Fri. Sep 20th, 2024

BPA dalam Jumlah Sedikit Tak Picu Pengaruh Apapun pada Tubuh, Ahli Polimer: Tidak Perlu Takut Berlebihan

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Bisphenol A atau BPA tidak hanya ditemukan pada wadah makanan dan minuman, tetapi juga dapat ditemukan di air, tanah, dan udara.

Menurut penelitian yang dilakukan di beberapa negara, BPA juga terdapat pada daging yang dikonsumsi setiap hari. Menurut pakar polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Zainal Abidin, biasa saja.

Ia menjelaskan, jika tubuh manusia terkena BPA dalam jumlah sedikit, maka tidak akan menimbulkan efek samping apa pun. Dan jika jumlahnya sedikit meningkat, maka bisa memberikan efek positif karena tubuh menjadi mekanisme pertahanan diri.

Namun jika BPA lebih banyak, tidak diterima karena berdampak pada tubuh manusia, kata Zainal dalam keterangan pers, Selasa (30 Juli 2024).

Selama tiga bulan terakhir, Zainal telah melakukan uji kualitas air di 10 distributor besar air mineral. Penelitian tersebut berdasarkan kriteria Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang berarti paparan BPA berada dalam batas BPA yang dapat diterima tubuh, yaitu 0,6 mg/kg.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 10 air mineral yang diuji aman dikonsumsi karena mengandung 0 BPA atau tidak terdeteksi BPA.

Saat ini, pada akhir penciptaan plastik, BPA tidak bertanggung jawab 100 persen. Jadi residu BPA-nya ada sedikit dan tidak banyak.

Jika plastik berada pada suhu normal (normal), BPA akan sulit menembusnya. Namun jika suhu meningkat, misalnya karena panas, maka akan berpindah atau berpindah di dalam tubuh manusia.

“Residu BPA dalam kadar rendah dianggap aman dan memiliki umur simpan yang pendek. Sifat BPA adalah bahan kimia yang dapat diproduksi oleh tubuh dan dapat dikeluarkan kembali dalam bentuk urin dan keringat, kata Zainal.

Zainal menambahkan, pada siang hari, tubuh dapat menerima 0,6 mg/kg BPA dikalikan dengan berat badan dan hasilnya dapat diserap oleh tubuh manusia. Ini adalah tahap dimana BPA masuk dan dapat dikeluarkan kembali.

Dari penjelasan di atas, Zainal meminta masyarakat tidak terlalu takut dengan BPA. Sebaliknya, suatu produk yang diberi tanda bebas BPA bukan berarti produk tersebut 100% aman.

“Produk yang mengklaim bebas BPA tidaklah aman. Pasalnya tas atau wadah seperti perkakas terbuat dari bahan lain seperti formaldehida. Bahan-bahan tersebut dapat merusak mata dan otak seseorang.

“Jadi kalau dikatakan bebas BPA memang benar, tapi label pada tas tidak boleh digunakan karena mengandung bahan kimia yang dapat membahayakan tubuh manusia. “Saat ini penggunaan label pangan berarti label tersebut menunjukkan bahwa wadah tersebut bebas dari zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia,” kata Zainal.

Sebagai pakar polimer, Zainal menilai label bebas BPA tidak melindungi konsumen. Banyak bahan yang mengandung karakteristik mirip BPA yang tercantum dalam peraturan BPOM.

“Jadi jika Anda hanya memaparkan diri Anda pada paparan bebas BPA, itu tidak aman. Itu selalu meninggalkan pertanyaan tentang hubungan lain.”

“Anehnya BPA terdapat pada plastik PC dan resin epoxy sebagai bahan baku atau monomer. “Seringkali kedua plastik ini diberi label bebas BPA atau BPA di bawah batas.”

Yang tidak biasa dari Zainal adalah botol PET mengandung zat berbahaya seperti EG (etilen glikol) dan botol PVC yang mengandung VCM (vinil klorida monomer) disebut bebas BPA dan memiliki tanda keamanan.

“Cukup cantumkan label BPOM, SNI (Standar Nasional Indonesia) dan nomor HS (Sistem Harmonisasi) pada botol/kotak untuk menjamin keamanan dan kesehatan makanan dan obat-obatan. “Hal ini akan memberikan jaminan lebih terhadap segala ancaman dan persaingan usaha dan perdagangan yang lebih baik,” tutupnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *