Wed. Oct 9th, 2024

Linda Kesurupan Sosok Vina Cirebon Lagi, Apa Informasi yang Diungkap Bisa Jadi Petunjuk Pemecahan Kasus?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Kasus pembunuhan Vina kembali menjadi perbincangan setelah film Vina: Before 7 Days ditayangkan di layar lebar.

Padahal, kasus pembunuhan gadis di Sirbon terjadi pada 2016 atau delapan tahun lalu. Namun hingga saat ini kasus tersebut masih belum selesai dan diwarnai oleh berbagai cerita seperti salah penangkapan dan ketidakpastian umum mengenai penangkapan dalang pembunuhan tersebut, yaitu Agee.

Pada tahun 2016, kasus Wina menjadi viral karena temannya Linda dikabarkan kerasukan tak lama setelah kematian Wina. Linda diduga memiliki kepribadian Pina dan menceritakan kronologis kejadiannya. Tak lama berselang, sosok Linda Vina kembali mengambil alih dan menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat.

Apakah barang bukti kepemilikan bisa menjadi alat bukti untuk menyelesaikan suatu kasus?

Kriminolog Hanifa Hasana pun menjawab hal tersebut. Menurut dia, syarat seorang saksi selama ini adalah orang-orang yang bisa memberikan keterangan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan persidangan. Kesaksian yang diberikan berkisar pada suatu perkara pidana berdasarkan hal-hal yang didengar, dilihat dan dialaminya sendiri.

“Ada tiga kelompok yang dinyatakan tidak mampu memberikan kesaksian, salah satunya adalah penderita amnesia, penyakit jiwa (walaupun ingatannya kadang kembali baik), dan dia dalam kondisi tersebut,” kata kriminolog tersebut. Sebut kasus iowa health lipoten6 berarti seseorang yang kesadarannya tidak dapat dipercaya.

Jadi, apakah orang yang kesurupan punya kesadaran, kalau tidak berarti informasi itu tidak bisa dijadikan bukti untuk menyelesaikan masalahnya, jelas Eva.

Eva menambahkan, kerasukan dalam psikologi disebut juga dengan dissociativeidentity disorder, artinya gangguan identitas disosiatif.

Gejala yang digambarkan adalah perubahan atau hilangnya identitas pribadi dan hilangnya kesadaran terhadap lingkungan sekitar. Biasanya disertai dengan perubahan perilaku, ingatan, dan cara berpikir. Yang sering terjadi adalah penderita gangguan identitas disosiatif mengalami perubahan. roh meninggalkan tubuhnya, dan sebagainya,” jelas Eva.

Ia menambahkan, “Koma merupakan akibat dari stres, kesedihan mendalam, kekecewaan, keterkejutan atau masalah tertentu yang menumpuk dalam diri seseorang.”

Stress ini disimpan dan dipendam dalam alam bawah sadar pikiran manusia, kemudian dengan tingkat kesabaran tertentu akan muncul dalam keadaan setengah sadar. Tidak semua tekanan muncul secara sadar.

Dalam masyarakat Indonesia, kerasukan sering dikaitkan dengan hal-hal misterius atau supranatural. Namun jika dilihat dari sudut pandang ilmiah, tidak selalu mungkin ada kaitannya dengan roh, gen, atau setan.

“Secara ilmiah tidak ada hubungannya dengan ilmu kebatinan, hanya karena tekanan emosi yang tidak bisa diungkapkan dalam keadaan sadar Anda akan berhenti menjadikan setan sebagai kambing hitam,” kata Eva.

Bukan suatu kebetulan jika pembunuhan Wina Sirbon menjadi salah satu kasus yang paling lama atau paling sulit dipecahkan.

Ava menilai hal ini terjadi karena banyak kekurangan dalam proses penyelesaian kasus selama beberapa tahun terakhir.

“Banyak kasus yang tidak terselesaikan (dengan sengaja) sehingga sulit untuk menutup kasus itu sendiri setelah berlalu. Banyak misteri, padahal sudah delapan tahun dilakukan sesuai undang-undang, yang tersisa sekarang . Ini untuk membukanya dengan jelas kepada publik.”

Misalnya saja penghapusan dua daftar pencarian orang (DPO) secara tiba-tiba. Menurut Eva, hal itu bukan peran polisi karena hakim menetapkan tiga penyandang disabilitas delapan tahun lalu.

“Hanya hakim yang berwenang menentukan dan memutus setelah menerima bukti dan keterangan baru.”

Persoalan ini sudah tidak ada lagi solusi alaminya karena pihak berwenang terpaksa menyelesaikannya oleh masyarakat, bukannya harus menyelesaikannya secara alami.

“Tidak ada virus, tidak ada keadilan” adalah ungkapan yang mengandung kebenaran ketika suatu masalah hanya bisa diselesaikan karena kebisingan masyarakat. Hal ini juga yang membuat pendekatan pihak berwenang terdistorsi, karena penyelesaian masalah hanya dilihat secara langsung sebagai memenuhi persyaratan. masyarakat”.

“Tidak segera menyelesaikannya juga merupakan kesalahan karena dianggap lamban dalam menyelesaikan masalah. Sebenarnya yang diinginkan masyarakat adalah aparat harus menjalankan moto yang tepat: dapat diprediksi, bertanggung jawab, transparan dan adil,” pungkas Eva.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *