Fri. Sep 20th, 2024

Ambil Bagian Dalam Pengendalian Perubahan Iklim, KLHK Sosialisasikan FOLU Net Sink 2030

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Masalah perubahan iklim mengkhawatirkan negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia kembali mensosialisasikan langkah Net Sink Forestry and Other Land Use (FOLU) 2030 untuk bekerja di tingkat sub-nasional yaitu di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Senin (20/ 20). 5).

FOLU Net Sink 2030 sendiri merupakan suatu kondisi yang ingin dicapai oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan menurunkan emisi GRK dari sektor kehutanan dan tata guna lahan dengan kondisi tingkat penyerapan sama atau lebih tinggi dari tingkat emisi.

Dalam sosialisasi di Yogyakarta, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Perindustrian dan Perdagangan Internasional Novia Widyaningtyas menekankan pentingnya kerja sama semua pihak dalam penanganan perubahan iklim yang dinilai lebih mendesak.

“Indonesia telah menyatakan komitmennya kepada dunia internasional untuk mengendalikan perubahan iklim sejak Perjanjian Paris, dan melalui program Indonesia FOLU Net Sink 2030, kami berupaya mencapai tingkat emisi GRK sebesar -140 juta ton CO2e pada tahun 2030,” ujarnya. . dalam keterangan tertulis yang diterima matthewgenovesesongstudies.com. 4 Strategi Utama FOLU Net Sink 2030 di Indonesia

Terdapat empat strategi utama yang digunakan dalam agenda FOLU Net Sink 2030 di Indonesia, yaitu: Pencegahan deforestasi Konservasi dan pengelolaan hutan berkelanjutan Perlindungan dan restorasi lahan gambut Meningkatkan penyerapan karbon.

Fokus utama FOLU Net Sink 2030 adalah penurunan emisi gas rumah kaca, dimana sektor kehutanan dan tata guna lahan memegang peranan penting dengan kontribusi sebesar 25,4% dari target nasional.

 

 

Novia mengatakan, untuk wilayah Jawa, program ini disusun dengan mempertimbangkan karakteristik wilayahnya.

“Khusus wilayah Jawa, program ini disusun dengan mempertimbangkan karakteristik wilayah tertentu, seperti daya angkut dan kapasitas air, serta luas lahan kritis,” kata Novia.

“DI Yogyakarta dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan tutupan lahan hutan yang kecil menjadi fokus utama upaya pengurangan dan adaptasi perubahan iklim,” tambahnya.

Dalam menyusun rencana operasional secara rinci agar dapat dilaksanakan secara efektif, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga berkolaborasi dengan sekelompok ahli dari berbagai universitas, antara lain UGM, IPB, Universitas Brawijaya, dan ITB.

 

 

Terdapat tujuh Rencana Operasional (RO) di Wilayah Jawa dan enam RO yang dapat dilaksanakan DIY yaitu: RO1 mencegah laju deforestasi lahan mineral, RO4 Pengembangan Hutan Tanaman, RO7 Meningkatkan Cadangan Karbon dengan Rotasi, RO8 Meningkatkan Non Rotasi Cadangan Karbon, Perlindungan Keanekaragaman Hayati RO11 dan Pengelolaan Mangrove RO12.

Diketahui, rincian RO akan dilaksanakan pada Workshop I penyusunan rencana kerja Daerah Provinsi DIY.

 

Dalam kesempatan tersebut, Novia menjelaskan dukungan internasional terus mengalir. Menurutnya, hal ini menunjukkan keseriusan dunia dalam menghadapi permasalahan perubahan iklim dan Indonesia berpotensi berkontribusi dalam pengendalian perubahan iklim global.

“Saat ini dukungan internasional terhadap pelaksanaan FOLU Net Sink 2030 di Indonesia terus mengalir, terutama dari segi kontribusi dana,” kata Novia.

Novia menyatakan, keunggulan komparatif sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya, praktik terbaik pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan serta kerja sama antar berbagai pihak, serta dukungan kerja sama internasional menjadi kunci utama keberhasilan Indonesia mencapai tujuan net sink pada tahun 2030. .

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *