Thu. Sep 19th, 2024

Banjir dan Tanah Longsor Ganggu Sektor Pariwisata Thailand, 2 Turis Rusia Jadi Korban Jiwa

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Saat Indonesia sedang menghadapi masalah gempa bumi skala besar, Thailand sedang mengalami banjir dan badai setelah bencana alam baru-baru ini di bagian utara negara itu dan tanah longsor yang mematikan di Phuket.

Presiden Asosiasi Pariwisata Phuket Thaneth Tantipiriyakij mendesak pemerintah untuk mengembangkan strategi jangka panjang yang komprehensif untuk mengelola dampak banjir dan badai. Dia menilai situasi ini mendesak setelah hujan lebat dan tanah longsor di Phuket menewaskan 13 orang, termasuk setidaknya dua turis Rusia.

Tragedi ini seharusnya mendorong pemerintah untuk segera melaksanakan perencanaan infrastruktur jangka panjang di Phuket, kata Thaneth, dikutip The Thaiger, Selasa (27/8/2024). Langkah-langkah yang diusulkan termasuk penarikan rencana yang memungkinkan gedung-gedung tinggi dibangun dengan waktu penutupan yang lebih singkat, sehingga dapat membahayakan keselamatan.

Di Chiang Rai, wakil presiden dewan pariwisata Pariyakorn Phungmalai mengatakan meskipun tingkat banjir di beberapa daerah telah mereda, banjir telah berdampak signifikan terhadap industri pariwisata lokal. Banjir yang melanda 10 kabupaten di provinsi tersebut merupakan yang terparah dalam beberapa tahun terakhir akibat curah hujan yang tinggi, katanya.

Chiang Rai yang terkenal dengan warisan alam dan budayanya memiliki banyak atraksi seperti taman, kuil, taman, dan homestay yang tersebar di luar pusat kota. Banjir yang terjadi belakangan ini telah memutus akses ke berbagai lokasi wisata.

 

 

Pariyakorn menekankan bahwa penggundulan hutan dan praktik pertanian tebang-dan-bakar telah memperburuk situasi dengan berkurangnya jumlah pohon besar yang dapat menyerap dan memperlambat penyebaran air banjir. Ia meminta pemerintah membangun kembali sistem pengelolaan air di wilayah tersebut untuk mengatasi masalah ini.

Di Nan, Kalyakamon Soongswang, anggota komite komite pariwisata, mengatakan otoritas negara bagian dan operator lokal telah memulai operasi pembersihan setelah banjir bandang pekan lalu. Kalyakamon, yang juga direktur pelaksana Hotel Wiang Kaew, mengatakan banyak hotel terpaksa membatalkan atau menunda pemesanan karena gangguan transportasi di kota tersebut.

Dia mendesak pemerintah untuk memprioritaskan pekerjaan pada proyek pengelolaan air untuk mencegah banjir besar di masa depan, mengingat situasi banjir terburuk yang pernah dihadapi wilayah tersebut sejak tahun 2011. Di Sukhothai, presiden Dewan Pariwisata Wiwat Tharawawat telah memastikan bahwa hotel dan taman bersejarah di kota tersebut tetap aman. dari gelombang banjir. Namun, kata dia, beberapa wisatawan membatalkan perjalanannya karena situasi di kawasan pinggiran kota.

Ruang perang akan segera memberikan bantuan dan dukungan kepada masyarakat yang terkena dampak bencana alam, ujarnya. Menteri Pariwisata Sermsak Pongpanit pada hari Senin mengumumkan pembuatan ruang perang untuk membantu wisatawan dan operator tur yang terkena dampak banjir di utara dan tanah longsor di Phuket, lapor Bangkok Post.

Sementara itu, Kepala Bidang Mitigasi Tsunami Samudera Hindia dan Pasifik BMKG Suci Anugerah mengatakan, banyaknya gempa besar di Indonesia menjadi buktinya, seperti gempa susulan tsunami di Banyuwangi tahun 1994 dan tsunami Biak tahun 1994. 1996. Namun tingkat persiapan banyak pihak dalam mengantisipasi terjadinya gempa bumi dan tsunami di Indonesia masih tergolong rendah.

Khusus di bidang pariwisata, kata dia, masih banyak hotel dan pengelola pariwisata lainnya yang mengabaikan risiko bencana di tempat beroperasinya. Tahap mitigasi sebenarnya dimulai dari evaluasi.

“Senang rasanya sekarang kita tahu apa itu megathrust. Dulu kita belum tahu apa istilah tsunami, bahkan setelah mengalami tsunami Banyuwangi tahun 1994 atau tsunami Biak tahun 1996,” ujarnya dalam The Weekly Brief bersama Sandi Uno. di Jakarta secara hybrid, Senin 26 Agustus 2024.

Sekali lagi dalam serangkaian evaluasi, pengelola hotel dan kawasan wisata kemudian diminta mengidentifikasi perkiraan jumlah wisatawan yang akan datang. Data penting untuk merancang rencana evakuasi yang seefektif dan seefisien mungkin jika terjadi bencana.

Langkah mitigasi selanjutnya, kata Suci, adalah membangun kesiapsiagaan. Yang utama adalah mempersiapkan rambu dan jalur evakuasi dengan benar. Pemasangan peta evakuasi dan alarm perintah evakuasi juga tidak luput dari perhatian. 

“Sering ke hotel, rambu-rambunya tidak jelas, sehingga jalur evakuasi mungkin terhalang banyak hal, sehingga pintu darurat tidak mudah dibuka,” jelas Suci terkait rangkaian persiapan evakuasi yang terbengkalai di hotel. atau kawasan wisata lainnya.

Suci juga meminta hotel dan pengelola kawasan wisata lainnya menyiapkan informasi kesiapsiagaan. Tujuannya adalah untuk menciptakan materi edukasi risiko gempa dan tsunami yang mudah dipahami pengunjung.

Jangan lupa untuk selalu memberikan safety briefing sebelum memulai pertemuan. Hal ini penting agar pengunjung dapat memahami apa yang harus dilakukan jika terjadi keadaan darurat. “Selain itu, para pekerja hotel juga dilatih melalui sosialisasi sehingga mereka rutin mengikuti pelatihan dan juga melakukan simulasi,” kata Suci.

Kegiatan simulasi tidak harus selalu serius, tapi bisa juga dirancang untuk bersenang-senang. Kegiatan juga dapat memanfaatkan momentum hari-hari penting, seperti Hari Siaga Bencana pada tanggal 26 April atau Hari Kesadaran Tsunami Sedunia pada tanggal 5 November.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *