Tue. Oct 1st, 2024

Autoimun dan Alergi, Gangguan Antibodi yang Tidak Bisa Sembuh tapi Bisa Dikendalikan

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Bagaimana jika sistem imun menyerang sel atau tubuh yang sehat? Sekilas disebut autoimun dan alergi, ada ratusan jenisnya dan bisa membunuh siapa saja.

Prof. Dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI, Direktur Alive atau Alergi, Imunologi, Autoimun dan Vaccine Center Eka Hospital, menjelaskan perbedaan autoimun dan alergi yang menyerang rasa sakit pada sistem kekebalan tubuh.

“Kalau alergi, reaksinya tipe IgE hiperaktif, jadi gejalanya gatal-gatal, asma, dll. Ada alasannya, kalau makanan, udara, dan sebagainya pasti ada juga. Tes atau tes alerginya,” kata Iris.

IGE adalah tingkat imunoglobulin E, sejenis antibodi dalam tubuh.

Sedangkan pada autoimun, antibodi hiperaktifnya berjenis IgG. IgG adalah sejenis antibodi yang biasa ditemukan dalam darah dan cairan tubuh lainnya. 

Terlepas dari penelitian sebelumnya, terdapat cacat pada antibodi IgG pada pasien autoimun. Antibodi seharusnya melindungi tubuh dari virus, bakteri, virus, dll, namun pada pasien autoimun, antibodi tersebut justru membunuh tubuh.

 “Jadi dia salah mengira, tubuh seharusnya menjadi musuh, virus, terhadap sel-sel sehat. Itu hati, ginjal, kulit, seperti itu,” kata Iris.

Sayangnya, kedua masalah sistem kekebalan tubuh ini, baik alergi maupun autoimun, tidak dapat disembuhkan. Namun, hal ini dapat dikendalikan.

“Apakah alergi dan autoimun bisa disembuhkan atau tidak? “Seperti diabetes dan darah tinggi, tidak bisa disembuhkan, tapi bisa dikelola dan dikendalikan,” kata Iris.

Cara mengendalikannya adalah dengan mengetahui penyebabnya, mengobati, menyembuhkan tidur anti IGE atau IGG. Artinya pasien bisa menjalani kehidupan normal, bekerja normal.

 

Iris menjelaskan, siapa pun bisa terkena penyakit autoimun, namun yang paling berisiko adalah mereka yang memiliki faktor genetik.

Genetika, ciri-ciri genetik. Biasanya perempuan 8 atau 9 berbanding 1, karena perempuan lebih banyak estrogennya. Sementara kita tahu, hormon yang beragam ini berperan dalam autoimun, kata Iris beberapa waktu lalu. 

Faktor lain yang berperan adalah lingkungan dan pola makan. Dalam penelitian terbaru, pola makan disebut-sebut dapat membuat seseorang rentan terhadap penyakit autoimun. Misalnya terlalu banyak mengonsumsi MSG, pewarna, dan gluten.

“Oleh karena itu, jika seseorang menderita penyakit autoimun, ada juga pola makan khusus, terutama diet gluten. Semua jenis gluten harus diganti, bisa pakai tepung tapioka, tepung sagu, tepung beras, sekarang banyak yang bagus. produknya,” kata Iris.

 

 

Penyakit autoimun dan alergi tidak bisa diobati oleh tubuh, kata Iris. Sekali itu ada di sana, itu ada di sana selamanya.

Ketahuilah apa dampaknya, minum obat, kalau tidak menyembuhkan, menidurkan penyakitnya, melemahkannya dan pasien bisa menjalani kehidupan yang lebih baik, ujarnya. 

Orang dengan penyakit autoimun dan alergi mungkin diisolasi dari obat tersebut untuk jangka waktu yang lama, kata Iris. Asalkan Anda segera membayar penyebab masalahnya. Jika sudah mengetahui penyebabnya sejak awal, sebisa mungkin hindari, jangan sampai terulang kembali dan jangan memperparah penyakit. 

“Misalnya tiba-tiba makan yang salah, makan terlalu banyak gluten, badan akan terasa sakit. Jadi mulailah makan, kembali ke kehidupan yang baik,” ujarnya.

Eka Hospital kini memiliki Klinik Alergi Imunologi Autoimun dan Vaksin (ALIVE), sebuah klinik yang khusus menangani dan menangani alergi, imunitas, penyakit autoimun imunologis, serta sistem imun.

“Allergy Immunology Autoimmune and Vaccine Clinic (ALIVE) merupakan jawaban atas tuntutan upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat. “ALIVE mempunyai visi menjadi center of excelent dalam pengobatan penyakit alergi, imunologi dan autoimun, serta serta memberikan layanan vaksinasi yang berkualitas,” ujar Dr. Reena Setiavati, Chief Operating Officer (COO) Eka.Hospital Group.

 

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *