Tue. Oct 8th, 2024

Cerita Chef Audrey Tampi, Tak Pernah Lelah Menuntut Ilmu ke Ujung Dunia demi Impiannya

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Kecintaan pada dunia memasak sejak kecil. Koki kue muda Audrey Tempi telah belajar tanpa lelah di berbagai negara. Setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), gadis berusia 25 tahun ini mengejar cita-citanya dengan bersekolah di Le Cordon Bleu, Australia.

Tak sampai disitu saja, Chef Audrey Tempi juga mengembangkan kecintaannya terhadap dunia baking. Ia melanjutkan studinya di sekolah pastry terkemuka Perancis, Ecole Nationale Supérieure de Pâtisserie (ENSP), lulus dengan gelar Bachelor of Arts di bidang French Pastry Arts.

“Sejak kecil Dulu aku sering bermain di dapur karena nenek punya toko kue. Saat tumbuh dewasa, ternyata ia juga memiliki ketertarikan pada dunia makanan penutup. Belakangan, saya mengejar karier Kelulusan dari SMA dan memulai karir sebagai pastry chef profesional pada tahun 2021,” kata Audrey dalam acara food test di Kukaru Kitchen, Jakarta, seperti dilansir laman FIMELA pada 16 Agustus 2024.

Audrey mengatakan itu selain passion. Ia juga ingin mengembangkan pangan Indonesia. Khususnya di bidang makanan yang dipanggang. Audrey sekarang bekerja di Clove Club, sebuah restoran berbintang dua Michelin di London.

“Saya ingin mempromosikan makanan Indonesia. Salah satunya menjadi pastry chef karena di Indonesia jumlahnya tidak banyak. Setelah belajar dan bekerja di Perancis Saya memutuskan untuk bekerja di sebuah restoran di London. Saya melamar pekerjaan itu karena Saya sangat ingin terus belajar. Akhirnya saya menerimanya dan berlari selama dua tahun

Pastry chef Audrey baru saja kembali ke Indonesia untuk berlibur. Ini bukan sembarang hari libur, ia ingin memanfaatkannya dengan memperkenalkan makanan panggang buatan sendiri yang bergaya toko kue Prancis namun dengan cita rasa lokal. Gambarnya sangat menarik, menggunakan teknik baking Perancis namun terinspirasi dari masakan khas Indonesia.

Ia menciptakan menu yang terinspirasi dari Nasi Padang. Dengan focaccia, nangka, telur balado, resep dan kari ala sandwich. Ada juga nasi kuning yang dibuat menjadi burger lengkap dengan ayam empuk.

Lalu untuk hidangan manis seperti martabak utuh disajikan ala Swiss pain. Ada juga es puding yang disajikan sebagai kue kecil. Dengan es krim alpukat dan pacar Cina.

Dia berkata: “Ketika saya lulus kuliah. Saya tidak pernah mempunyai ide untuk membuat makanan penutup di Indonesia. Jadi keluarga dan teman-teman saya bisa memakan kesembilan makanan panggang yang saya buat. Dan saya penasaran untuk melihat apa tanggapannya.” 

Setelah hampir dua tahun Audrey ingin kembali ke Jakarta tahun depan atau 2025, bukan pulang kampung saja. Ia pun berniat membuka toko dessert dengan konsep fusion Indonesia berdasarkan pengalamannya selama ini.

Selain itu, ia melihat makanan penutup di Indonesia berkembang pesat dengan banyaknya toko makanan penutup yang tidak kalah dengan merek luar negeri. Dia menambahkan: “Tahun depan saya pulang dan ingin membuka toko ganja berdasarkan pengalaman saya. Sesuai dengan kepribadian saya Makanannya cantik tapi tetap enak.”

Audrey sendiri mengaku terinspirasi untuk membuat dessert dengan cita rasa Indonesia. Saat dia pergi ke restoran Indonesia dan sarapan di pasar, “Setiap kali saya pulang Saya akan makan di sebuah restoran di Padang, Manado, yang sebagian besar menyajikan makanan Indonesia. Saya suka ke pasar dan sarapan di pasar,” ujarnya.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *