Thu. Sep 19th, 2024

Beban APBN Berat karena Perang Iran Vs Israel, Ekonom Singgung Program Makan Siang Gratis Terlalu Konsumtif

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Institute for Economic and Financial Development (INDEF) menyoroti dampak meningkatnya konflik antara Iran dan Israel yang mendorong kenaikan harga komoditas. Hal itu ditengarai juga akan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Direktur Eksekutif INDEF Esther Sri Astuti mengatakan APBN bisa terbebani oleh harga komoditas yang tinggi. Oleh karena itu, kita harus berusaha menghemat uang dengan menggunakan dana negara.

Esther berpendapat bahwa belanja pemerintah harus diarahkan pada produksi daripada belanja barang konsumsi. Ia mencontohkan, salah satu hal yang dianggap konsumtif adalah anggaran program makan siang gratis.

“Jadi yang harus dilakukan pemerintah pertama-tama adalah melihat kembali berbagai anggaran belanja agar lebih menyasar belanja produktif, bukan sekedar konsumsi seperti makan siang gratis, saya kira belanja konsumsi,” jelas Esther. Indef, Sabtu (20.04.2024).

Ia meyakini belanja pemerintah yang produktif akan mendorong munculnya sektor bisnis. Dengan demikian, pergerakan perekonomian nasional dapat terpelihara.

“Tapi sebaiknya diarahkan pada belanja produktif yang bisa menghasilkan pendapatan atau produktivitas dari dunia usaha. Nanti berdampak jangka panjang,” tegasnya.

“Jika belanja pemerintah ini bisa disalurkan ke belanja yang lebih produktif, saya kira ini akan membuat pertumbuhan ekonomi kita lebih berkelanjutan dan terkendali dalam jangka panjang,” lanjut Esther.

Esther mengatakan kenaikan harga minyak dunia berdampak pada biaya transportasi. Akibatnya merembet ke kenaikan harga barang lainnya.

“Karena kenaikan harga minyaknya besar, maka kalau kita bicara APBN, itu yang disebut perkiraan makro, indikator makroekonomi. Tentunya ini akan mempengaruhi alokasi anggaran atau anggaran, besar kecilnya anggaran dalam APBN,” jelasnya.

Dia mengatakan beban ini menyebabkan kerugian pada APBN. Jumlahnya diperkirakan 2-3 persen. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk merestrukturisasi penggunaan anggaran dalam situasi geopolitik global seperti ini.

“Jadi akibat kenaikan harga minyak, defisit anggaran diperkirakan 2-3 persen. Apa jadinya? Kalau kita tidak mengelola anggaran di APBN, kemungkinan posisi keuangan kita akan sangat kecil,” dia menyimpulkan.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *