Thu. Sep 19th, 2024

Anak dengan Orangtua Perokok Lebih Rentan Alami Banyak Kelainan Serta Stunting

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Paparan asap rokok diketahui sangat berbahaya bagi kesehatan. Bukan hanya bagi pelakunya, tapi juga bagi orang-orang disekitarnya. Terutama bagi anak-anak dan ibu hamil.

Kini diketahui bahwa anak-anak dari orang tua yang merokok mempunyai risiko lebih besar terkena berbagai gangguan dan sakit maag. Sebenarnya, efek ini sudah dimulai sejak bayi masih dalam kandungan.

IDAI (Persatuan Dokter Anak Indonesia), Piprim Basarah Januarso, Sp.A(K), mengatakan pertumbuhan janin akan terhambat jika ibu terpapar asap rokok.

“Ibu hamil yang terpapar asap rokok akan banyak mengalami kendala pada pertumbuhan janinnya,” ujarnya dalam media briefing Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2024 di Jakarta (29/5/2024).

Dalam materi yang disampaikannya, paparan polusi dan asap rokok pada janin pada ibu hamil dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:

Hal ini akan menyebabkan penurunan skor IQ, fungsi motorik dan perkembangan mental, serta kerentanan terhadap autisme, peningkatan kecemasan dan depresi, serta disfungsi memori spasial.

Kemudian, ketika seorang anak lahir, ia berpotensi menghadapi situasi di mana orang tua cenderung membeli rokok dibandingkan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

“Makanan keluarga bisa dialihkan ke orang tua yang membeli rokok. Sehingga anak-anak yang harus mengonsumsi protein hewani dalam jumlah besar menjadi berkurang dan akhirnya berujung pada stunting,” lanjut Piprim.

Berdasarkan Survei Tembakau Dewasa Global, pembelian tembakau rumah tangga berjumlah Rp382.000 per bulan.

Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kajian Kesejahteraan Sosial UI pada tahun 2018 menemukan bahwa anak kecil yang tinggal dengan orang tua yang merokok mengalami pertumbuhan berat badan 1,5 kg lebih sedikit dibandingkan anak yang tinggal dengan orang tua yang tidak merokok.

Penelitian ini juga menemukan bahwa 5,5% anak kecil yang tinggal dengan orang tua perokok mempunyai peningkatan risiko stunting. Hal ini terkait dengan pengelolaan keuangan keluarga yang sebagian besar digunakan untuk pembelian produk tembakau.

Hal ini diperkuat dengan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang disampaikan oleh Eva Susanti, S.Kp., M.Kes, selaku Direktur P2PTM Kementerian Kesehatan.

“Dalam survei Susenas, masyarakat Indonesia lebih banyak membeli barang dalam jumlah besar, yang kedua, mereka membeli rokok dibandingkan telur dan daging,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.

 

Risiko kanker meningkat pesat hanya pada perokok aktif. Namun, dalam meta-analisis, risiko relatif terkena kanker pada anak adalah 1,10 (95% CI 1,30-1,19). Sedangkan leukemia spesifiknya adalah 1,05 (95% Cl 0,82-1,34) jika memiliki ibu yang pernah merokok, merokok saat hamil atau saat menyusui.

“Ada hubungannya, kalau bapaknya merokok, maka ada kaitannya juga dengan risiko leukemia myeloid akut pada anak,” kata Piprim.

Hal ini diketahui lebih banyak menyerang anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Namun, hal ini tetap berbahaya bagi setiap anak.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *