Thu. Sep 19th, 2024

Kenali Faktor-Faktor yang Tingkatkan Potensi Perilaku Bullying pada Anak

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Pelaku bullying kerap dikaitkan dengan stereotip anak berbadan besar atau populer. Namun kenyataannya, anak yang cenderung menyendiri juga lebih besar kemungkinannya untuk menjadi pelaku bullying.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada profil atau penyebab tunggal yang dapat menjelaskan fenomena bullying, namun perilaku tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan.

Bullying adalah perilaku atau tindakan seseorang atau sekelompok orang untuk mengintimidasi atau menindas orang lain. Seperti yang dikatakan oleh psikolog klinis Liza Marielly Djaprie: “Penindasan adalah tindakan menindas satu atau dua orang terhadap orang lain.”

Perilaku bullying ini dapat mengubah kesehatan mental seseorang.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mendefinisikan intimidasi remaja sebagai agresi yang dilakukan oleh sekelompok anak berusia antara lima dan 18 tahun terhadap remaja lainnya.

Penindasan menyebabkan ketidakseimbangan kekuasaan yang berulang atau berulang, lapor halaman Webmd.

Terkadang karakteristik dan kepribadian individu dapat menjadi faktor utama dalam perilaku intimidasi, dan riwayat keluarga juga berperan. Faktanya, ada kasus dimana anak yang menjadi korban perundungan mempunyai perilaku perundungan.

Jika kita memahami faktor-faktor umum yang menyebabkan penindasan, kita dapat mengidentifikasi alasan terjadinya penindasan dengan lebih baik dan mengambil tindakan untuk mencegahnya.

Terkadang keluarga dapat mempengaruhi perilaku bullying pada anak. Berikut adalah beberapa masalah keluarga yang berkontribusi terhadap perilaku intimidasi. Mengalami gengsi dan kekerasan Anak-anak dari keluarga yang melakukan kekerasan lebih rentan terhadap perilaku bullying dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Hal ini karena perilaku agresif, kekerasan dan manipulasi sering kali mereka lihat di rumah. Jika Anda memiliki siswa yang sering merasa marah dan cenderung membentak siswa lain, jangan langsung berasumsi bahwa ada sesuatu yang salah. Luangkan waktu untuk menggali lebih dalam apa yang terjadi di rumah Anda. Mereka mungkin memerlukan lebih banyak dukungan dan bimbingan daripada langsung dihukum karena perilaku intimidasi. Lihat dan alami penindasan terhadap saudara kandung Penindasan juga bisa terjadi antar saudara kandung. Ketika saudara kandung melakukan kekerasan fisik, rasa berkuasa dapat muncul dalam diri pelaku. Untuk mendapatkan kembali rasa berkuasa tersebut, kemungkinan besar anak akan melakukan hal yang sama kepada orang lain atau anak korban mungkin akan meniru perilaku tersebut guna menghilangkan rasa tidak berdaya saat menjadi korban.

Anak-anak dengan tipe kepribadian tertentu cenderung lebih besar kemungkinannya untuk melakukan perilaku bullying. Berikut ini adalah daftar karakter yang dapat mempengaruhi kecenderungan anak melakukan bullying. Memiliki harga diri yang rendah Anak-anak yang memiliki harga diri rendah lebih rentan terhadap perilaku perundungan karena hal tersebut memberi mereka rasa berkuasa dan kendali, yang sering kali tidak mereka miliki dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menyembunyikan rasa rendah diri, anak yang menjadi korban bullying mungkin juga berbohong tentang prestasi dan kemampuannya. Mereka ingin tampil lebih baik dari yang sebenarnya, dan mungkin merasa bahwa berbohong adalah cara untuk mendapatkan persetujuan. Penting untuk diingat bahwa meskipun penindasan adalah perilaku negatif yang tidak dapat diterima, ini adalah cara untuk menarik perhatian anak-anak yang melakukannya. Memiliki hubungan yang buruk dengan orang lain Anak-anak yang menunjukkan perilaku bullying seringkali memberikan komentar negatif mengenai penampilan, kecerdasan atau kemampuan orang lain. Mereka juga cenderung menunjukkan intoleransi terhadap perbedaan. Hal ini seringkali disebabkan oleh ketakutan dan kurangnya pemahaman anak. Oleh karena itu, penting untuk membantu mengembangkan sikap toleransi dan saling menghormati. Kurangnya empati Anak yang tidak mampu memahami perasaan orang lain ketika disakiti secara verbal atau fisik, lebih rentan terhadap perilaku bullying. Mereka juga menyalahkan korban alih-alih menyadari rasa sakit yang mereka alami. Untuk mengatasinya, penting untuk membantu anak mengembangkan kemampuan berempati, memahami situasi orang lain, dan mengembangkan rasa kepedulian terhadap satu sama lain.

Anak-anak mungkin menunjukkan perilaku tertentu yang menunjukkan bahwa mereka berisiko menyelesaikan masalah melalui perundungan, bukan melalui komunikasi yang sehat. Perilaku agresif Salah satu faktor terjadinya perilaku bullying adalah agresi anak. Anak-anak yang agresif sering kali memiliki pengendalian diri yang buruk dan mudah tersinggung. Alih-alih berkomunikasi, mereka akan menggunakan tindakan koersif dan bahkan kekerasan untuk menyelesaikan masalah. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang berbahaya dan menakutkan bagi anak-anak lainnya. Mengisolasi Orang Lain Meskipun memiliki teman dekat merupakan kebutuhan dasar bagi semua anak, bukan hal yang aneh bagi mereka yang rentan terhadap perilaku intimidasi untuk melakukan perilaku kontraproduktif dalam upaya mengisolasi orang lain. Mereka tidak hanya menolak partisipasi orang lain, mereka juga mendorong teman-teman lain untuk melakukan hal serupa. Perilaku ini sering dilakukan oleh anak perempuan dan dapat menjadi bentuk perundungan yang berbahaya, sehingga menciptakan lingkungan yang tidak aman bagi semua orang. Di dalam kelas, strategi praktis untuk mengakhiri perilaku ini adalah dengan menerapkan struktur dalam pengaturan tempat duduk dan proyek kelompok. Memberi anak kebebasan penuh untuk memilih tempat duduk dan perlengkapan dapat meningkatkan kemungkinan pengucilan. Memiliki pengalaman menjadi korban perundungan di sekolah. Ironisnya, tidak jarang anak-anak yang menjadi korban perundungan juga ikut ditindas. Mereka mengalami karakteristik yang sama dengan korban bullying lainnya, seperti rasa sakit, depresi, dan disabilitas. Namun, untuk mengatasi perasaan tersebut, mereka kerap melakukan intimidasi terhadap anak lain. Oleh karena itu, setiap kasus pelecehan harus diusut tuntas. Jika seorang anak yang ikut serta dalam bullying juga menjadi korban, ia memerlukan dua hal: tindakan disipliner atas perilakunya dan dukungan serta intervensi terhadap bullying yang dideritanya.

Jika siswa menunjukkan beberapa faktor di atas, penting bagi pendidik dan orang tua untuk tidak mengabaikannya dan segera mengambil tindakan pencegahan atau perbaikan. Perilaku bullying yang ditangani sedini mungkin akan mencegah masalah serius di kemudian hari.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *