Tue. Oct 1st, 2024

Atasi Dampak Perubahan Iklim Butuh Kolaborasi hingga Investasi Negara Maju

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Perubahan iklim global membutuhkan kerja sama antara negara maju dan berkembang. Kerja sama tersebut mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Hal tersebut diungkapkan Rachmat Kaimuddin (Kemenko Marves), Deputi Koordinator Bidang Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi. Ia mengatakan kerja sama ini mencakup proyek investasi dan pinjaman murah dari negara maju.

 Pada acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) Senayan 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Rachmat mengatakan: “Untuk mengatasi perubahan iklim di dunia, diperlukan pendekatan bersama antara negara maju dan berkembang tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan,” Jumat. . (6/9/2024).

Tanpa pendanaan dari negara maju, upaya mitigasi perubahan iklim di negara berkembang, termasuk Indonesia, akan menemui kendala, ujarnya. Permasalahan yang disebabkan oleh perubahan iklim tidak hanya merugikan secara ekonomi, namun juga terhadap keamanan hidup masyarakat di seluruh dunia.

“Kita tidak dapat mencapai skala perubahan untuk mengatasi perubahan iklim tanpa kerja sama dan investasi negara-negara maju, tanpa penelitian dan teknologi yang dapat diakses, dan tanpa pendanaan yang bermanfaat bahkan bagi negara-negara berkembang,” ujarnya.

Rachmat menegaskan komitmen Indonesia untuk mencapai net zero emisi pada tahun 2060 atau lebih cepat. Komitmen ini diwujudkan melalui upaya percepatan transisi energi untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

“Transisi energi itu rumit dan membutuhkan waktu – tidak ada jalan pintas, jadi kita perlu melakukan pendekatan dari berbagai perspektif. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan solusi yang kita miliki saat ini mungkin belum sempurna, namun sudah membawa perubahan dan akan terus berkembang. – katanya.

 

 

Melalui ISF 2024, pemerintah Indonesia berupaya memfasilitasi kepentingan negara maju dan berkembang dalam mengatasi dampak perubahan iklim. Pada hari pertama ISF, 5 (lima) sesi pleno, 6 (enam) sesi tematik, 3 (tiga) dialog tingkat tinggi, 3 sesi mini interaktif dan 14 nota kesepahaman dan kemitraan.

Jadi kita punya kerja sama di forum ini. Jadi kita bisa mulai melakukan kerja bagus hari ini, dan tidak hanya jumlahnya yang mengesankan, tapi kedalaman dan kekayaan diskusinya sungguh luar biasa, katanya. Kerugian akibat dampak perubahan iklim

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan kerugian akibat dampak perubahan iklim mencapai Rp 544 triliun selama periode 2020-2024.

“Di Indonesia, @bappenasri memperkirakan kerugian akibat dampak perubahan iklim mencapai Rp 544 triliun pada tahun 2020-2024,” kata Sri Muliani, dikutip dari Instagram pribadinya @smindrawati, pada Rabu (21/2).

Meskipun kerugian akibat perubahan iklim sangat besar, Menteri Keuangan mengatakan bahwa berbagai upaya Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim diakui dan dikompensasi melalui Green Climate Fund (GCF) dan pembayaran berbasis hasil pengurangan emisi. upaya Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD+).

Bendahara negara ini berharap forum REDD+ dapat menjadi wadah pertukaran ide dan pengalaman antar pimpinan dan pejabat daerah dalam rangka melahirkan berbagai program penanggulangan perubahan iklim.

 

Koresponden: Suleiman

Sumber: Merdeka.com

 

Sebelumnya, Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC) akan dilanjutkan pada Jumat, 6 September 2024. Sejumlah agenda tak kalah menarik akan menjadi magnet bagi lebih dari 11 ribu kelompok. peserta.

Rangkaian pertemuan ISF 2024 akan diakhiri dengan sesi tematik, sesi pleno, sesi keynote speaker di berbagai bidang, pertemuan bilateral hingga penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Letter of Interest (LoI).

Hari pertama yang berlangsung pada Kamis, 5 September 2024, ISF diisi dengan serangkaian agenda, antara lain pelantikan Presiden RI Joko Widodo dan ditutup dengan jamuan makan malam di Lapangan Indonesia. . Monumen Nasional (MONAS).

Makan malam tersebut dihadiri oleh Wakil Presiden RI H. Maruf Amin dan dimeriahkan dengan pertunjukan cahaya spektakuler yang menyoroti Mona.

Hari kedua ISF 2024 akan dibuka dengan rangkuman hari pertama ISF 2024. Rangkuman pertemuan akan disampaikan oleh Rahmat Qaimuddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kelautan dan Perikanan. . Hari itu dilanjutkan dengan sejumlah pertemuan tematik, rapat pleno, keynotes, pertemuan bilateral, penandatanganan sejumlah memorandum dan memorandum.

Pada hari kedua ISF 2024 akan dibahas beberapa isu menarik seperti Konservasi Keanekaragaman Hayati, Blue Halo S, Pariwisata Berkualitas dan Konservasi Mangrove. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan dijadwalkan kembali pada hari kedua ISF 2024 dalam salah satu sesi tematik bertajuk “Peluang Dekarbonisasi di ASEAN”.

Acara ISF 2024 selanjutnya akan diakhiri dengan rangkuman acara dan rangkuman keseluruhan agenda oleh Shinta V. Kamdani, Wakil Rahmat dan Wakil Ketua Koordinator Maritim, Investasi dan Luar Negeri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. . . Selain itu, Menko Luhut juga akan memberikan pernyataan penutup yang menandai selesainya seluruh rangkaian pertemuan ISF 2024 secara resmi.

 

Sebelumnya, Rachmat Kaimuddin, Wakil Koordinator Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (KAMENCO MARVES), mengatakan transisi energi bukan hanya peluang untuk mengurangi perubahan iklim, tetapi juga peluang untuk menyediakan energi yang terjangkau dan mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa pengorbanan. . Tidak, tanpa memberi

Hal tersebut disampaikan pada Indonesia International Sustainability Forum 2024 (ISF 2024) yang diselenggarakan di Jakarta International Center pada Jumat (09/06/2024).

Rakhmat mengatakan transisi energi itu rumit dan memakan waktu serta tidak ada jalan pintas sehingga perlu pendekatan dari sudut pandang berbeda. Meskipun sains, teknologi, dan solusi saat ini belum sempurna, namun hal-hal tersebut membawa perubahan dan akan terus berkembang.

“Untuk menjaga momentum, kita perlu berinvestasi lebih banyak pada teknologi, penelitian dan pengembangan, infrastruktur energi, proyek ramah lingkungan, dan yang paling penting pada sumber daya manusia kita,” tambahnya.

Setiap orang dan segalanya harus beradaptasi, katanya, seiring dengan berkembangnya kebijakan, struktur keuangan, praktik industri, dan perilaku konsumen. Tantangannya lebih dari sekedar politik, dimana kita perlu bekerja sama dengan masyarakat untuk menyebarkan pemahaman dan mendorong tindakan kolektif.

“Meskipun kita masing-masing memiliki titik awal yang berbeda dan menghadapi tantangan yang unik, kita semua dapat berbagi kesempatan untuk berkontribusi pada gerakan keberlanjutan global. Saya berulang kali merasakan semangat kolaborasi terbuka dan tetap berharap, bahkan optimis, bahwa bersama-sama kita dapat membangun keberlanjutan dunia,” katanya. Wakil Rahmat.

Rahmat juga menegaskan, kerja sama dan kerja sama antar negara merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam menghilangkan perubahan iklim di dunia.

“Untuk mengatasi perubahan iklim di dunia, diperlukan pendekatan kerja sama antara negara maju dan berkembang tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Kerja sama bukanlah suatu pilihan, melainkan suatu keharusan,” kata Deputi Rahmat.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *