Fri. Sep 27th, 2024

Ahli Ajak Masyarakat Melihat Teknologi Wolbachia untuk Lawan DBD dari Sisi Positif

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah di Indonesia. Hingga minggu ketujuh tahun 2024, terdapat 10.665 kasus DBD dengan angka kematian 89 kasus.

Angka tersebut diumumkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dan juga disampaikan oleh dokter spesialis penyakit dalam – konsultan penyakit menular tropis Brigjen TNI (purnawirawan) dr dr Soroy Lardo.

Untuk menekan angka kasus DBD, peneliti mencoba mengembangkan teknologi Wolbachia.

“Yang menjadi perbincangan hangat kemarin adalah teknologi Wolbachia. “Teknologi Wolbachia merupakan inovasi yang dapat melumpuhkan virus dengue yang ada di tubuh nyamuk Aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak menular ke tubuh manusia,” kata Soroy dalam diskusi online Pengobatan Demam Berdarah Dengue Integratif bersama Masyarakat. Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (27 Februari 2024).

Berbagai harapan dan kendala muncul dari inovasi ini. Program kebijakan pengendalian demam berdarah termasuk pencegahan, deteksi dini dan penanganan di Yogyakarta diharapkan dapat lebih efektif dengan teknologi Wolbachia.

Sayangnya pengembangannya menghadapi tantangan dalam inovasi penanggulangan DBD yaitu penyediaan dan kecukupan telur Wolbachia, perencanaan kegiatan, pembiayaan dan pemberdayaan masyarakat untuk memperkuat program ini.

“Dengan mempelajari uraian di atas, setidaknya kita mendapatkan dialektika epidemiologi dengan perspektif baru,” kata Soroy.

Penerapan teknologi Wolbachia menghadapi berbagai kelebihan dan kekurangan. Tak sedikit masyarakat yang khawatir nyamuk wolbachia bisa berdampak buruk bagi masyarakat.

Soroy menjelaskan, dirinya merupakan mantan mahasiswa PhD di Universitas Gadjah Mada (UGM). Universitas mengembangkan teknologi Wolbachia, dan Soroy terlibat dalam memantau perkembangannya.

Teknologi yang dikembangkan sejak tahun 2011 ini diuji coba di sebuah desa di Yogyakarta dan hasilnya menunjukkan keberhasilan.

“Sebagai mantan mahasiswa PhD UGM yang berkecimpung di bidang tracking (teknologi Wolbachia), proyek ini sudah ada sejak tahun 2011. Dan diuji coba di desa-desa di wilayah Yogyakarta dan hasilnya berhasil. konteks positif, ya.”

Lebih lanjut Soroy menjelaskan, teknologi Wolbachia lebih melihat pada aspek hulu. Teknologi ini menyasar media atau vektor penyebar penyakit demam berdarah dengue yaitu nyamuk Aedes aegypti betina.

Oleh karena itu, kami berharap media vektorisasi, yaitu bakteri Wolbachia yang dimasukkan ke dalam nyamuk betina, tidak menyebabkan virus masuk ke dalam darah manusia yang digigit.

Soroy mengimbau masyarakat untuk melihat teknologi Wolbachia sebagai upaya positif. Keunggulan Wolbachia semakin diperkuat dengan teknologi yang memasuki tahap pengujian berbasis bukti.

“Jadi kita harus melihat positif semua aspek yang terkait dengan demam berdarah. Dan ini sudah berada dalam fase jalur yang dalam dunia kedokteran disebut pengobatan berbasis bukti, pengujian berbasis bukti.”

Untuk mendukung teknologi tersebut, Kementerian Kesehatan RI berencana membangun pabrik telur nyamuk Wolbachia. Pabrik ini akan memproduksi jentik telur nyamuk yang diinfus bakteri Wolbachia.

Rencana pembangunan pabrik telur nyamuk Wolbachia disampaikan kepada Maxi Rein Rondonuw oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI.

“Kami berencana bersama World Mosquito Program (WMP) bekerja sama dengan Bio Farm untuk membuat pabrik telur nyamuk Wolbachia,” kata Maxi saat audiensi publik tentang Peran Komunitas dalam Melindungi Keluarga dari Ancaman Demam Berdarah di Manhattan. Hotel, Jakarta, Rabu 17 Januari 2024.

“Jadi kami sedang dalam proses pembuatan pabrik telur nyamuk ber-Wolbachia,” imbuhnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *