Fri. Sep 27th, 2024

Bocoran Perayaan Perdana Hari Kebaya Nasional 2024, KOWANI Gandeng 7.000 Perempuan Lintas Usia

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) akan merayakan Hari Kebaya Nasional pertama yang bertajuk “Selamatkan Budaya dengan Bangga” yang berakhir pada Rabu, 24 Juli 2024. Presiden Kowani Jenderal Jiwo Rubanto mengatakan kepada Woyo bahwa penerapannya adalah bagian dari tanggung jawabnya sebagai ibu bangsa.

“Hari Kebaya Nasional (setiap tanggal 24 Juli) ditetapkan oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Ir.I, menghadiri Kongres Hari Kebaya Perempuan Indonesia X yang diselenggarakan atas partisipasi Presiden Soekarno,” ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Pusat. kota Menteng, Jakarta, Kamis (6/6/2024). “Saat itu Presiden Soekarno menyampaikan bahwa peran perempuan dalam pembangunan sangat penting.”

Mengutip semangat tersebut, Jiwo mengatakan rangkaian perayaan Hari Kebaya Nasional yang diamanatkan Perpres Nomor 19 Tahun 2023 tidak hanya mendorong penggunaan kebaya. Serangkaian agenda difokuskan untuk membahas makna pakaian adat yang lebih dalam.

KOWANI telah meluncurkan berbagai side event dalam rangkaian peringatan Hari Kebaya Nasional sebelum puncak perayaan yang rencananya akan berlangsung bulan depan di Istora Senayan Jakarta. Pada tanggal 10 Mei 2024, mereka mengadakan webinar “Aku dan Kebaya”. Talkshow dan parade kebaya juga dilaksanakan pada 28 Mei 2024, tambah Zivo.

“Pada tanggal 10 Juli (2024), kami mengundang salah satu pembicara Global Peace Awareness sebagai pembicara, tidak hanya di Kebaya Indonesia atau negara-negara ASEAN, tapi dunia,” tambahnya.

Jiwo mengatakan, pada perayaan Hari Kebaya Nasional akan ada pameran budaya karya perempuan. “Diantaranya adalah seniman pembuat kebaya dan perempuan penyandang disabilitas. Semua kegiatan akan berhubungan dengan kebaya,” ujarnya.

Di dekatnya terdapat Cowanee Expo, yang menampilkan berbagai karya yang dikurasi dengan cermat oleh MCCC. “Kami akan melibatkan organisasi perempuan, perkumpulan pecinta kebaya, anggota KOWANI, serta mahasiswa,” kata Givo seraya menambahkan, total peserta perayaan Hari Kebaya Nasional mencapai tujuh ribu perempuan dari segala usia.

“Di Hari Peringatan (Kebaya) ini kami ingin kembali menegaskan nilai sejarah dan semangat juang perempuan Indonesia,” imbuhnya. Ia yakin perempuan Indonesia juga akan terbantu dengan mengenakan kebaya pada hari itu.

“Karena salah satu pesan yang ingin kami sampaikan adalah kebaya bisa dipakai dalam aktivitas sehari-hari. Mumpung desain kebaya masih standar, padu padan dan kreasinya juga bisa custom,” ujarnya.

Hari Kebaya Nasional juga merupakan upaya UNESCO untuk mempromosikan pengakuan kebaya. Tahun lalu, Indonesia bergabung dengan empat negara Asia Tenggara: Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand dalam menyumbangkan kebaya ke UNESCO sebagai Warisan Takbenda.

Namun Indonesia juga menominasikan Kebaya Tabuh dan Kebaya Kerakang pada kategori yang sama. Terkait hal itu, Jiwo mengatakan, pihaknya menargetkan pencalonan bersama Kebaya pada upacara peringatan yang digelar bulan depan.

Seusai jumpa pers, ujarnya kepada Lifestyle matthewgenovesesongstudies.com, “Saat kami mengikuti (konferensi) UNESCO dua tahun lalu, tujuan kami adalah membuat nominasi bersama untuk pertama kalinya. “Kami akan menghilangkan arogansi melalui pencalonan bersama. Kami akan membangun harmoni bersama, bekerja sama untuk membangun perdamaian.”

Dalam upaya jangka panjang untuk memastikan bahwa semangat kebaya tidak menjadi pengingat tahunan, Kowani mengatakan dia menganjurkan penerapan “Kebaya Selasa”. Dalam kaitan ini, mereka melanjutkan gerakan berbagai organisasi dan perkumpulan termasuk ‘Women in Clothes’.

Untuk menjaring generasi muda yang akan menjadi pengikut perjuangan di masa depan, Zivo mengatakan pihaknya telah melakukan edukasi di banyak kampus untuk memperkenalkan kebiasaan kebaya. “Sebagai orang tua, kita juga harus memberi contoh (dalam memakai kebaya),” imbuhnya.

“Kami melakukan (pendidikan kebaya) di salah satu perguruan tinggi swasta bagian utara di Jakarta,” kata Givo. Sebagai langkah awal, mereka akan melanjutkan gerakan ini di beberapa kampus swasta nasional dan perguruan tinggi negeri di Jakarta.

Katanya, “Anak muda jaman sekarang sudah mengenal kebaya (adat memakai). “Mereka memakainya setiap hari, bahkan saat menonton konser. Dua minggu lalu, saya melihat sekelompok anak muda memakai kebaya yang pergi menonton konser K-pop (NCT Dream) di GBK.”

So Jiwo menyarankan untuk tidak terlalu membatasi generasi muda untuk mempelajari budaya. “Jangan berhenti menonton K-pop, tidak bisa. Caranya harus persuasif, makanya kita mengajar di kampus-kampus,” ujarnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *