun 2023 karena kembali ke posisi positif setelah 12 tahun berturut-turut negatif. Defisitnya relatif lebih terkendali, rata-rata sebesar 2,2% PDB pada periode sebelum pandemi dan 1,61% PDB pada tahun 2023.

“Defisit yang semakin terkendali berarti risiko semakin terkendali. Hakikat APBN yang sehat adalah imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan risikonya. “Jika kita bisa mengendalikan dan kemudian merangsang produktivitas, berarti tidak hanya tidak berkelanjutan dalam jangka pendek, tapi juga jangka menengah dan panjang,” tutupnya. 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *