Mon. Sep 16th, 2024

Bos Bank Syariah Indonesia Beli 167 Ribu Saham BRIS

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) Hery Gunardi membeli saham BRIS pada 21 Februari 2024.

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ditulis Rabu (6/3/2024), Hery Gurnadi membeli 167.000 saham BRIS di harga Rp 2.400 per saham. Dengan demikian, nilai pembelian saham tersebut sekitar Rp 400,80 juta. Tujuan transaksi investasi dengan status kepemilikan langsung, tulis Hery.

Pasca pembelian saham tersebut, Hery Gunardi menguasai 2.377.600 saham atau 0,00515 persen dari sebelumnya 2.210.600 saham atau 0,00479 persen.

Berdasarkan data RTI, saham BRIS turun 0,41 persen ke Rp 2.420 per saham pada sesi pertama, Rabu 6 Maret 2024. Saham BRIS mencapai level tertinggi Rp 2.440 dan terendah Rp 2.400 per saham. Total frekuensi perdagangan sebanyak 3.974 kali dengan volume perdagangan 95.329 lembar saham. Nilai transaksi Rp 23 miliar. Bos Bank Syariah Indonesia menambah kepemilikan saham BRIS

Sebelumnya diberitakan, direksi dan komisaris PT Bank Syariah Indonesia (BRIS) menambah kepemilikan sahamnya untuk memenuhi POJK 59/POJK.03/2017.

POJK tersebut tentang penerapan tata kelola untuk memberikan kompensasi kepada bank umum syariah dan unit usaha syariah, dimana saham tersebut disuspensi atau dibekukan selama tiga tahun dan dibuka bertahap setiap tahunnya. 

Mengutip keterbukaan informasi, pada Senin 21 Agustus 2023, Direktur BSI Ade Cahyo Nugroho membeli 863.200 saham BRIS dengan harga Rp 1.673,9 pada 9 Agustus 2023 sehingga kepemilikannya menjadi 1.726.600 saham.

Sementara Direktur BSI Tribuana Tunggadewi membeli 863.200 saham BRIS dengan harga Rp 1.673,9 pada 9 Agustus 2023 sehingga kepemilikannya menjadi 1.726.600.

Direktur BSI Anton Sukarna membeli 863.200 saham BRIS seharga Rp 1.673,9 pada 9 Agustus 2023 sehingga kepemilikannya menjadi 1.726.600.

Direktur BSI Moh Adib membeli 517.900 saham BRIS seharga Rp 1.673,9 pada 9 Agustus 2023 sehingga kepemilikannya menjadi 527.400.

 

Tak hanya itu, Direktur Bank Syariah Indonesia Zaidan Novari membeli 517.900 saham BRIS di harga Rp 1.673,9 pada 9 Agustus 2023 sehingga kepemilikannya menjadi 517.900.

Direktur BSI Ngatari membeli 883.500 saham BRIS dengan harga Rp 1.673,9 pada 9 Agustus 2023 sehingga kepemilikannya menjadi 18.621.200.

Selain itu, Direktur BSI Bob Tyasika Ananta membeli 548.400 saham BRIS seharga Rp 1.673,9 pada 9 Agustus 2023 sehingga kepemilikannya menjadi 548.800.

Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi kemudian membeli 1.194.800 saham BRIS dengan harga Rp 1.673,9 pada 9 Agustus 2023 sehingga kepemilikannya menjadi 2.210.600.

 

Mosi kerjasama perusahaan PT Bank Syariah Indonesia Tbk, laporan profitabilitas saham “BRIS” tahun 2023.

Pada periode tersebut, Bank Syariah Indonesia mencatatkan laba bersih sebesar Rp5,7 triliun. Laba ini naik 34 persen secara tahunan (year-over-year/year-on-year) dibandingkan pendapatan tahun sebelumnya.

Dari sisi aset, BSI mencatatkan pertumbuhan 15,67 persen year-on-year menjadi Rp354 triliun. Pembiayaan meningkat 15,70 persen menjadi Rp 240 triliun pada tahun 2023. Dana pihak ketiga (DPK) meningkat 12,35 persen menjadi Rp 294 triliun pada tahun 2023.

“Jadi pertumbuhan baik aset keuangan maupun modal pihak ketiga pertumbuhannya dua digit,” kata Ketua BSI Hery Gunardi dalam pemaparan kinerja BSI, Kamis (1/2/2024).

Pada saat yang sama, CASA meningkat 10,51 persen secara tahunan menjadi Rp 178 triliun. Pendapatan margin dan bagi hasil di BSI juga mengalami peningkatan sekitar 13,04 persen menjadi Rp 22,2 triliun.

Selain itu, core fee income juga mengalami peningkatan lebih dari 12 persen, tepatnya 12,08 persen, dan mencapai Rp 4,2 triliun.

“Perkembangan baik ini patut kita syukuri karena sebenarnya potensi sisi positif atau white space bagi perkembangan perbankan syariah di Indonesia masih sangat besar. Semoga terus positif di kuartal I tahun 2024,” imbuh Hery.

Direktur Keuangan dan Strategi BSI Ade Cahyo Nugroho menjelaskan, dari sisi indikator profitabilitas pada tahun 2023 juga mencatatkan angka yang mengesankan. Misalnya saja rasio profitabilitas, baik return on assets (ROA) maupun return on equity (ROE), yang terus membaik.

 

Pada tahun 2023, ROA BSI meningkat menjadi 2,35 persen dari 1,98 persen pada tahun 2022. Sementara itu, ROE juga membaik dari 16,84 persen pada tahun 2022 menjadi 16,88 persen pada tahun 2023.

“ROE sudah membaik meski sebenarnya kami tengah melakukan penambahan modal melalui direct issue pada tahun lalu. Ini tentu pesan yang sangat bagus dan yang menarik adalah jika kami menjadi bank syariah terbesar melalui merger, kami mulai melihat efisiensinya meningkat,” jelas Ade.

Rasio BOPO dan rasio biaya terhadap pendapatan juga terus membaik. BOPO pada tahun 2023 tercatat sebesar 71,27 persen dari tahun 2022 sebesar 75,88 persen. Sedangkan CIR pada tahun 2023 tercatat sebesar 49,86 persen dari tahun 2022 sebesar 51,01 persen.

“Dari segi kualitas juga memberikan dampak yang sangat positif. Hampir seluruh indikator terkait kualitas, baik Funding at Risk (FaR), cash coverage termasuk pertumbuhan NPF dan net NPF mengalami perbaikan yang sangat signifikan. Pertumbuhan selama tiga tahun terakhir dibarengi dengan kualitas dan efisiensi yang lebih baik,” tambahnya.

FaR BSI pada tahun 2023 tercatat sebesar 9,15 persen dari 12,46 persen pada tahun 2022. Selanjutnya, cash coverage BSI pada tahun 2023 sebesar 194,35 persen dari 183,12 persen pada tahun 2022. NPF gross pada tahun 2022 tercatat sebesar 2,2 persen pada tahun 2020 persen pada tahun 2020, 2,8 persen pada tahun 2020.

 

Sebelumnya diberitakan, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mengaku telah mematuhi aturan pembagian bebas atau kepemilikan publik atas saham Bursa Efek Indonesia (BEI).

Head of Investor Relations Bank Syariah Indonesia Rizky Budinanda mengatakan pihaknya telah memenuhi aturan free float 7,5%. Hingga saat ini, saham BSI di publik berkisar 10%. 

“Jadi fasilitas bebas sebar sebenarnya sudah kita capai. Kalau komposisi bebas tersebar hampir 10 persen,” kata Rizky dalam Paparan Publik Tahun 2023, Rabu (29/11/2023). 

Menurutnya, pencapaian tersebut tidak lepas dari aksi korporasi berupa right issue yang dilakukan pada tahun lalu. Pasalnya, sebagian dari right issue BRI atau BNI telah dipublikasikan. Sehingga membantu meningkatkan saham BSI yang beredar di masyarakat. 

Lanjutnya, dengan adanya right issue, saham BSI yang semula hanya 5,5 persen di publik, kini tumbuh sekitar 7 persen. 

“Nah, pelan-pelan tahun ini ada juga yang keluar dari cabangnya, jadi sekarang lebih dari tempat,” imbuhnya. 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Kepatuhan & Sumber Daya Manusia BSI, Tribuana Tunggadewi mengatakan penjualan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (BBNI) masih berlangsung. 

Akibatnya, dia belum bisa menjelaskan investor strategis mana yang akan menggantikan kepemilikan saham kedua bank tersebut di BSI. 

“Kami belum bisa memberikan gambaran apa pengganti penjualan tersebut,” kata Dewi. 

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *