Mon. Sep 16th, 2024

Apa Kabar Proses Pengajuan Kebaya Sebagai Warisan Budaya Dunia TakBenda ke UNESCO?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Kebaya merupakan salah satu kostum nasional Indonesia yang memiliki sejarah berusia berabad-abad. Eksistensi kebaya terus berkembang, termasuk dari segi desain yang mencerminkan keragaman budaya Indonesia. 

Dalam upaya memperkenalkan kebaya kepada dunia, komunitas kebaya di Indonesia membentuk tim nasional untuk mencari dan mempersembahkan kebaya ke UNESCO.

“Itu sebenarnya semangat kita semua, dimana kita sering mengadakan event, dan akhirnya ada beberapa orang yang menemui PMK untuk meminta dukungan,” kata Lana T. Koenjoro, Ketua Timnas Hari Kebaya Nasional. Pertunjukan “Kebaya Nusantara Mempersatukan Bangsa” di Bentara Budaya Jakarta pada Sabtu, 27 April 2024.

Mereka kemudian diajak berdiskusi tentang Hari Kebaya untuk mengakui pakaian tersebut sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Tim Hari Kebaya Nasional pun terbentuk. Melalui komunitas ini, ia berharap misi utama dapat terlaksana. “Selain komunitas persembahan, ada juga komunitas pendukung, ada 450 komunitas yang berlangganan,” jelas Lana.

Masyarakat yang sudah mapan hendaknya melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kebaya, salah satunya dengan diadakannya parade Kebaya Nusantara. Dengan cara ini, pemerintah dapat membantu memberikan informasi kepada masyarakat dan mendukung usulan tersebut. 

Sementara itu, Miranti Serad Ginanjar, Ketua Komunitas Ibu Pertiwi Indonesia, mengatakan banyak hal yang perlu dipersiapkan selama proses pengajuan UNESCO, termasuk dokumen. Dalam hal ini, Indonesia bergabung dengan empat negara Asia Tenggara lainnya: Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand sejak tahun lalu.

Semua negara mengumpulkan dokumen pendukung yang diperlukan selama proses aplikasi. Miranti mengatakan Singapura memiliki dokumentasi terlengkap dan memimpin dalam mendukung negara-negara.

“Harus kita akui bahwa banyak dokumen tentang kebaya yang dikumpulkan oleh Sir Stanford Raffles (mantan Gubernur Jenderal Inggris) dan diberikan kepada National Heritage Museum di Singapura, sehingga mereka memiliki buku tentang kebaya yang sangat lengkap. Kita harus menerimanya,” jelasnya.

Diakui Miranti, tidak mudah mengumpulkan dokumen kebaya tersebut. Saya bahkan harus meminta dokumen dari museum Polandia tentang sejarah kebaya.

Meski kecewa karena Indonesia hanya berperan kecil dalam persiapannya, ternyata kontribusi Indonesia tetap besar. Salah satunya terkait dengan keharusan negara tuan rumah memiliki sekolah yang mengajarkan pola kebaya. Di Indonesia terdapat SMK Nahdlatul Ulama Banat Kudus. “Ternyata hanya ada di Indonesia,” ujarnya. 

Miranti mengatakan, proses pengajuan ke UNESCO masih berlangsung. Ia yakin hasilnya kemungkinan akan diumumkan di Paraguay pada akhir tahun 2024.

Di saat yang sama, Lana berharap dengan ditetapkannya Hari Kebaya Nasional dan pengakuan UNESCO, kebaya semakin digemari di kancah internasional. Lana juga berharap Kementerian Luar Negeri dan diaspora Indonesia terus mendorong dan memasyarakatkan kebaya agar lestari dan tidak hilang.

“Ini adalah tugas kita bersama untuk melestarikannya. Jadi bukan hanya karena ada Perpres lalu pengakuan UNESCO, kita tetap maju, dan yang paling utama adalah generasi mudanya. Sebagai generasi penerus, kita akan mewariskan budaya kita kepada anak cucu karena ini adalah warisan kita bersama,” ujarnya.

Lana juga mengucapkan terima kasih kepada sebelas komunitas pelamar yang berlomba-lomba mengawal pencalonan Hari Kebaya Nasional. Berikut nama sebelas komunitas tersebut. Wanita Indonesia Progresif Berpakaian Kebaya Wanita Indonesia Yayasan Pertiwi Pakaian Notaris Indonesia Rampak Sarinah Himpunan Ratna Busana Surakarta Cinta Budaya Nusantara (CBN) Yayasan Warisan Budaya Indonesia Fitur Sang Nusantara

Selain usulan ke UNESCO, komunitas Kebaya juga mengajukan usulan kepada pemerintah terkait Hari Kebaya Nasional. Pada Sabtu, 27 April 2024, merujuk pada laman resmi Sekretariat Pemerintah Republik Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan setiap tanggal 24 Juli diperingati sebagai Hari Kebaya Nasional, berdasarkan perintah Menteri. Presiden Republik Indonesia (Keppres). Dalam rangka Hari Kebaya Nasional ke-19 tahun 2023.

“Tetapkan tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional,” bunyi ketetapan pertama Perpres 19/2023 tanggal 4 Agustus 2023. Pernyataan kedua menyatakan bahwa Hari Kebaya Nasional bukanlah hari libur.

Perpres tersebut juga menguraikan sejumlah alasan ditetapkannya tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional, di antaranya kebaya merupakan identitas bangsa pemersatu bangsa antaretnis dan telah menjadi aset budaya yang sangat berharga sehingga harus dilindungi keberadaannya. dan dilestarikan. Kebaya telah berkembang menjadi pakaian yang digunakan di berbagai acara baik nasional maupun internasional. Kongres Perempuan Indonesia ke-10 yang dihadiri oleh Presiden Sukarno menyatakan bahwa revolusi Indonesia tidak akan terlaksana tanpa partisipasi perempuan, dimana seluruh perempuan yang hadir pada kongres tersebut mengenakan kebaya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *