Fri. Sep 20th, 2024

HEADLINE: Waspada Flu Singapura atau HFMD dan Penyebarannya Saat Musim Mudik, Antisipasinya?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Kasus Penyakit Tangan, Kaki, Mulut (HFMD) atau Hand Foot Mouth Disease (PTKM) atau dikenal dengan flu Singapura, terjadi di Indonesia pada awal tahun ini.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, terdapat 6.100 kasus HFMD sejak awal hingga akhir Maret 2024. Kasus terbanyak terjadi pada anak-anak dan sangat sedikit pada orang dewasa.

Mayoritas kasus HFMD berada di Pulau Jawa. Dilihat dari seluruh provinsi, yang terbanyak adalah Jawa Barat (2.100), Banten (1.100) dan DI Yogyakarta (561).

Jika melihat tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2019 terdapat 11 ribu kasus HFMD yang dilaporkan Kementerian Kesehatan RI. Pada tahun 2020, kasus HFMD mengalami penurunan sebanyak 5.200 kasus seiring dengan berkurangnya interaksi di masyarakat akibat pandemi COVID-19.

Setelah itu, pada tahun 2021 dilaporkan sebanyak 5.400 kasus. Kemudian, pada tahun 2022 sebanyak 8.100 kasus HFMD. Pada tahun 2023, tercatat sebanyak 11.000 kasus HFMD.

Melihat tren peningkatan kasus pada tiga bulan pertama tahun 2024, Kementerian Kesehatan RI mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai penyebaran Flu Singapura atau HFMD.

“Kalau dalam 3 bulan (Januari – Maret 2024) ada 6.000 kasus, bisa jadi 24.000 kasus (dalam setahun). Jadi kita lihat tren kasusnya meningkat,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik. Dr. . Siti Nadia Tarmizi, M.Epid kepada Health matthewgenovesesongstudies.com melalui sambungan telepon pada Jumat, 5 April 2024. Kemungkinan Kasus Meningkat Saat Mudik Lebaran 2024

Nadia mengimbau masyarakat lebih waspada terhadap flu Singapura, mengingat tren yang berkembang dan tingginya kerumunan saat mudik lebaran. Apalagi penyakit tersebut jarang menimbulkan penyakit serius namun memiliki tingkat penularan yang tinggi.

“Ada tren peningkatan, ditambah mudik, ditambah libur panjang, kemungkinan besar kasus flu Singapura akan meningkat,” tegas Nadia.

Hal senada juga diungkapkan Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropis (UKK) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Profesor Eddy Hartoyo. Risiko terkena HFMD lebih tinggi pada orang yang melakukan perjalanan pulang menggunakan transportasi umum.

“Kalau soal kemungkinan perluasan (penularan), ya, ya. Apalagi jika kita menggunakan transportasi umum, kata Edi dalam jumpa media online bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (2/4/2024).

Nadia mengatakan HFMD atau flu Singapura bisa menular sebelum gejalanya muncul. Tentu saja, setelah gejalanya hilang, penyakit tersebut bisa menular ke orang lain.

“Walaupun penyakitnya ringan, tapi cepat menular. 3-7 hari sebelum gejala muncul, sudah menular. Lalu, kalau kambuh lagi, tidak ada gejala klinis, menular.” ucap Nadia.

Di sisi lain, ketidaktahuan orang tua bahwa anaknya menderita HFMD dapat mendorong penularan secara luas.

“Karena penyakitnya ringan, orang tuanya tidak menyadari bahwa dia tertular virus, jadi dia naik bus pulang dan berkumpul dengan banyak orang.

Untuk mencegah anak-anak dan orang dewasa terkena HFMD atau flu Singapura saat pulang kampung, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:

1. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat

Biasakan mencuci tangan terutama setelah buang air besar, buang air kecil, dan sebelum makan.

Kita tahu, flu singapura menular melalui kontak langsung, melalui inhalasi batuk, dahak, dan dahak. Kemudian, saat popok bayi diganti, virusnya bisa ditemukan di tinja. HFMD “jadi sangat penting untuk mencuci tangan.”

Kemudian, ketika anak bermain di tempat umum, sebaiknya orang tua mengupayakan anjuran untuk mencuci tangan dan mandi setelahnya.

“Penyakit ini kebanyakan menyerang anak-anak, jadi kami (orang tua) fokus memperhatikan kebersihan dan higienitas anak,” saran Nadia.

2. Kenakan masker

Nadia mengingatkan untuk kembali memakai masker saat bepergian karena HFMD juga bisa menular melalui droplet. Masker dapat digunakan untuk anak di atas dua tahun.

Apalagi penggunaan masker sangat diperlukan bagi mereka yang menderita penyakit.

3. Hindari kontak dengan penderita HFMD

Edi mengatakan kontak dengan pengidap HFMD sebaiknya dihindari untuk mencegah anak tertular flu Singapura.

“Hindari kontak dengan korban flu di Singapura. “Bagi bapak dan ibu yang mengira anaknya menunjukkan gejala-gejala tersebut, saya katakan pulang dulu, jangan bermain dengan temannya agar tidak tertular,” ujarnya.

4. Meningkatkan stamina

Cara lain untuk mencegah mereka tertular dan menularkan virus penyebab HFMD adalah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

“Tingkatkan daya tahan tubuh anak kita. Bagaimana caranya? Perbanyak istirahat, gizi yang baik, perbanyak minum cairan,” kata Eadie.

Meningkatkan sistem imun tubuh dapat mengusir segala jenis virus yang masuk ke dalam tubuh anak.

Flu Singapura atau HFMD merupakan penyakit virus yang menyerang anak-anak dan orang dewasa.

“Tetapi penyakit ini banyak dilaporkan terjadi pada anak-anak, biasanya menginfeksi anak-anak berusia 10 tahun, dan beberapa mungkin menginfeksi orang dewasa,” kata Dr. Erlina Burhan SpP(K), anggota kajian pengendalian penyakit menular Ikatan Dokter PB Indonesia.

Masa inkubasi HFMD adalah tiga hingga tujuh hari, tambah Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Profesor Tjandra Yoga Aditama, guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Gejala HFMD pada anak antara lain: demam, ruam dan benjolan kecil di tangan, kaki dan mulut, kehilangan nafsu makan dan sakit tenggorokan.

“Setelah demam, keluhan biasanya muncul berupa nyeri di mulut, awalnya berupa benjolan lalu menjadi lendir. Lesi ini bisa terjadi di lidah, gusi, atau bagian mulut lainnya,” kata Zandra.

Sedangkan paparan HFMD pada orang dewasa tidak menimbulkan gejala seperti yang dikatakan Nadia.

HFMD bukanlah penyakit serius dan dapat disembuhkan dalam 7-10 hari dengan pengobatan suportif.

Meski jarang terjadi, HFMD akibat EV 71 juga dapat menyebabkan meningitis dan ensefalitis. Infeksi ini bermula dari saluran cerna dan menyebabkan gangguan saraf.

Alternatifnya, virus Coxsackie A16 dapat menyebabkan HFMD, yang juga menyebabkan meningitis.

Kasus HFMD yang parah biasanya lebih mungkin terjadi pada anak dengan gangguan imun atau daya tahan tubuh rendah, kata Nadia.

HFMD sangat menular dan menyebar melalui kontak langsung, cairan hidung dan tenggorokan, air liur, cairan abses, atau kotoran pasien. Masa penularan paling tinggi terjadi pada minggu pertama setelah terinfeksi.

Secara umum pengobatan flu singapore adalah sebagai berikut, yaitu: Bila demam, lakukan obat batuk dan pilek, biasanya berikan vitamin atau buah-buahan dan sayur-sayuran setiap hari.

Namun, Dokter Spesialis Anak Subspesialis Kesehatan Anak, Penyakit Menular dan Tropis, Hinki Hindra Erawan Satari mengatakan, jika anak menunjukkan gejala HFMD, sebaiknya bawa ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

“Intinya…apapun yang dilakukan, harus ke dokter,” ujarnya.

“Jadilah monitor, waspadai tanda-tanda bahaya seperti sesak napas, kejang, demam tinggi, enggan makan atau minum, muntah atau diare setelah makan, dan tidak bisa buang air kecil.”

Hal serupa juga ditegaskan Nadia, khususnya anak-anak yang kurang suka makan dan minum. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, yang dapat berakibat fatal.

“HFMD itu penyakit umum yang tidak menyebabkan kematian. Tapi kematian bisa terjadi jika anak mengalami dehidrasi. Kenapa anak bisa dehidrasi? Dia tidak bisa makan dan minum karena mulutnya sariawan dan melepuh,” kata Nadia.

Jika orang tua melihat anak HFMD tidak mau makan dan minum, segera bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan guna mencegah kerusakan lebih lanjut.

“Kenapa harus dibawa ke rumah sakit? Gejala anak itu bisa diobati,” kata Nadia. Pertahankan isolasi

Selanjutnya, isolasi anak-anak penderita HFMD perlu dilakukan. Bukan berarti anak dikurung di kamar, ia tidak keluar rumah selama lima sampai tujuh hari.

“Setelah lima hingga tujuh hari tidak menular lagi. Bukan dua minggu, tidak. “Mohon maaf jika dua minggu terlalu lama,” kata Edie.

HFMD telah salah diberi nama sebagai flu Singapura dalam beberapa tahun terakhir. Banyak orang menyebutnya flu Singapura daripada HFMD.

Hinkie menjelaskan, istilah flu Singapura merupakan istilah yang keliru untuk penyakit tangan-kaki-mulut. HFMD tidak disebabkan oleh virus flu. HFMD disebabkan oleh virus dari genus enterovirus yaitu coxsackievirus dan human enterovirus 71 (HEV 71).

“Itu terminologi yang salah untuk flu Singapura. Tentu saja virusnya bukan flu, hanya terjadi di Singapura, di tempat yang berbeda dan dengan alasan yang berbeda pula, kata Hinkie pada Senin, 18 Maret 2024, saat Pekan Imunisasi Dunia (PID) bersama Kementerian Kesehatan di Jakarta. .

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basara Yanourso juga menginformasikan hal serupa dalam konteks yang sama.

Menurut Piprim, sebutan flu Singapura untuk penyakit ini tidak hanya terjadi di Singapura karena sudah menyebar ke berbagai daerah termasuk Indonesia.

“Kasus flu yang disebut Singapura itu belakangan ini sangat marak. Sebenarnya flu (Singapura) ini bukan lagi hanya terjadi di Singapura, di Indonesia juga banyak, bisa jadi flu Jakarta dan flu lainnya,” kata Piprim.

Pakar kesehatan global dan ahli epidemiologi Dickey Budiman mengatakan HFMD tersebar luas di seluruh dunia, namun lebih banyak terjadi di wilayah tropis dan subtropis.

“Penyakit ini seringkali bersifat musiman, dengan puncak kasus di banyak daerah biasanya terjadi pada musim panas dan awal musim gugur,” jelas Dickey baru-baru ini.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *