Fri. Sep 20th, 2024

Mewujudkan Masa Depan Panjang Pengisian Daya Nirkabel untuk Mobil Listrik

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Koneksi nirkabel menjadi masa depan segala sesuatu yang berhubungan dengan kelistrikan, termasuk mobil listrik. Pengisian daya yang menggunakan kabel besar mirip dengan bentuk selang bensin yang digunakan saat ini diperkirakan akan hilang di kemudian hari. Tapi berapa lama waktu yang dibutuhkan?

Banyak eksperimen telah dilakukan, bahkan untuk membuat jalan listrik, yang dimulai oleh salah satu yang fokus pada konstruksinya, Electron.

Pada pengujian kali ini, mobil hybrid plug-in Toyota RAV4 berhasil melaju selama 100 jam nonstop hanya dengan menggunakan baterai tanpa kehabisan tenaga.

Pengujian dilakukan di trek demo sepanjang 200 meter yang dilengkapi wireless charger yang dipasang di bawah aspal 25% permukaan jalan.

Teknologi yang dikembangkan Electreon tidak perlu menghentikan mobil terlebih dahulu, melainkan terus melaju sembari proses pengisian daya dilakukan.

Namun, mengganti seluruh jaringan jalan dengan bantalan muatan besar di bawah aspal memerlukan pengembangan ekstensif selama bertahun-tahun.

Inovasi pengisian daya nirkabel yang lebih realistis adalah penggunaan bantalan pengisi daya untuk mengisi daya kendaraan secara otomatis dengan memarkirnya di lokasi tertentu.

Namun, adopsi potensi inovasi ini dalam skala besar mungkin tidak dapat terwujud dalam waktu dekat karena adanya beberapa kendala. Apalagi jika berbicara soal infrastruktur di jalan umum.

Proses pengisian nirkabel pada mobil listrik hampir sama dengan proses pengisian nirkabel pada ponsel. Namun, kendaraan tidak perlu sejajar dengan permukaan pemuatan.

Arus listrik yang melewati kumparan yang tertanam di permukaan jalan menimbulkan medan magnet yang menghasilkan listrik pada kumparan lain di dalam mobil. Listrik ini kemudian akan digunakan untuk mengisi baterai.

Namun, kecepatan yang ditawarkan dalam pengisian nirkabel lambat. Seperti dilansir Bloomberg, charger nirkabel mobil listrik saat ini hanya secepat charger Level 2 yang membutuhkan waktu sekitar 3-8 jam. Berbeda jauh dengan DC charger yang bisa terisi penuh dalam waktu 15 menit.

Namun, Hevo, perusahaan teknologi yang berbasis di Brooklyn, sedang mengembangkan pengisi daya nirkabel cepat berkapasitas 300 kilowatt.

Selain perkembangan teknologi yang masih belum cukup dalam hal efisiensi waktu pengisian, kendala lain juga terjadi pada kendaraan listrik. Hardware yang bisa mengisi daya mobil menggunakan proses wireless charger saat ini berkisar Rp 39,4 juta.

Kebanyakan mobil listrik tidak dilengkapi perangkat ini. Mengadopsi perangkat ini sekarang tentu akan menaikkan harga yang dinilai tidak murah bagi pembeli mobil listrik. Namun, harganya diperkirakan akan turun dalam beberapa tahun ke depan.

Beberapa produsen mobil listrik saat ini juga tertarik dengan ide kemampuan pengisian daya nirkabel. Namun, beberapa pabrikan China dan Tesla telah menunjukkan ketertarikannya pada ide ini.

Menurut laporan Carscoops, Tesla tahun lalu mengakuisisi perusahaan teknologi nirkabel asal Jerman, Wifrin. Pemilik desain telah membocorkan bahwa perusahaan secara aktif mengerjakan bantalan pengisi daya nirkabel yang dapat ditempatkan pemilik di lantai garasi mereka.

Tahun lalu WiTricity meluncurkan bantalan pengisi daya Hello, yang memiliki daya 11 kW, sama dengan pengisi daya Level 2.

BMW juga menjalankan program uji coba di Jerman pada tahun 2018 yang memberikan beberapa ratus pemilik BMW 530e bantalan pengisi daya 3,2 kW yang dapat mengisi baterai kecil mobil hybrid mereka yang berkapasitas 9,2 kWh di rumah dalam waktu 3,5 jam.

Harapan masa depan mobil, tanpa perlu mengisi daya, seperti pengujian Electreon, sangat memungkinkan kita memimpikan masa depan yang lebih maju. Teknologi yang mendukungnya sudah ada, meski sulit diprediksi berapa lama hingga menjadi mainstream.

Demikian pula, pengisian daya nirkabel normal mengharuskan kendaraan diparkir untuk mengisi daya. Inovasi yang lebih nyata ini sebaiknya diwujudkan terlebih dahulu. Namun kita mungkin harus menunggu lama, karena masih banyak pembangunan yang terjadi, dan kebijakan pemerintah serta investasi swasta belum bisa menjadikan hal ini menjadi hal yang umum.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *