Thu. Sep 19th, 2024

Adira Revisi Target Piutang Pembiayaan Tersengat Lesunya Industri Otomotif

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – PT Adira Finance Tbk (ADMF) merevisi piutang keuangan hingga tahun 2024. CFO Adira Finance Sylvanus Gani Kukuh Mendrofa mengamini perkembangan industri otomotif saat ini yang masih lamban.

“Dengan adanya perubahan di bidang penjualan sepeda motor dan mobil, maka target pertumbuhan piutang juga harus disesuaikan,” kata Ghani seperti dikutip wartawan, Jumat (8/2/2024).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan hingga akhir tahun 2024, piutang multifinance masih berpotensi tumbuh antara 9-11%. Pada saat yang sama, terdapat pengalaman dalam pembiayaan piutang (termasuk co-financing) yang dikelola oleh Adira Finance. Per Juni 2024 naik 15 persen menjadi Rp58,4 triliun.

Namun di sisi lain, situasi industri otomotif juga menghadapi kesulitan. Penjualan ritel mobil baru turun 15 persen dari tahun ke tahun menjadi 432.000 unit pada semester pertama tahun 2024. Sementara itu, penjualan sepeda motor baru relatif stabil di angka 3 juta unit.

Hal ini dipengaruhi oleh relatif rendahnya daya beli masyarakat, masih tingginya suku bunga, dan melemahnya nilai tukar rupee.

“Jadi sudah ada perbaikan. Misalnya saja bergerak ke single digit dalam konteks pertumbuhan industri otomotif yang mungkin akan tumbuh di kisaran negatif. Namun hasil positifnya mungkin tidak akan sama dengan aspirasi awal yang mencapai dua digit. Begitu pula Adira Finance yang bisa menyesuaikan aspirasinya ke single digit,” tambah Ghani.

Sejalan dengan lesunya industri otomotif pada paruh pertama tahun 2024, Adira Finance mengalami penurunan pembiayaan baru sebesar 2 persen menjadi Rp 20 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

 

 

 

Dari sisi finansial, perseroan meraih laba kotor sebesar Rp5,0 triliun, meningkat 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain itu, total belanja meningkat 16 persen menjadi Rp4,0 triliun pada Semester I-2024.

“Peningkatan beban tersebut disebabkan oleh meningkatnya biaya pendanaan perseroan seiring dengan kenaikan suku bunga. Dengan demikian, laba bersih perseroan setelah pajak sebesar Rp 765 miliar atau turun 7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. ,” kata Gani.

Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) perseroan tercatat masing-masing sebesar 6,1 persen dan 14,2 persen pada semester I 2024.

Terkait pembiayaan, perseroan terus melakukan diversifikasi sumber pembiayaan dengan terus mendukung joint financing dengan induk perusahaan, Bank Danamon, dan memperoleh pinjaman eksternal dari perbankan (bank dalam dan luar negeri) dan pasar modal (obligasi lokal dan sukuk mudharaba). ).

Per Juni 2024, pembiayaan bersama mencapai 47 persen dari piutang yang dikelola. Selain itu, pada Juni 2024, total pinjaman Perseroan meningkat sebesar 44 persen year-on-year menjadi Rp 21,5 triliun, terdiri dari pinjaman bank (dalam dan luar negeri) serta obligasi dan sukuk 64 persen:36 persen. Alhasil, pada Juni 2024 rasio transmisi meningkat menjadi 2,2 kali lipat.

 

Sebelumnya, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) mengumumkan kinerja semester I tahun ini yang berakhir 30 Juni. Selama periode ini, perusahaan mencapai rekor pertumbuhan pendapatan.

Pendapatan Adira Finance semester I 2024 sebesar Rp5 triliun, meningkat 10,62 persen dibandingkan semester I 2023 yang tercatat Rp4,52 triliun. Selain itu, total belanja pada semester I-2024 meningkat menjadi Rp4,04 triliun dari Rp3,47 triliun pada semester I-2023.

Alhasil, ADMF membukukan laba periode berjalan sebesar Rp765,2 miliar atau turun 6,51 persen dibandingkan laba semester I 2023 sebesar Rp818,5 miliar.

Direktur Utama Adira Finance Deva Made Susila mengatakan penurunan kinerja perseroan seiring dengan lesunya kondisi industri otomotif.

Dalam konteks stagnasi perekonomian global, perekonomian dalam negeri juga akan menghadapi kesulitan pada pertengahan tahun 2024 yang ditandai dengan penurunan permintaan akibat kenaikan harga terutama bahan kebutuhan pokok, melemahnya indikator produksi, dan melemahnya nilai tukar.

Dengan latar belakang ini, industri otomotif juga menghadapi tantangan, dengan penjualan ritel mobil baru turun 15% menjadi 432.000 unit pada paruh pertama tahun 2024. Sementara penjualan sepeda motor baru relatif stabil di angka 3 juta unit. . Hal ini dipengaruhi oleh relatif rendahnya daya beli masyarakat, masih tingginya suku bunga, dan melemahnya nilai tukar rupee.

“Sejalan dengan lesunya industri otomotif pada paruh pertama tahun 2024, Adira Finance mengalami sedikit penurunan pembiayaan baru sebesar 2% menjadi Rp 20 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain itu, piutang pembiayaan yang dikelola Perseroan (termasuk co-financing) meningkat 15% dibandingkan tahun lalu menjadi Rp 58,4 triliun,” kata Made kepada media di kawasan Menteng, Kamis (08/01/2024).

 

Adira Finance akan terus menerapkan berbagai inisiatif strategis untuk mengembangkan bisnis di tengah tantangan yang ada saat ini. Salah satunya terus mengembangkan usaha non otomotif seperti kredit multiguna.

Perusahaan membukukan pertumbuhan baru pembiayaan non otomotif sebesar 21% year-on-year menjadi Rp 4,6 triliun. Pembiayaan multiguna merupakan porsi terbesar pembiayaan non otomotif perseroan.

Selain itu, Perseroan mencatatkan pembiayaan baru pada segmen Syariah sebesar Rp4,3 triliun atau 22% dari total pembiayaan baru. Untuk mendorong pertumbuhan pembiayaan Syariah, Perseroan akan terus melakukan kegiatan pemasaran, memperluas saluran penjualan di komunitas Syariah dan memaksimalkan penjualan produk-produk Syariah khususnya produk non-otomotif seperti produk AMANAH (Adira Multi Dana Siariah).

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *