Mon. Sep 16th, 2024

BEI Incar 96 Pengguna Jasa Karbon hingga Akhir 2024

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis penggunaan jasa perdagangan karbon akan meningkat dari sisi emisi karbon atau net-zero emisi. Pada akhir tahun, layanan perdagangan karbon di bursa ini memiliki 96 target pengguna.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengumumkan pada akhir tahun 2023, jumlah pengguna jasa pertukaran karbon akan mencapai 46 orang. Jumlah ini naik dari 15 pengguna saat peluncuran pada September 2023.

Jeffrey mengatakan kepada wartawan di gedung bursa pada Senin (19 Februari): “Tujuan tahun ini adalah meningkatkan 50 dari 46 pada akhir tahun lalu. Jadi kami berharap pada akhir tahun 2024 kami akan memiliki setidaknya 96 pengguna yang melayani.” 2024).

Pertukaran akan melanjutkan diskusi dan terlibat dengan lingkungan pertukaran dengan mempertimbangkan tujuan tambahan ini. Menurut bursa, ekosistemnya dekat dengan vendor atau perusahaan yang terdaftar. SAYA

“Itulah yang akan kami undang untuk berdiskusi guna menggunakan reformasi karbon ini untuk mendukung strategi net zero mereka. Kami ingin setiap perusahaan atau pemasok mereka mulai menyiapkan peta net zero,” kata Jeffrey.

Ia menambahkan, investor, khususnya investor asing, saat ini hanya mempertimbangkan kinerja keuangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Namun permasalahan lingkungan, sosial dan korporasi (ESG) juga menjadi perhatian utama investor.

“Untuk itu, mulai saat ini kami menghubungi perusahaan atau perusahaan publik yang investornya sudah menangani hal-hal tersebut. Saya yakin banyak pemasok kami juga yang memiliki rencana ke arah itu dan dapat memanfaatkan keberadaan pertukaran karbon untuk mencapai hal tersebut. Sedikit,” pungkas Jeffrey.

Sebelumnya, Syailendra Capital meyakini investor bisa memadukan strategi investasi tradisional (disesuaikan DCA/USD) dengan strategi berbasis pasar. Portofolio strategi investasi kami dirancang untuk memenuhi perubahan kondisi ekonomi dalam dekade terakhir.

Siklus ekonomi ini mempengaruhi pergerakan harga saham (IHSG) dan mempengaruhi kekayaan secara keseluruhan.

Laporan Syailendra Market Insights Senin 16 Februari 2024 (19 Februari 2024) Kondisi perekonomian berubah drastis dalam 10 tahun terakhir. Sejak tahun 2013 hingga 2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia berjalan lambat dengan rata-rata produk domestik bruto (PDB) hanya sebesar 5%.

Selama periode ini, banyak peristiwa terjadi di seluruh dunia yang berdampak besar pada pasar saham, seperti krisis keuangan Eropa pada tahun 2005, perang dagang Tiongkok-AS yang dimulai pada tahun 2018, dan krisis keuangan berikutnya. .

Dan kemudian pemulihannya dimulai pada tahun 2021 hingga sekarang. Laporan tersebut menyebutkan bahwa pasar saham telah mengalami fluktuasi yang signifikan dalam 10 tahun terakhir. Hal ini membuat reksa dana berkinerja buruk dalam jangka panjang.

Namun jika investor dapat menyesuaikan strategi investasinya dengan kondisi pasar, kami optimis kinerja investasi akan lebih baik, demikian laporan Syailendra Capital.

Syailendra menilai penting bagi investor untuk memiliki akses ke pasar berjangka sebelum memutuskan strategi investasi yang akan diterapkan.

Syailendra menambahkan, strategi investasi pada mata uang dolar AS dapat bermanfaat dalam memitigasi dampak volatilitas pasar.

“Pada saat yang sama, penerapan strategi investasi juga penting, terutama jika investor memiliki pasar yang baik ke depan,” kata Syailendra dalam keterangannya.

Selama Bear Market (Maret 2019 hingga Maret 2020)

Selama resesi, saham-saham turun tajam karena ekspektasi keuntungan perusahaan yang lebih rendah. Jika seorang investor berinvestasi pada satu reksa dana, penurunannya akan lebih besar dibandingkan investor yang menggunakan strategi dalam denominasi dolar. Status pemulihan (Maret 2019-Maret 2020)

Berinvestasi pada kedua saham ini sangat berisiko pada masa transisi perekonomian dari resesi ke resesi hingga pemulihan.

Jika seorang investor menginvestasikan sejumlah uang dalam reksa dana, keuntungannya akan lebih rendah dibandingkan investor yang menggunakan strategi dalam mata uang dolar. Periode bullish (Maret 2020 hingga Maret 2021)

Selama periode pertumbuhan ekonomi, lebih menguntungkan bagi investor untuk berinvestasi secara bersamaan daripada menginvestasikan waktu (DCA).

Masa krisis terjadi pada bulan Maret 2020 hingga Maret 2021. Laju pertumbuhan ekonomi berada pada level yang sangat rendah yaitu -5,32% pada triwulan II tahun 2020, dan berubah secara signifikan pada akhir tahun ini, dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 7,07% pada triwulan II. 2021.

Syailendra mengatakan, jika melihat ketiga jenis kinerja pasar saham, yakni skenario shock, penurunan, dan pemulihan, terlihat jelas bahwa strategi investasi dalam mata uang dollar lebih menguntungkan dibandingkan strategi investasi karena memberikan kinerja yang lebih baik pada kedua skenario tersebut .

“Pada saat yang sama, bukan hanya pasar saham yang strateginya bermasalah,” lanjutnya. “Oleh karena itu, penting bagi investor untuk menerapkan strategi investasi valuasi dalam mata uang dolar. “

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *