Mon. Oct 7th, 2024

BEI Mau Pangkas Daftar Saham Short Selling

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana mengurangi jumlah saham tercatat yang bisa diperdagangkan dalam mekanisme shortselling. Saham yang diperdagangkan hanya merupakan komponen indeks IDX30 atau LK45.

Direktur Pengembangan EIB Geoffrey Hendrick menjelaskan, rencana tersebut akan selalu dinegosiasi ulang dengan berbagai pihak.

“Hari ini kita ngobrol dan mendapat banyak informasi dari bahan-bahan potensial dari LK45. “Tapi mungkin tidak semua bahan LK45 bisa menjadi saham short-selling,” kata Jeffrey kepada wartawan di Gedung BEI, Senin (2/09/2024). 

Berdasarkan keterbukaan informasi, IDKS telah menerbitkan daftar efek yang dapat diperdagangkan secara short trade sebanyak 112 saham per September 2024. 23 Anggota Minat AB

Dalam kesempatan yang sama, Geoffrey juga mengungkapkan bahwa terdapat 23 Anggota Bursa (AB) yang menyatakan minatnya untuk berpartisipasi sebagai pialang saham dalam mekanisme shortselling dan mengikuti Forum Group Discussion (FGD).

Dalam FGD tersebut, Geoffrey mengatakan banyak hal yang dibicarakannya, antara lain pengaturan tingkat AB, pengaturan stock-picking, dan pengaturan tingkat investor.

“Nah, ini kemungkinan akan ditambah dari daftar surat berharga jangka pendek yang diterbitkan bursa. Berdasarkan hasil pembahasan hari ini mungkin saja akan berubah,” kata Jeffery.

Adapun kemungkinan AB menjadi perantara pedagang efek, mekanisme shortselling akan dilihat dari kemampuan manajemen risiko dan keandalan teknologi informasinya. Sedangkan bagi investor, kebijakannya akan ada pada AB.

“Misalnya investor punya properti Rp 50 juta, itulah nilai transaksi short sale. Kalau investor punya aset Rp 100 juta, itulah nilai transaksi short sale,” tutupnya.

 

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dan PT Infovesta Utama meluncurkan indeks baru bernama IDKS-Infovesta Multi-Factor 28 pada Senin, 2 September 2024. 

Direktur Pengembangan IDKS Jeffrey Hendrick menjelaskan, indeks ini mengukur kinerja harga dari 28 saham yang memiliki profitabilitas relatif tinggi, valuasi harga, dan volatilitas rendah dengan likuiditas transaksi dan kinerja keuangan yang baik.  “Indeks ini memberikan gambaran investasi yang lebih detail dengan memperhatikan fundamentalnya,” kata Jeffrey pada peluncuran IDKS-Infovesta Multi-Factor 28 di Aula Utama IDKS, Senin (02/09/2024). 

Berdasarkan tren pertumbuhan Asset Under Management (AUM) pada produk investasi pasif, indeks ini diluncurkan karena meningkatnya penggunaan indeks BEI sebagai produk acuan.

Jeffrey mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun OJK hingga Juli 2024, terdapat 70 produk reksa dana pasif dan ET pada indeks saham di IDKS dengan AUM mencapai Rp 17 triliun. 

“Dibandingkan kondisi 7 tahun terakhir, pertumbuhan ini 3 kali lipat dibandingkan jumlah produk dan aset kelolaan,” ujarnya. 

Geoffrey berharap kehadiran indeks ini dapat memberikan manfaat dan alternatif investasi bagi investor Indonesia di pasar modal. 

 

IDKS-Infovesta Multi-Factor 28 menggunakan pendekatan pembobotan fundamental untuk menentukan bobot setiap saham. Berbeda dengan metode kapitalisasi pasar, pembobotan fundamental menghitung bobot saham berdasarkan ukuran fundamental perusahaan, seperti pendapatan, laba, arus kas, dll. 

Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih representatif mengenai potensi investasi mengingat kekuatan fundamental perusahaan yang mendasarinya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *