Fri. Sep 20th, 2024

Ada 7 Tipe, Kenali Feses yang Normal dan Tidak Berdasarkan Konsistensinya

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Kebanyakan orang tua menganggap kursi anak memiliki tekstur dan bentuk yang berbeda-beda. Dari konsistensi feses, orang tua bisa mengetahui apakah pencernaan anaknya baik atau buruk.

Menurut dokter spesialis anak subspesialis gastrohepatologi RS Pondok Indah Bintaro Jaya, Frieda Handayani Kawanto, feses terbagi menjadi tujuh jenis. Menurut skala tinja Bristol, tujuh jenisnya adalah: Tipe1

Keras, seperti kacang (sulit dihilangkan). Modus 2

Seperti sosis, tapi masih menggumpal. Modus 3

Bentuknya seperti sosis, wajahnya patah. Tipe 4

Mirip sosis atau ular, lembut dan halus. Modus 5

Seperti tombol, tapi mudah dilepas. Modus 6

Permukaan halus, mudah cair, sangat mudah dihilangkan. Modus 7

Ini sama sekali tidak 100 persen cair.

Dari ketujuh jenis tersebut, feses yang normal adalah tipe tiga dan empat. Bila fesesnya berbentuk sosis, permukaannya pecah-pecah, lunak, dan halus.

Apabila tekstur feses anak tidak seperti yang disebutkan pada tipe ketiga dan keempat, maka kemungkinan anak mengalami gangguan pencernaan. Dan masalah pencernaan yang paling umum dialami anak adalah diare dan sembelit.

“Anak penderita sembelit mengeluh sering buang air besar dengan tinja yang keras, kering, dan tidak teratur sehingga menimbulkan nyeri saat buang air besar,” kata Frieda dalam siaran pers yang diperoleh Health matthewgenovesesongstudies.com, Sabtu (11/5/11). 2024).

Frieda menambahkan, ada dua jenis sembelit yang sering dialami anak, yaitu sembelit dan sembelit. Sembelit organik

Sembelit organik adalah sembelit yang disebabkan oleh gangguan fungsi tubuh. Dalam keadaan ini, konstipasi disebabkan oleh berbagai penyakit, misalnya penyakit celiac, kelainan tiroid, dan kelainan anatomi usus seperti penyakit Hirschsprung. Sembelit fungsional

Sedangkan konstipasi fungsional terjadi ketika anak menahan keinginan untuk buang air besar. Sembelit fungsional bisa terjadi karena anak khawatir akan nyeri atau ketidaknyamanan, misalnya karena tinja yang keras.

Untuk mencegah sembelit, sebaiknya orang tua memperingatkan anaknya untuk tidak memegang perutnya. Sebab, jika anak memegang perutnya setiap hari, beberapa gejala yang bisa terjadi antara lain: sakit perut dan kembung, kehilangan nafsu makan, mual atau refluks aliran dari lambung ke kerongkongan, diare pada celana dalam akibat kelebihan cairan.

“Untuk mencegah hal ini terjadi, orang tua harus berhati-hati dalam memeriksa anaknya. “Tanda-tanda yang terlihat orang tua saat anaknya mengalami sembelit adalah lecet di sekitar anus dan tinja berukuran besar,” jelas Frieda.

Lebih lanjut Frieda menjelaskan, sembelit pada anak juga bisa dikaitkan dengan demam tifoid.

Pada tahun 2019, sekitar sembilan juta orang terkena demam tifoid dan 110.000 di antaranya meninggal setiap tahunnya.

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Infeksi terjadi melalui makanan atau air yang terkontaminasi.

Gejalanya meliputi demam kronis, sakit kepala, mual, sakit perut, sembelit, dan diare. Beberapa pasien mungkin mengalami ruam.

Kasus demam tifoid yang parah dapat menyebabkan komplikasi serius yang berakibat fatal. Demam tifoid dapat diobati dengan antibiotik. Meski gejalanya sudah hilang, penderitanya bisa menjadi pembawa (carrier of the disease) yang tetap bisa menularkan penyakitnya ke orang lain melalui bakteri yang ada di tinja.

Oleh karena itu, penting untuk dilakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada bakteri Salmonella typhi di tubuh penderita.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *